02. MEREKA?
Hari ini, Kaira berangkat ke sekolah lebih pagi dibandingkan hari-hari sebelumnya. Karena ia harus melaksanakan piket kelas, dan ia juga terlalu malas untuk berdiam diri dirumah terlalu lama.
"Kaira, PR udah belom?" tanya salah satu teman sekelas Kaira.
Kaira menggelengkan kepalanya kecil. "Belom, emangnya kenapa?" tanya Kaira balik.
"Kayak nggak tau dia aja lo, Kai." Satu kelas yang mendengar itu pun langsung tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Kaira hanya bisa tersenyum tipis kepada teman-temannya sekelasnya.
"Gue udah nih, mau liat nggak?" tanya teman sekelas Kaira yang lainnya.
"Mau!"
"Gue nggak ngomong sama lo, gue ngomong sama si Kai," ujarnya.
"Dih tai lo!"
"Kaira, nih mau liat nggak?" ulangnya.
Kaira mengangguk. "Iya, boleh. Rezeki kan nggak boleh di tolak," jawab Kaira yang di susul kekehan.
"Tai, ternyata lo sama aja ya sama kita." Sekali lagi, satu kelas penuh dengan suara tawa.
Kaira merupakan tipe anak yang di gemari banyak orang, karena sifatnya yang ramah ke orang lain. Tetapi, entah ada apa dengan nya, ia selalu membataskan dirinya sendiri dari lingkungan sekitar, apalagi dari yang namanya pertemanan.
"Kaira ternyata anaknya nggak sepolos yang gue pikirin ya, dia juga suka nyontek ternyata." Beberapa siswi tertawa karena ucapan salah satu siswi di kelas itu.
"Nyontek kayaknya manusiawi nggak sih? Pasti orang-orang pernah khilaf lah," balas siswi lainnya.
Sedangkan Kaira berusaha untuk tidak menghiraukan perkataan teman-temannya itu, ia terus melanjutkan piket kelas nya. Dan setelah menyelesaikan piket kelas, ia pun menyalin PR teman sekelasnya.
Tak lama kemudian, seorang perempuan berpakaian putih abu-abu yang memakai tas berwarna hitam-pink dengan nuansa kekinian, baru saja memasuki kelas dengan nafas yang tersengal-sengal.
"Kaira!" panggil perempuan itu.
Finna Zeara Dianna, teman sekelas Kaira sekaligus teman sebangkunya sejak ia masih SMP. Finna adalah satu-satunya teman yang paling dekat dengan Kaira untuk saat ini.
"Apa?" tanya Kaira yang masih fokus untuk mengerjakan tugas rumahnya.
Finna menghampiri temannya, dan duduk di bangku sebelahnya. Ia menaruh tasnya dan berusaha untuk mengatur nafasnya yang masih tersengal-sengal itu.
Kaira menatap Finna aneh. "Abis ngapain lo? Bisa-bisanya sampe ngos-ngosan gitu."
"Tadi gue di kejar sama anjing, sialan! Capek banget sumpah."
"Dih, pasti lo ngejailin anjingnya ya?"
"Suudzon mulu lo!"
"Haha, ya sorry. Kan biasanya lo gitu, kalo bukan lo duluan, ya siapa lagi? Iya kan?" Finna hanya bisa tersenyum konyol untuk membalas perkataan Kaira.
Setelah itu, Mereka berdua sibuk dengan dunianya masing-masing, Kaira yang mengerjakan tugas rumahnya, dan Finna yang sedang bermain handphone melihat sosial media. Sampai akhirnya, Finna membuka suaranya.
"Gue aneh deh sama lo," ungkapnya.
"Aneh kenapa? Ada yang salah sama gue apa gimana dah?" tanya Kaira.
"Kenapa lo nggak pernah mau di ajak maen sama mereka sih?" balas Finna.
Kaira yang mendengar itu pun langsung mengalihkan perhatiannya sepenuhnya kepada Finna, ia bingung kenapa temannya berkata seperti itu kepada dirinya. Tumben sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apricity
Teen FictionBagiku bertemu denganmu adalah suatu hal yang sulit untuk bisa dikatakan nyata. Tapi pada saat itu aku melihat mu, dirimu yang aneh. Aku pun juga tidak mengerti mengapa kita bisa berteman sedekat ini sekarang? Saat angin malam menyelimutiku, aku ber...