海 19 海

190 21 4
                                    

Matahari kembali muncul menyapa ibu kota

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matahari kembali muncul menyapa ibu kota. Langit yang sebelumnya gelap mulai menunjukkan warna biru cantik berkat bantuan sinar matahari. Sinarnya yang hangat memasuki setiap rumah dan bangunan, membangunkan sebagian orang yang masih terlelap serta menemani yang lainnya melakukan kegiatan di pagi hari. Akan tetapi, sinar matahari yang masuk melalui celah-celah jendela tampaknya belum cukup membangunkan salah satu anggota keluarga Ayah.

Di sebuah kamar yang begitu sunyi dan tenang, Jaemin masih betah menjelajahi alam mimpinya. Sepertinya mimpi pria itu sangat indah sampai-sampai membuat Jaemin tersenyum di kala tidur. Beberapa saat kemudian, terdengar bunyi dering ponsel yang tergeletak di sisi kasur. Suara berisik itu berhasil membangunkan Jaemin. Terlihat dari pergerakan tangannya yang meraba-raba sekitar kasur, mencari keberadaan benda pipih itu. Mata Jaemin menyipit membaca nama yang tertera di layar ponselnya. Tanpa berlama-lama, ia geser tombol hijau di layar itu kemudian menaruh ponsel di telinga kanannya.

“Halo, Sayang.”

Mata yang berat itu seketika terbuka sepenuhnya. Kesadaran telah merasuki jiwa raga Jaemin hanya dalam sedetik. Lantas dirinya mengubah posisi menjadi duduk. Pria dengan piyama berwarna cokelat muda itu menjauhkan ponsel dari telinga, mengecek kembali nama penelepon di benda pipih itu. Ia pun kembali menempelkan ponsel di telinga saat samar-samar mendengar sang penelepon memanggil namanya.

“Yeri?”

“Kamu dari mana? Kok aku panggil-panggil nggak dijawab?”

“Oh, saya … abis kumpulin nyawa,” balas Jaemin seadanya. Pria itu mendengar Yeri bergumam di seberang sana. “Tumben pagi-pagi nelpon. Ada apa?” tanya Jaemin.

“Nggak apa-apa. Emang nelpon pacar butuh alasan?” Seketika jantung Jaemin berdetak kencang. Hampir saja ia melupakan fakta bahwa kini status mereka adalah sepasang kekasih. Mengingat kejadian semalam membuat Jaemin tersenyum lebar.

Jaemin menggeleng sekilas. “Kayaknya nggak juga.” Jaemin bingung harus menanggapi seperti apa. Otaknya sedang tidak bisa diajak berkompromi.

“Hari ini kamu ada rencana apa?” Yeri kembali bertanya. Sesaat Jaemin terdiam, seperti sedang mengingat-ingat sesuatu.

“Nggak ada. Paling saya nyantai di rumah. Kalau kamu?”

“Aku juga. Ya, paling beres-beres kos doang bentar. Abis itu males-malesan.”

Tampaknya Jaemin menangkap maksud terselubung Yeri. “Maaf ya, saya nggak bisa ajak kamu jalan-jalan hari ini karena saya ngerasa nggak enak badan. Tapi, kalau kamu mau, kamu bisa ke rumah. Mana tau kamu kangen Bunda … sama kangen saya.” Jaemin mengakhiri kalimatnya dengan kekehan kecil.

“Kamu nggak enak badan? Duh, karena kemarin pulang tengah malam, ya?”

Jaemin mendengar jelas nada bicara Yeri berubah, seakan tengah panik dan cemas. “Tenang, Yeri. Kamu nggak perlu panik. Saya nggak sakit parah kok.”

[✓] Destiny | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang