Sepanjang pelajaran olahraga, Kaira hanya berdiam diri di pinggir lapangan. Kaira tidak mengikuti pelajaran olahraga, karena maag nya kambuh. Ia hanya bisa menatap teman-temannya, yang sedang bermain basket. Tetapi, mata Kaira sempat tertuju kepada satu orang laki-laki. Dan laki-laki itu adalah Aksara Archenzo.
"Aksa," gumam Kaira.
"Kenapa gue harus kenal sama lo, Aksa? Rasanya aneh," lanjut Kaira.
Kaira menghela nafasnya, dan kembali memikirkan hal yang sebenarnya tidak perlu di pikirin. Di tengah-tengah lamunan, ada suara yang memanggil namanya, perempuan yang memanggil namanya itu sedang berlari kecil menghampiri Kaira—ia berlari dengan nafas tersengal-sengal.
Kaira yang melihat itu pun berhasil dibuat bingung, kenapa perempuan sebaya nya itu seakan-akan menghawatirkan keadaan dirinya ini, padahal Kaira dan dirinya memiliki hubungan yang kurang baik.
Tepat di hadapan Kaira, dia mengatur nafasnya—Kaira hanya melihatnya tanpa mengatakan apapun. Ia benar-benar malas berinteraksi dengan ular sepertinya.
"Kai, maag lo kambuh ya?" tanyanya.
Kaira mengangguk kecil. "Iya, emangnya kenapa? Tumben banget lo nanyain keadaan gue, pasti ada maunya ya?" jawab Kaira.
"Ih, lo kok gitu sih? Gue kan khawatir sama lo, Kai." Kaira menyipitkan matanya, melihat perempuan itu dari bawah sampai ke atas. Seolah-olah, perempuan di hadapannya itu adalah seorang penjahat.
"To the point aja bisa nggak? Aneh tau ngedenger lo nanyain kabar gue. Kayak ada niat terselubung."
"Ish! Lo mah nggak seru," kesal perempuan itu.
"Delia, bisa to the point aja nggak sih? Nggak usah muter-muter gitu," balas Kaira.
Delia Ferriza, teman yang tidak pernah akur dengan Kaira. Entahlah, ada apa dengan mereka berdua ini. Mereka berdua tidak pernah akur sedari dulu. Delia merupakan salah satu anak yang sangat di segani di sekolah, dia pintar dan juga cantik. Hanya saja terkadang sifatnya bisa menyerupai sesosok iblis.
Delia tersenyum tipis. "Kemaren gue ngeliat lo lagi sama Aksara," ujarnya.
"Ya terus? Urusannya sama lo apa?" tanya Kaira kepada Delia.
Langkah demi langkah, Delia lebih mendekatkan dirinya dengan Kaira. Kaira diam di tempat, tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Dan tepat di samping Kaira—Delia mendekatkan bibirnya ke samping telinga Kaira. Kaira sendiri hanya bisa bergidik geli, rasanya sedikit menakutkan, karena ular ini sejak membisikkan sesuatu.
"Kenalin dong," bisik Delia.
Kaira menatap Delia dengan heran. "Kenalin? Kenalin sama siapa?"
"Ya sama Aksara lah, sama siapa lagi coba?" kesal Delia.
"Lo ngomong nya setengah-setengah sih, ya gue mana tau." Kaira memutar kedua bola matanya dengan malas.
"Sialan," ketus Delia.
"Kok lo malah ngatain gue sih? Nggak waras ya lo?" kesal Kaira.
"Gue mah, waras kali. Emangnya lo," balas Delia kepada Kaira.
Tanpa berkata apapun lagi, Delia pergi dari sana meninggalkan Kaira—Kaira sendiri hanya bisa menatap perempuan itu bingung.
"Dih, malah pergi. Tadi katanya minta di kenalin ke Aksara," ujar Kaira.
Disaat Kaira sedang kesal, karena tidak menyadari kalau ada seorang siswa laki-laki yang sedang berjalan mendekat ke arahnya—Laki-laki itu menepuk pundak Kaira kecil, yang mengakibatkan Kaira yang menjadi sedikit terkejut karena perlakuannya.
"EH MONYET!" Kaira yang terkejut pun dengan spontan nya langsung mengatakan hal yang tidak ingin ia katakan.
"Muka kaget lo lucu," ujar Aksara dengan tawa menawannya itu.
Kaira yang mendengar itu pun langsung menatap tajam seorang Aksara, sedangkan yang sedang ditatap tajam oleh Kaira masih terus tertawa karena tingkah laku Kaira yang menurutnya sangat menggemaskan?
"Kok lo ngeselin banget sih?" tanya Kaira kepada Aksara.
Aksara menggelengkan kepalanya kecil sambil terkekeh. "Gue juga nggak tau tuh, tanya aja sama nyokap gue."
"Gue nggak kenal sama nyokap lo bambang," kesal Kaira.
"Ya kenalan dong, kan siapa tau nanti nyokap gue nge-restuin." Kaira yang mendengar itu pun sedikit terkejut, Kaira tak menyangka jika Aksara akan berkata seperti itu.
Kaira memalingkan wajahnya ke arah lain, di karenakan wajahnya sekarang ini sudah seperti kepiting rebus. Aksara yang melihat tingkah laku Kaira yang seperti itu pun, langsung tersenyum tipis. Aksara tak menyangka bahwa Kaira yang jutek itu, ternyata bisa juga salah tingkah hanya karena perkataan yang ia lontarkan.
"Cie, ada yang salting nih kayaknya."
"M–mana ada dih," elak Kaira.
"Duh, kok malu-malu sih? Biasanya juga malu-maluin kan," ejek Aksara.
Kaira yang mendengar itu pun, langsung menatap Aksara tajam. "Maksud lo?" tanyanya.
"Gue yakin, lo pasti ngerti apa yang gue omongin kan? Nggak usah kayak orang bego gitu deh, kalo bego beneran gimana? Bahaya dong, nanti yang bakalan jadi menantu nyokap gue siapa?" balas Azka.
"Apa hubungannya bego sama menantu nyokap lo? Nggak jelas," kesal Kaira
Setelah mengatakan itu, Kaira pun langsung melangkahkan kakinya entah kemana, yang penting ia harus pergi dari hadapan lelaki menyebalkan itu. Sedangkan Aksara, hanya bisa tertawa terbahak-bahak melihat Kaira yang sedang kesal dengannya.
Dan disaat Kaira sudah tidak terlihat dari pandangannya, Aksara pun menghentikan tawanya dan di gantikan oleh senyum tipisnya.
"Kok, dia gemesin ya kalo lagi kesel kayak gitu?" gumam Aksara.
Aksara yang baru saja menyadari perkataannya itu pun, langsung menggelengkan kepalanya kecil.
"Sialan! Dia itu ngeselin bukan gemesin, lagian gemesin dari mananya coba? Udah gila nih gue kayaknya," sadar Aksara.
Aksara yang baru saja menyadari dengan perkataannya itu pun, langsung melangkahkan kakinya menuju kantin sekolah yang masih sepi. Sesampainya di kantin, Aksara pun memesan makanan dan minuman untuk dirinya itu. Setelah mendapatkan apa yang ia mau, Aksara pun langsung melangkahkan kakinya menuju salah satu tempat duduk yang masih kosong.
"Ow lihat, ada manusia menyebalkan disini," ujar Kaira yang sedang berdiri tepat di samping Aksara.
"Anjing," gumam Aksara.
"Mau lo itu apa sih?" lanjutnya.
Kaira tak mendengarkan pertanyaan dari Aksara, ia malah melangkahkan kakinya ke salah satu warung yang ada di kantin, dan meninggalkan Aksara yang masih terlihat kesal.
"Ibu! Beli baksonya dong satu," ujar Kaira.
"Pedes nggak neng?" tanya Ibu kantin.
"Pedes, tapi jangan pedas-pedas banget." Ibu kantin yang mendengar jawaban dari Kaira pun hanya bisa menggelengkan kepalanya kecil. "Yaudah, di tunggu ya neng pesanannya."
"Okay bu!" jawab Kaira.
Setelah itu Kaira melangkahkan kakinya menuju kursi yang masih kosong, setelah duduk di kursi itu, Kaira pun memainkan handphone miliknya. Dan lupa dengan dunianya.
••───────────•✧
Jangan lupa vote, komen, share, dan tambahin ke perpustakaan pribadi oke? Makasih.
See you in the next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
Apricity
Teen FictionBagiku bertemu denganmu adalah suatu hal yang sulit untuk bisa dikatakan nyata. Tapi pada saat itu aku melihat mu, dirimu yang aneh. Aku pun juga tidak mengerti mengapa kita bisa berteman sedekat ini sekarang? Saat angin malam menyelimutiku, aku ber...