November 19th, 2018

27 10 3
                                    

# 19-11-18

Dua puluh empat tahun. Umur yang sudah bisa dibilang cukup matang bagi beberapa orang. Beberapa yang lain ada yang menganggap umur segitu masih sangat muda. Pun ada yang menganggap umut segitu sudah waktunya berkeluarga.

Bagi seorang Park Chaewon sendiri umur 24 masih sama seperti sebelumnya. Hanya saja tambah lebih dewasa saja. Gowon tidak bisa menjustifikasi apakah di umur itu sudah waktunya berkeluarga atau belum karena menurutnya itu tergantung pada diri masing-masing.

Umur Gowon sendiri akan bertambah menjadi dua puluh empat beberapa menit lagi. Gowon bukannya sengaja begadang untuk berharap mendapat ucapan dari orang spesial tepat pukul 00:00. Hanya saja mungkin momentumnya tepat.

Gowon merasa hidupnya sedang terasa berat akhir-akhir ini. Apalagi ia sempat menjauh dari orang-orang sekitarnya selama beberapa waktu. Penjelasan Jungmo waktu itu yang menjadi penyebab semua ini. Gowon rasa ia tidak akan bisa memaafkan pria itu. Mengenai teman-temannya yang lain, Gowon memang sempat kecewa besar terhadap mereka. Tapi rasanya Gowon tidak sanggup marah dengan mereka dalam waktu yang lama. Mereka benar-benar meminta maaf karena telah menyembunyikan fakta-fakta tersebut serta malah membantu Jungmo untuk menyukseskan ide gilanya itu. Terlebih Yujeong dan Taeyoung.

Hubungan Jungmo dan teman-temannya baik-baik saja. Gowon juga tidak meminta teman-temannya menjauhi Jungmo. Sementara hubungan Gowon dan Jungmo sudah tentu memburuk. Sangat buruk.

Gowon bahkan sudah tidak mau lagi memasakkan Jungmo. Gowon juga menolak ketika Jungmo berusaha memberikannya uang. Bisa dibilang Gowon  menjadi seseorang yang anti Jungmo. Tidak tau sampai kapan Gowon seperti ini. Dalam lubuk hatinya tidak bisa berbohong. Ia masih mencintai Jungmo. Tak akan pernah bisa luntur. Suara Jungmo masih terdengar candu. Diam-diam Gowon sering menangis sendirian karena tidak tahu tindakannya itu sudah benar atau tidak. Kedua bola mata Jungmo yang meneduh setiap kali Jungmo mencoba meminta maaf kepadanya seakan terus menyayatnya. Kalau sampai Jungmo benar-benar bertunangan dengan Chaewon, bisa dipastikan itu akan menjadi patah hati terbesar bagi Gowon.

Hidup Gowon tidak berat hanya karena itu. Beberapa waktu yang lalu, tiba-tiba Hitomi menghubunginya dan membicarakan sesuatu yang penting. Sesuatu yang penting itu ternyata ialah perkara Hitomi yang telah memiliki pacar dan pacarnya mengajaknya untuk serius dalam waktu dekat. Kira-kira setelah Dino menikah akhir tahun nanti, Pacar Hitomi siap melamarnya di bulan Januari. Pacarnya itu seperti keras kepala dan ingin segera menikahi Hitomi. Kalau tidak salah orang tua pacarnya itu sangat mendesaknya. Apabila tidak segera meminang Hitomi, maka pacarnya itu harus menikah dengan wanita pilihan orang tuanya. Hitomi kebingungan. Di satu sisi ia mau-mau saja untuk diajak serius, tapi di sisi lain ia tidak mau melangkahi Gowon. Bukan hanya tentang aturan adat, Hitomi memang tidak ingin membiarkan Gowon terus dihina oleh orang-orang. Tapi Hitomi juga tidak ingin kehilangan pacarnya.

Hitomi memang tidak memaksa Gowon untuk segera menikah. Hitomi hanya mengatakan kalau ia membutuhkan tempat curhat. Hubungan mereka berdua memang tidak sedekat itu. Tapi tetap saja bagi Hitomi, Gowon ialah kakak tersayangnya.

Masalah datang tidak cukup sampai di situ. Perkara pekerjaannya di sekolah akhir-akhir ini juga membuatnya tambah pusing. Banyak anak muridnya di sekolah yang bertengkar. Gowon sebagai guru pun berusaha menjadi penengah. Namun ada orang tua wali yang menganggap Gowon lebih memihak di satu sisi. Anaknya merasa mendapatkan perlakuan tidak adil.

Hidup itu memang seperti itu ya. Gowon menghela nafas. Sekarang sudah jam 12 kurang 2 menit. Ia pun mencoba menutup mata dan berharap akan segera terlelap.

Namun saat pukul 12 tepat, terdengar suara ketokan pintu. Gowon bukanlah orang yang percaya dan takut pada hantu sehingga ia memilih untuk bangkit dan akan membukakan pintu depan. Kali saja penting. Ya meskipun sulit dipercaya kenapa datangnya larut malam seperti ini. Tapi Gowon juga menduga mungkin saja itu Sunghoon yang datang bersama dengan teman-temannya yang lain untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Saat ulang tahun Sunghoon tahun lalu seperti itu soalnya.

Saat pintu terbuka, ternyata dugaannya salah. Itu bukan orang penting ataupun Sunghoon dan teman-temannya.

Itu Jungmo.

Iya, Koo Jungmo.

Pria itu berdiri tegap sembari membawa kue ulang tahun rasa mint chocolate kesukaan mereka berdua. Senyum merekah nampak terukir saat Gowon telah membukakan pintu. Namun sayangnya baru beberapa detik terbuka, Gowon kembali menutupnua dengan keras. Lebih seperti membanting pintu rumah tersebut.

Tepat setelah pintu tertutup dan dikunci kembali, terdengar suara petir yang menggelegar. Suara rintikan hujan mulai terdengar. Gowon memastikan kalau di luar sedang hujan.

"GOWON TOLONG BUKA PINTUNYA! SAYA MINTA MAAF! Lihat, sekarang saya bawa kue ulang tahun dengan rasa kesukaan kamu. Saya yang membuatnya sendiri." Suaru teriakan Jungmo dari luar menggema bersama dengan rintikan hujan.

"PERGI!" Gowon mengusir.

Namun Jungmo masih tidak menyerah. Gowon mencoba tidak peduli dan memilih kembali ke kamarnya. Ia mencoba memejamkan mata meskipun air matanya mengalir dengan deras.

Kini yang terdengar ialah suara ketokan dari jendela kamarnya. Gowon lupa menutup jendelanya itu dengan korden, sehingga ketika ia tak sengaja melirik ia bisa menemukan bayangan Jungmo di sana. Di luar hujan deras, Jungmo nampak telah basah kuyup. Kue ulang tahun yang ia bawa tadi entah ia taruh mana. Yang jelas sekarang Jungmo berdiri dengan tangan kosong.

"Gowon, tolong maafkan saya!" Sayup-sayup Gowon mendengar suara Jungmo terus mengumandangkan kalimat tersebut. Jujur, Gowon tidak tega.

Tiba-tiba Gowon bangkit, kemudian tangannya meraih sebuah silet yang tergeletak di atas meja kamarnya. Jungmo nampak membelabakkan matanya. Tindakan apa yang akan dilakukan Gowon?

"Kalau kamu nggak segera pergi, saya lebih baik bunuh diri." Itu ialah ucapan paling gila yang pernah keluar dari mulut Gowon.

"GOWON, APA YANG AKAN KAMU LAKUKAN?!"

Gowon menggingit bibir bawahnya. Tangan kanannya mulai membuka silet tersebut. Lantas ia menggores tangan kirinya dengan benda tajam tersebut.

"JANGAN BERTINDAK MACAM-MACAM GOWON!"

"MAKANYA SEGERA PERGI DARI SINI!" Gowon meringis lantaran sepertinya luka yang ia buat terlalu dalam.

Jungmo pun kalang kabut. Pria itu berlari menuju depan rumah Gowon kembali. Tidak peduli dengan dinginnya guyuran hujan yang telah membasahinya sejak tadi. Jungmo mencoba mendobrak pintu depan Rumah Gowon. Ia sudah tidak bisa berpikir jernih. Kalaupun ia meminta kunci cadangan pada Sunghoon akan memakan waktu, karena yang ia tahu Sunghoon sudah terlelap sekarang.

Meskipun harus mencoba beberapa kali, akhirnya pintu tersebut terbuka. Jungmo langsung berlari menuju kamar Gowon. Jungmo berharap ia tidak terlambat.

Tapi Tuhan berkata lain.

Jungmo menemukan tubuh Gowon yang sudah tergeletak di atas lantai dengan darah yang mengalir dari tangan kirinya. Adapun hal mengejutkan lain. Mulut Gowon juga berbusa. Nampak tangan kananya yang memegang sebuah kemasan yang Jungmo yakini itu ialah racun tikus.

Tubuh Jungmo langsung lemas seketika.

---

𝟙𝟚 ℳꪮᥒth᥉ [ 구정모 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang