Oooh, Pak RT

22 7 10
                                    

Aku ini bukan selebriti tapi kenapa tetangga selalu saja mengomentari hidupku.

Sekar menekuk wajahnya saat mengingat kekesalannya. Padahal ia sendiri tidak mempermasalahkan pekerjaan Adit. Mereka tidak tahu dan tidak akan mengerti kalau Adit bisa menghasilkan uang meskipun sedang tiduran di rumah.

Adit yang kuliah di jurusan keperawatan, menekuni blog. Salah satu bidang yang ia sukai dn menghasilkan uang. Ia membuat artikel tentang kesehatan. Sebelum ia lulus dan bsa bekerja sebagai perawat, Adit membagi pengetahuannya dalam sebuah artikel.

Percuma jika Sekar menjelaskan tentang semua itu. Ibu-ibu tukang gosip di sekitar rumahnya tidak akan mengerti. Mereka pasti akan menganggap Adit ngepet.

Hari ini penjualan buku sedang sangat tinggi. Mendekati ujian sekolah, banyak anak ataupun orang tua yang mempersiapkan buku sumber dan buku ujian.

"Mas, jemput aku ya!" ucap Sekar dalam sambungan teleponnya.

Sekar segera pulang saat Adit sudah datang. Seperti biasa, ia harus menutup mata dan telinga saat melihat ibu-ibu sudah berjejer. Mata dan mulut mereka sudah pasti membahas pernikahan mereka.

"Sekar, Ibu mau bicara dulu sebentar."  Bu Ratna menarik tangan Sekar.

"Mas ke kamar duluan ya. Aku mau bicara dulu dengan ibu," ucap Sekar.

"Iya," jawab Adit dengan perasaan yang tidak enak.

"Ada apa Bu? Lain kali kalau mau bicara jangan begini ya. Aku tidak enak sama Mas Adit.

"Maaf Kar. Tapi ibu tidak sabar. Kamu ini kenapa tidak libur dulu?" tanya Bu Ratna.

"Libur apa bu?" tanya Sekar.

Sekar tidak mengerti kenapa ibunya harus bertanya hal demikian. Karena sebenarnya ia sudah menjelaskan tentang jadwal libur yang ia ambil.

"Ibu malu dengar tetangga. Mereka bilang kamu nikah tapi harus banting tulang sendirian. Sementara suami kamu malah asik-asikan tidur di rumah orang tuanya," ucap Bu Ratna.

Sekar menggelengkan kepalanya. Ia tidak percaya jika gosip tentang dirinya begitu luar biasa. Lelah rasanya menjalani hidup di lingkungan penuh kedengkian.

"Mereka memang tidak bisa melihat orang lain bahagia Bu. Aku harap ibu tidak terhasut dengan ucapan orang," sindir Sekar.

Sekar sendiri sadar jika ibunya ikut mengiyakan. Tapi kenapa mereka semua tidak ada yang peka dan mengerti keadaannya. Langsung masuk kerja setelah hari pertama pernikahannya, bukan sepenuhnya karena tuntutan ekonomi. Tapi Sekar juga tidak bisa meninggalkan pekerjaannya begitu saja. Ia tentu harus bertanggung jawab dan profesional.

"Ibu bicara apa?" tanya Adit saat Sekar sudah masuk ke kamar.

"Tidak Mas," jawab Sekar mencoba untuk menutupi semuanya.

"Kita ngontrak yu!" ajak Adit tiba-tiba.

"Hah?" tanya Sekar.

Sekar sempat tidak mau saat Adit mengajaknya untuk mengontrak rumah. Bukan tanpa alasan, tapi saat ini keuangan mereka belum stabil.

"Rumah tangga yang indah itu mandiri. Meskipun kita hidup susah, tapi kita akan menghadapi semuanya bersama. Tanpa membebani orang tua," ucap Adit.

"Aku ikut keputusan Mas saja," ucap Sekar setelah mempertimbangkan semuanya.

Pagi-pagi Sekar bicara dengan ibunya. Sempat terjadi kesalah pahaman. Namun Adit berusaha meluruskan hingga semuanya kembali membaik.

"Tapi kalian jangan lupa main ke sini ya!" ucap Bu Ratna.

MaafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang