Part 6

627 39 7
                                    

"Halo bunda." Irene menyapa ibunya melalui panggilan telfon.

"Hai, sayang. Bagaimana kabarmu, nak?"

"Baik, bunda. Bunda dan ayah bagaimana?"

"Kami baik sayang. Oh ya, kapan kamu menjenguk ayah dan bundamu ini, hm? Kami sudah rindu berat padamu."

"Irene juga sudah rindu berat pada ayah dan bunda." akunya jujur. "Tapi Irene belum bisa pulang sekarang. Karena Irene baru diterima kerja, jadi tidak mungkin meminta ijin untuk libur."

"Tunggu-tunggu. Baru diterima kerja? Kamu tidak bekerja di kafe Ebert lagi?"

Irene merekahkan senyumnya. "Mulai hari ini, Irene tidak bekerja dengan Ebert, bunda. Irene bekerja di sebuah perusahaan besar." ujarnya senang bukan main. Begitu pula ibunya yang terdengar bahagia dari seberang telfon.

"Kamu bekerja jadi apa, nak?" tanya ibunya penasaran.

"Sekretaris, bunda." lagi-lagi senyum bahagianya tak terbendung.

"Syukurlah." lega ibunya. "Akhirnya impianmu terwujud, sayang."

"Iya, bunda. Irene senang sekali."

"Kamu bekerja dimana, nak?" sang ayah mengambil alih pembicaraan.

"Otto Germany, ayah."

"Otto Germany?" suaranya terdengar kaget. "Itu perusahaan besar, nak."

"Iya, ayah. Gedungnya saja besar dan tinggi sekali." ucapnya takjub.

"Kamu salah satu orang yang beruntung bisa bekerja disana, nak. Ayah harap kamu bekerja dengan sebaik-baiknya."

"Baik, ayah. Irene akan berusaha bekerja sebaik mungkin."

"Oh ya nak." suara sang ibu kembali mengambil alih. "Apa atasanmu baik? Bunda hanya sedikit khawatir denganmu."

"Bunda tenang saja," Irene menenangkan ibunya. "atasan Irene bukan orang yang buruk perilaku. Jadi Irene pasti aman, kecuali pada Lucky Dickson." tiba-tiba saja bulu kuduk Irene meremang mengingat nama orang yang akan ia temui hampir setiap harinya itu.

"Ayah bunda, nanti kita lanjutkan lagi mengobrolnya ya. Irene harus segera bersiap ke kantor."

"Oke sayang. Semangat bekerja ya, nak." sang ibu memberi semangat. "Sering-sering mengabari kami, dan ingat pesan ayah tadi."

"Baik, ayah bunda tercinta. Ayah sama bunda jaga kesehatan ya." ujarnya sebelum panggilan berakhir. Senyuman bahagia ia tampilkan ketika mengingat orangtuanya. Ia berjanji akan bekerja keras demi memperbaiki kehidupan keluarganya.

~~

Irene sangat bersyukur, ketika para penghuni gedung besar tempatnya bekerja bersikap ramah padanya. Semua yang ia temui pagi ini, tidak ada satupun yang tidak menyapanya.

"Baru disini?" suara seorang pria membuat Irene yang baru saja menekan angka 20 di sisi pintu lift menoleh kebelakangnya.

"Iya." angguknya seraya tersenyum ramah.

Pria yang menurut Irene tampan itu mengulur tangan padanya. "Richard Berger."

"Irene Yolanda." balasnya.

Richard memindai penampilan Irene, kemudian tersenyum. "Kau sekretaris baru tuan Schmidt."

"Begitulah." jawabnya. "Tapi kenapa kau tahu?"

Space Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang