FIVE

20 9 1
                                    

05. MARISHA

"Aksara Archenzo. Itu nama gue," ujar Aksara yang masih menatap Kaira.

"Nama lo bagus. Tapi, perilaku lo nggak sebagus nama lo." Aksara yang mendengar itu pun langsung membelalakkan matanya.

"Sialan lo!" kesal Aksara.

"Udah ah, gue mau pulang. Bye babu," ujar Kaira sambil tersenyum tipis.

Di saat Kaira ingin melangkahkan kakinya menuju rumahnya—Aksara langsung memegang pergelangan tangannya. Dan hal itu berhasil membuat jantung Kaira mulai berdegup kencang dari sebelumnya. Kaira menepis tangan Aksara dengan kasar, setelah itu Kaira hanya menatap Aksara bingung.

"Nama lo siapa?" tanya Aksara.

"Kepo banget sih lo," balas Kaira.

"Lama lo, padahal tinggal ngasih tau nama lo siapa. Ribet banget sih kayaknya," kesal Aksara kepada Kaira.

"Kaira Axelle Givara, itu nama gue. Udah puas lo?" ujar Kaira kepada Aksara.

Aksara yang mendengar itu pun langsung mengangguk kecil sambil tersenyum tipis, sedangkan Kaira hanya bisa terdiam di tempatnya—Kaira benar-benar salah tingkah.

"Ya udah, sana pulang lo. Nanti di cariin lagi," ujar Aksara.

Kaira yang mendengar perkataan Aksara pun langsung menepuk dahinya kecil, bisa-bisanya ia lupa jika Bunda nya sudah menunggunya di rumah—Kaira menatap Aksara tajam, karenanya ia menjadi lupa tujuan awalnya itu.

"Akh! Lo sih, make ada sesi perkenalan segala," gerutu Kaira.

Aksara terkekeh kecil. "Udah-udah, sana pulang lo anak kecil," jawab Aksara.

Tanpa membalas jawaban dari Aksara, Kaira langsung berlari kecil menuju rumahnya. Kaira takut jika Bunda nya itu akan murka karena perbuatannya. Bisa kacau jika Bunda nya yang satu itu murka.

Sesampainya di rumah, benar saja sudah ada Risa di sana yang menunggu anak semata wayangnya. Kaira yang melihat Bunda nya itu pun langsung menundukkan kepalanya, Kaira tak berani menatap mata sang Bunda—Bundanya menatapnya dengan tatapan penuh tanya.

"Bunda, aku minta maaf."

"Dari mana aja kamu, Kaira?" Risa menatap Kaira dengan tatapan mengintimidasi, seolah-olah anaknya itu adalah seorang buronan—buronan dirinya untuk di marahi.

"Kaira tadi—"

"Kamu kalo kayak gini artinya kamu tuh nggak bisa jaga amanah dari Bunda, Kai. Kamu tau, Bunda udah daritadi nungguin kamu. Kamu kemana aja?" ujar Risa.

"Ada temen aku, yang luka Bun. Kasian dia," balas Kaira gugup.

"Sejak kapan kamu punya temen? Bukannya kamu nggak pernah mau berteman dengan orang lain selain Finna?" tanya Risa yang memojokkan Kaira.

'Oh, shit. Gue salah ngomong!' —batin Kaira.

"Bunda, percaya sama aku deh. Aku nggak akan bohong sama Bunda, mana bisa aku bohong sama Bunda kan?" Kaira mencoba untuk membuat Bunda nya itu percaya kepadanya.

Risa tersenyum tipis. "Hm, ya udah. Jangan di ulangin lagi ya?" tanyanya.

Kaira mengangguk kecil. "Iya, Bun. Aku janji nggak akan ngulangin lagi," ujar Kaira kepada Risa.

"Ya udah, mana pesanan Bunda?" tanya Risa kepada Kaira.

Kaira langsung memberikan cemilan yang Bunda nya pesan, dan Risa mengambil cemilannya dengan senang hati. Kaira yang merasa jika Bunda nya sudah tidak se marah tadi pun, jadi merasa sedikit lega. Rasanya ia sangat ingin menyalahkan Aksara karena kejadian ini—tetapi Aksara sama sekali tidak bersalah. Yang bersalah disini adalah dirinya.

ApricityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang