Seperti menjadi rutinitas sehari-hari, Jaemin kembali mendatangi kafe di siang hari dengan membawa pekerjaannya. Jika dulu dirinya hanya datang seminggu sekali atau bahkan dua minggu sekali, kini Jaemin bisa datang ke kafe seminggu tiga kali. Tentu saja alasan kedatangannya karena Yeri, wanita yang telah membuka pintu hatinya tanpa wanita itu sadari.
Tinggal beberapa meter lagi Jaemin sampai pada tujuan. Namun, pergerakannya dihentikan oleh sebuah panggilan samar. Menoleh ke arah kiri, Jaemin melihat seorang pria muda yang tampak tidak asing baginya. Sesaat kemudian Jaemin mengenalinya. Pria itu adalah Xiaojun, teman dekat Yeri. Pria itu menyeberangi jalan dan menghampiri Jaemin.
“Saya mau ngomong sesuatu sama kamu, boleh?” tanya Xiaojun. Sementara itu, lawan bicaranya hanya diam dengan tatapan heran yang mengarah padanya. Jaemin tebak, pasti Xiaojun akan membicarakan perihal Yeri.
“Boleh,” jawab Jaemin singkat.
“Oh ya, sebelumnya saya kenal kamu dari Yeri. Kamu juga pasti udah kenal saya dari dia. Tapi, ada baiknya kita kenalan secara langsung, biar nggak terlalu canggung waktu ngobrol.” Pria itu mengulurkan tangan kanannya ke hadapan Jaemin. “Saya Xiao Dejun, biasa dipanggil Jun atau Xiaojun,” lanjutnya.
Tanpa ragu Jaemin menjabat tangan Xiaojun. “Na Jaemin. Panggil aja Jaemin.”
Setelah perkenalan singkat itu, Xiaojun mengajak Jaemin ke bangku yang ada di belakang Jaemin, letaknya tidak begitu jauh dari tempat mereka berdiri sekarang. Menyanggupi ajakan Xiaojun, keduanya pergi menuju bangku panjang di samping suatu toko. Jaemin kira, Xiaojun akan langsung menyampaikan maksud dari tujuan pria itu mengajak Jaemin berbicara empat mata. Namun, sejak Xiaojun duduk di bangku panjang berwarna hitam, pria itu tidak kunjung membuka suara. Jaemin sendiri hanya diam dan tidak ingin mendesak pria itu untuk segera berbicara.
“Saya agak kaget sekaligus antusias waktu tau Yeri punya temen baru. Setau saya, dia orangnya susah buat memulai pertemanan. Makanya temen dia itu cuma dikit. Kalau boleh tau, udah berapa lama kalian temenan?”
Menatap Xiaojun di sampingnya, Jaemin menjawab, “Kurang lebih satu bulan.” Jawaban itu dibalas anggukan kecil oleh Xiaojun.
“Udah lumayan lama, ya. Pantes saya liat akhir-akhir ini kalian deket.”
“Kamu … nggak suka saya deket sama Yeri?” tanya Jaemin hati-hati.
“Kalau maksud kamu deket sebagai temen, saya nggak masalah. Justru bagus karena temen Yeri jadi bertambah.” Xiaojun menjeda ucapannya. “Tapi, kalau deket dalam artian lain, kayaknya saya belum terima. Ini nggak cuma berlaku ke kamu, tapi ke cowok lain yang deket sama Yeri.”
Jaemin terdiam seribu bahasa. Kini ia paham dengan arah pembicaraan Xiaojun. Mulai detik ini ia harus menyiapkan mentalnya untuk mendengar kalimat yang akan dilontarkan Xiaojun selanjutnya. Sementara Xiaojun kembali diam, seakan tengah memikirkan kalimat yang tepat untuk diutarakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Destiny | Na Jaemin
Fanfic[Sequel of My Brother | Na Jaemin] [Re-publish] Kepergian Hyera meninggalkan luka mendalam bagi orang-orang terdekatnya, terutama Jaemin. Butuh waktu yang sangat lama bagi Jaemin untuk mengikhlaskan adiknya yang sudah pergi jauh. 5 tahun berlalu, J...