1. Merindu
Sehun masuk ke ruangan Jongin. Melihat wajah manis itu terbalut perban. Infus dan selang pernapasan membuat Sehun miris dibuatnya.
Dia meletakan bunga mawar putih di atas meja. Berharap Jongin bangun dan menyambutnya dengan senyuman.
"Sehun."
Dia baru saja menutup pintu ruangan Jongin. Dimana seorang wanita berdiri di depan pintu ruangan, menatapnya ramah.
"Bibi Kim."
"Terimakasih sudah begitu perhatian pada Jongin."
"Sama-sama, bi. Bibi yang sabar, ya."
Jaejoong mengangguk pelan. "Aku sudah mengurus perceraianku dengan pria itu."
Sehun berbalik badan. Wajah penuh rasa bersalah nampak jelas di wajah Jaejoong.
Sehun tak mau mengomentari kebodohan Jaejoong selama ini. Pastilah wanita itu punya alasan mempertahankan pernikahannya dengan pria brengsek itu."Aku lega mendengarnya, bi." Kata Sehun.
"Tolong jangan menghindari Jongin meskipun dia tidak akan sama lagi ya, Sehun."
"Kau tak perlu khawatir untuk itu, Jaejoong."
Yunho datang membawa sambil menenteng plastik di tangannya. Sehun mengulum senyum kepadanya.
"Aku akan membiayai semua perawatan Jongin. Bahkan untuk biaya operasi plastiknya."
"Tapi—"
"Bi, tolong jangan menolaknya. Kita semua ingin Jongin tidak menutup diri lagi. Tolong jangan pertahankan ego bibi."
Jaejoong menangis, Yunho menariknya ke dalam pelukannya.
"Maafkan ibu, Jongin." Tangisnya.
...
Tak seorangpun di kelas menanyai bagaimana kondisi Jongin—kalau tidak mau Sehun memberinya tatapan tajam. Atau gertakan Namjoon agar mereka mengurus urusan mereka sendiri.
"Ini makanlah. Kau pasti belum makan, kan." Kata Minho.
Seungyeol memberikan saus tomat banyak-banyak pada sosis goreng yang dibawakan Minho untuk Sehun.
Chanyeol juga membawakannya udang goreng—teman-temannya sangat suka udang goreng tepung buatan ibunya.
"Makan dulu, Hun. Kau bisa sakit nanti." Namjoon menepuk bahunya.
"Terimakasih teman-teman." Ucapnya.
Kim Seokjin datang dengan sebuket bunga dan ucapan semoga cepat sembuh ke arah mereka.
Namjoon membusungkan dadanya, seolah bertingkah ingin dilihat. Tetapi Seokjin mengacuhkan dirinya. Dan berjalan mendekati Sehun.
"Aku tahu kau tidak akan mau ditanyai soal Jongin. Tapi tolong sampaikan ini untuknya dari ku dan semua anak. Semoga cepat sembuh." Kata Seokjin, dia tersenyum yang membuat Namjoon semakin salah tingkah.
Kemudian dia menoleh ke arah Namjoon. "Aku senang kau tidak banyak tingkah lagi. Lagipula surat detensi juga sudah habis. Baru mau ku minta lagi ke kepala sekolah. Nah, kalian semua—menunjuk Chanyeol, Minho, dan Seungyeol—semoga hari kalian menyenangkan."
...
"Jongin."
Malam itu Sehun datang ke ruangan Jongin yang masih menutup kedua matanya.
"Kau harus bangun. Jangan mati, dong! Kami semua sangat menyayangimu." Katanya.
Dia mengusap tangan kanan Jongin. "Bagaimanapun kau nanti, aku tidak akan meninggalkan dirimu. Aku..aku sangat menyuka—ani, aku mencintaimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
A MILLION DREAMS (HUNKAI TRILOGI)
Fiksi PenggemarOh Sehun pemuda berandalan yang suka mencari masalah. Ayahnya seorang direktur di sebuah rumah sakit, mengharapkannya menjadi seorang dokter. Tetapi ia menolak keras, mengingat kebenciannya pada Rumah Sakit dimana ibunya meninggal dunia tanpa pertol...