Part 2

85 17 33
                                    

Mereka masuk ke dalam kelas.

Tak lama para anak OSIS memasuki ruang kelas.

Mata Rossa fokus ke arah orang yg sedang berdiri di ambang pintu.

Hatinya berdebar persis seperti saat itu.

Tapi ia tak tau yg ia tatap saat ini apakah sama dengan orang yg membuat hatinya berdebar kencang setiap bertemu.

Mata Rossa sudah mengembun. Sebentar lagi air mata itu akan jatuh membasahi pipi chubby miliknya.

Dan tes.

Benar. Air mata itu jatuh mengalir di pipi chubby milik Rossa.

"Cantik nya kakak kenapa nangis?."

"Engga kok aku ga nangis."

"Ah bohong kamu. Liat tuh pipi chubby kamu basah."

Orang yg di panggil kakak itu mengeluarkan sapu tangan miliknya.

Lalu menghapus air mata gadis kecil di hadapannya.

"Kakak pernah nanya kan, kenapa aku suka nangis?."

Orang yg di panggil kakak itu mengangguk tersenyum.

"Kenapa hm?." Tanya nya. Ia mengacak rambut gadis mungil di hadapannya.

"Karena aku suka air mata aku di lap oleh kakak."

Orang itu tersenyum.

"Kakak janji akan selalu menghapus air mata ocha setiap ocha nangis." Ujarnya.

"Janji?." Gadis yg di panggil ocha itu mengangkat tangannya dengan jari Kelingking nya.

Orang yg di panggil kakak itu tersenyum. Menautkan jari kelingking nya dengan kelingking gadis mungil di hadapannya.

"Janji." Jawabnya.

Mereka berdua tersenyum bahagia.

Air mata semakin membasahi pipi Rossa.

Kenangan masa lalu nya berputar.

Sakit sakit sekali hatinya. Ia menahan sesak. Ia rindu rindu dengan kakak laki laki yg selalu membuatnya merasa tenang setiap di dekatnya.

"Ocha rindu kakak." Gumam nya pelan.

Ia menghapus air mata nya. Berdiri.

"Kak maaf saya mau izin ke toilet." Ujar Rossa.

"Iya silahkan." Ujar salah satu kakak OSIS.

Rossa tersenyum pahit. Ia melangkah keluar kelas.

Rossa menuju toilet. Saat sampai kedua tangannya langsung memegang pinggir wastafel.

Menatap cermin.

"Hiks. Kenapa se sakit ini. Hiks." Isak Rossa.

Rossa mencuci wajahnya. Menarik nafasnya dalam dalam dan membuangnya perlahan.

Ia melangkah ke luar toilet. Tepat di dekat pintu sudah ada yg menunggunya.

Memberikan nya sapu tangan.

Deg. Rossa melihat sapu tangan itu. Sapu tangan yg sama seperti yg dimiliki orang yg dia sayang.

Banyak kebenaran menuju padanya.

T-tapi sifatnya jauh berbeda dengan orang yg dia kenal.

Rossa mengangkat kepalanya.

Tidak tidak ada senyum manis menenangkan di wajah itu.

TENTANG KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang