Part 14

556 50 1
                                    

Irene tersenyum puas melihat pantulan dirinya didepan cermin. Lebih tepatnya wajahnya yang baru beberapa menit lalu ia poles. Ia belajar keras dari Youtube beberapa hari ini dan mengingat tutorial yang pernah Vella ajarkan beberapa waktu lalu saat wanita itu tahu Irene kurang pandai dalam urusan berdandan.

Setelah puas tersenyum didepan cermin, ia kembali menata rambutnya. Meskipun rambutnya tak panjang, bukan berarti rambutnya tak bisa ia buat secantik mungkin.

Puas untuk kedua kalinya dengan hasil tangannya yang ia baru ia sadari terampil itu, ia pun mengenakan gaun hasil karya Paula. Perfect! Ia hampir menganga melihat dirinya yang berbeda dari biasanya.

Tak lupa menggunakan heels serta membawa clutch, ia bergegas meninggalkan apartemennya untuk bertemu Richard yang sudah menunggunya dibawah.

"Maaf lama menunggu." Irene tersenyum pada Richard yang bersandar di pintu penumpang.

Richard tak menyahut. Ia tertegun melihat penampilan Irene yang luar biasa cantik itu. Matanya tak berkedip hingga harus membuat Irene menjentikkan jemarinya.

"Ah, maaf." ujarnya setelah sadar. "Kau sangat cantik hari ini."

"Terimakasih, Richard." senyumnya tersipu.

"Rasanya aku-" Richard menahan kalimatnya

"Rasanya aku apa?" bingung Irene.

"Tidak." kekehnya. "Rasanya aku sudah lapar." sambungnya.

"Kau lapar?"

"Sedikit. Ayo, kita pergi sekarang sebelum pesta dimulai." ajaknya seraya membuka pintu mobil dan menuntun Irene duduk kedalam.

~~

"Aku gugup, Richard." ujar Irene saat mobil Richard baru saja terparkir.

"Kau tidak pernah hadir di acara besar sebelumnya?"

"Tidak." gelengnya dengan raut jujur.

Richard tersenyum memaklumi. "Kau bisa memegang tanganku jika kau gugup."

Irene balas tersenyum. "Aku akan melakukannya saat aku sudah tak sanggup berjalan."

"Kalau begitu aku berharap kau tak punya kekuatan saat berada didalam sana."

"Richard!"

"Aku bercanda." kekehnya. Ia kemudian turun lebih dulu dan membukakan pintu untuk Irene setelahnya.

"Apa semua tamu akan hadir?" tiba-tiba otaknya mengingat Farrel.

"Tentu saja. Apalagi untuk perusahaan sebesar Otto Germany. Tidak ada alasan untuk tamu menolak hadir, meskipun akan ada beberapa yang diwakilkan."

Irene mengangguk paham lalu beranjak turun dari mobil. Keduanya pun bersamaan masuk kedalam venue yang sudah disiapkan untuk acara tahunan ini.

Setibanya didalam tanpa sengaja matanya beradu dengan Lucky yang sedang berbincang dengan beberapa tamu. Tampak Lucky menatap dirinya lama dengan tatapan yang tak dimengerti Irene. Namun Irene memutus pandangan lebih dulu ketika Greta datang menyapanya dan Richard.

"Cantik sekali kamu." puji Greta. "Aku hampir tidak percaya jika ini kamu."

"Terimakasih nyonya Wagner."

"Aku saja sampai tertegun melihatnya tadi." jujur Richard menimpali.

"Jangan terlalu banyak memuji saya. Saya khawatir wajah saya akan semakin memerah." ujarnya terang-terangan yang membuat Richard dan Greta tertawa bersamaan.

Space Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang