awalan.

222 19 2
                                    

Membuka mata pada pagi hari yang cerah sejatinya dapat membuat tubuh merasa bugar, untuk sebagian orang atau untuk waktu tertentu saja barangkali. Sebab terbangun dipagi hari cerah yang dialami Sarah tak berkesan indah, karena ia sadari ada satu tangan melingkar erat sambil mengelus kulit navelnya tanpa sopan. Hembusan napas pada punggung polosnya pun terasa begitu panas dan hampir membuat kepalanya mendidih. Ingatan selamam pun berputar seenaknya dalam benak, seperti mengejek dirinya yang kini diterpa sesal sedemikian dalam. Sial, sial, sial. Hanya ratapan dan sumpah serapah yang bisa ia semburkan dalam hati yang kini berkecamuk penuh amarah juga kekecewaan. Kecewa pada pria yang kini masih mendengkur halus dibelakang tubuhnya, kecewa pada botol alkohol yang berserakan disekitar kamar, terlebih kecewa pada dirinya sendiri yang dengan kurang ajarnya menyeret mahluk buntalan berisik itu dalam pusaran permasalahan kehidupannya.

Masih dalam lingkupan selimut tebal, kedua tangan Sarah saling menggenggam. Merapal doa dalam hati, demi tuhan, jika ada satu keajaiban yang bisa ia miliki dengan menukar seluruh keberuntungan hidupnya selama ini, maka ia rela tukarkan asal saja malam tadi bisa ia putar kembali. Sungguh, Sarah tak pernah ingin ada malam dimana ia dan si buntalan berisik itu dalam satu ranjang yang sama dan berbagi peluh dengan nafsu penuh. Sungguh tidak ingin!

Tapi mau dikatakan apalagi, itu semua sudah terjadi, dan manusia yang paling dihindarinya saat ini malah mendengkur santai juga menenggelamkan kepalanya pada bantal, mencari kenyamanannya sendiri.

Setelah beberapa menit bergulat dengan batin, Sarah pun bangkit dari sana dan berlari menuju kamar mandi, kewajibanya pada pekerjaan pun tak bisa ia abaikan begitu saja. Mengambil cuti dadakan sepertinya bukan pilihan yang bisa ia ambil saat ini. Bisa - bisa surat pemecatan yang ia terima, Sarah tak mau hal itu terjadi. Untuk sekarang, lebih baik mengesampingkan urusan si buntalan berisik dan fokus bekerja terlebih dahulu. Sore hari nanti, selepas ia bekerja maka Sarah akan membicarakan kejadian semalam dengan pemuda itu, dengan kepala dingin tentunya. Karena Sarah paham, ini semua bukan atas dasar kemauan mereka berdua, bukan pula karena keterpaksaan salah satunya. Ini murni kecelakaan, dan Sarah cukup merasa bersalah karena pemuda ini berusia jauh dibawahnya. Sarah merasa telah menjadi perusak generasi muda.

Semoga tuhan memaafkannya.














PERFECTLY C(K)OOK
Jeon Jungkook

©Imaginaryn

short story || fluff romance || alternative universe || lokal || bahasa baku / non baku || 2022

Disclaimer!
Cerita ini hanya fiktif belaka. Kesamaan nama tokoh, tempat dan kejadian bukan suatu unsur kesengajaan.
Visualisasi hanya sebagai pendukung cerita!



Perfectly C(k)ook✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang