Suara lagu kesukaan Irene tak putus berbunyi, mengganggu waktu tidurnya yang belum lama ia nikmati. Sesuai yang ia perkirakan semalam, bahwa ia tak bisa tidur memikirkan dirinya telah banyak dibohongi oleh Farrel. Ia baru bisa tertidur saat hari sudah menjelang pagi.
Ia memaksa matanya untuk terbuka. Menyipit sekilas, memeriksa nomor yang tidak dikenalnya itu. "Siapa yang pagi-pagi begini sudah menelfon?" decaknya seraya menjawab panggilan.
"Halo.." seraknya khas bangun tidur.
"........ "
"Iya, saya sendiri."
"........"
"Hah?" matanya mendadak melebar. "Jam berapa?"
"........."
"Baik, saya akan datang tepat waktu."
Setelah menutup panggilannya, ia bergegas turun dari ranjang singlenya, kemudian masuk kedalam toilet untuk membersihkan tubuhnya.
Dan tak lebih dari sepuluh menit, ia telah menyelesaikan ritual mandi singkatnya. Berbalut handuk, ia membuka lemari dan mencari pakaian yang cocok untuknya interview hari ini. Mendadak memang, dan ia pun cukup kaget sebetulnya saat orang dari Otto Germany memintanya untuk segera datang pada jam 10 pagi, menemui HRD perusahaan itu. Tapi tidak masalah. Sudah dipanggil untuk sesi wawancara, sudah satu langkah baik. Tinggal menunggu hasil, diterima atau tidak.
Rok span hitam dan kemeja putih, menurutnya baik untuk interview nya hari ini. Walaupun akan terlihat seperti anak magang, tapi tidak masalah. Dan memang pilihan bajunya sangat tidak banyak sebetulnya. Baju mahal pun bahkan tidak ada satupun menghiasi lemarinya. Apakah sesederhana itu kehidupannya? Ya, itulah keadaan yang sebenarnya. Lahir dari keluarga sederhana, namun dibesarkan dengan penuh kasih sayang. Dan itu hal yang paling ia syukuri hingga detik ini.
Selesai memoles wajahnya dengan sedikit bedak dan lipbalm, Irene pun segera keluar dari unit apartemen minimalisnya untuk bergegas mengikuti wawancara. Dan tak lebih dari sejam, ia pun tiba di gedung menjulang yang semalam ia datangi.
"Tenangkan dirimu, Irene." ia mengambil napas dan membuangnya perlahan sebelum kakinya menginjak lantai mamer mahal gedung itu. "Kamu pasti bisa!"
Langkahnya pun perlahan masuk dan ia langsung saja menemui resepsionis yang ia temui kemarin. Disambut baik, ia pun diantarkan resepsionis tersebut menuju lantai 15. Tepatnya menuju ruang HRD perusahaan besar ini.
"Silahkan masuk, nyonya Wagner sudah menunggu anda didalam." resepsionis tersebut mempersilahkan kan dirinya masuk.
"Terimakasih." ujarnya sebelum wanita berambut tembaga itu undur diri.
Tok tok..
"Masuk." suara seseorang terdengar dari dalam memberinya ijin. Irene pun mendorong pintu untuk segera menemui wanita tersebut.
"Selamat pagi." ia menyapa ramah.
"Selamat pagi." balasnya sama ramahnya. "Irene Yolanda?"
"Ya, saya."
"Silahkan duduk." ucapnya yang segera dilakukan Irene.
"Oh ya, sebelum saya bicara lebih lanjut, perkenalkan saya Greta Wagner, HRD di perusahaan ini." ia menjulur tangannya.
"Irene Yolanda." balasnya menjabat.
Wanita yang diperkirakan Irene berumur 40an itu meraih sebuah map diantara beberapa tumpukan map di sudut mejanya dan menaruhnya didekatnya.
"Sebelumnya saya ingin bertanya, apakah kamu tahu tujuanmu datang kesini?"
"Wawancara kerja, nyonya Wagner."
KAMU SEDANG MEMBACA
Space Of Love
RomanceIrene Yolanda, menyesali dirinya atas tindakan tidak sengaja yang ia lakukan pada seorang pria asing di sebuah bar. Semua itu karena sang mantan sekaligus cinta pertamanya yang berhasil membuat otaknya kacau. Bersyukur mendapatkan sebuah pekerjaan u...