keempat.

62 14 9
                                    

Sebulan penuh. Iya, sebulan penuh Jean berpikir keras tentang bagaimana cara agar ia bisa kembali ke apartemen Sarah untuk tinggal lagi dengan perempuan itu. Tapi sampai kepala kosong itu berasap pun Jean tetap tak mendapat ide untuk mendekati Sarah lagi. Mereka memang masih berkomunikasi, dan yang pasti lebih banyak Jean lah yang memberi berbagai pesan pada Sarah, telpon masih diangkat perempuan itu sesekali, tapi lebih banyak diabaikan daripada tersambungnya.

Jean pun sempat ingin mengunjungi apartemen Sarah, namun ditolak mentah-mentah, Sarah bilang dia butuh waktu untuk sendirian dan berbagai alasan lain agar Jean tak datang. Jean yang tak ingin membuat Sarah tak nyaman pun akhirnya hanya bisa menunggu dan menunggu, semoga bisa bertemu, juga dibukakan pintu hati perempuan itu lebar-lebar.

Tapi siang itu, saat Jean berusaha mengerjakan pr matematika yang membuat separuh otaknya kaku, tiba-tiba saja Sarah datang dengan membawa buah tangan, dua kantong belanjaan dan dua alat tes kehamilan. Jean yang isi kepalanya masih beku pun jadi tak dapat menggerakan organ tubuhnya yang lain, benar-benar diam ditempat seperti ada yang menekan tombol pause pada badannya.

Satu, dua, tiga detik berlalu. Jean pun memberi satu pertanyaan dan dibalas jawaban anggukkan. Empat, lima, enam detik terlewat, barulah Jean sadar jika saat itu ia mendapat sebuah keberuntungan, keajaiban juga anugrah terbesar yang tuhan kirimkan untuknya. Tubuhnya seketika panas seperti ada jutaan voltase listrik yang menyengat, memberinya euforia membuncah yang membuat ia ingin meledak-ledak dalam kegembiraan.

Penantiannya selama sebulan penuh tak sia-sia, akhirnya takdirlah yang memberinya jalan untuk bisa kembali bersama dengan Sarah, yang amat sangat dirindukannya. Ia tak perlu repot-repot lagi berpikir karena kini Sarah sendiri yang datang menghampirinya. Ini benar-benar privilege abadinya, ketika Jean memegang alat tersebut dan menatapnya. Terima kasih pada joni yang telah berjuang sekeras ini karena memberi Jean susu kental manis grade A. Jean bangga padamu nak.

Sepertinya, tidak ada lagi yang bisa merusak bahagianya seorang Jeandra Jungkook Bahuwirya. Privilege seumur hidup bersama Sarah sudah ia dapat, pun dengan Sarah yang kini menginap ditempat kosnya, double-double bahagianya. Tapi tuhan pun tak serta merta memberinya gula karena ia pun tetap harus mendapat asamnya, seperti halnya sekarang yang dihadapkan pada gerbang menjulang seakan memberi peringatan jika tak seorang pun bisa dengan mudah masuk kedalamnya. Rumah keluarga Sarah.

Dahinya berpeluh, kedua tangan pun serasa sedingin bongkahan es. Untuk pertama kalinya ia akan menginjakan kakinya dirumah ayang. Duh, Jean gak siap sebenarnya. Tapi medan perang sudah berdiri gagah didepan matanya, sudah amat sangat terlambat untuk ia putar arah, balik kanan grak.

Tak ingin membuat Sarahnya kecewa, Jean pun hela napas panjang sebelum langkahkan kakinya memasuki hunian tersebut. Memanjatkan beberapa doa agar nanti diberi kekuatan untuk menghadapi kedua orang tua Sarah dan mendapat restu untuk menikahi puteri mereka. Meski tanpa perisai atau pun senjata tak apa. Jean masih memiliki kartu as-nya, yaitu kekuatan tanam saham.

"Sarah,"

Seorang wanita paruh baya menghampiri anak semata wayangnya, memeluk erat tubuh kecil itu dan meluapkan kerinduan mendalamnya. Dapat Jean lihat bulir bening itu jatuh dari pelupuk sang ibu, membuat ia pun merasa haru.

"Maaf Sarah baru nengokin ibu sekarang." sesal sang anak sembari mengendurkan pelukannya

Ibu pun menggeleng ribut, kembali merengkuh Sarah dalam dekapan hangatnya.

"Gak apa, nak. Yang penting kamu sehat ibu udah seneng." balas ibu.

Beberapa saat larut dalam luapan rindu, akhirnya keberadaan Jean pun ter-notice. Seorang pemuda tersenyum lebar menampilkan deretan giginya yang hampir serupa kelinci.

Perfectly C(k)ook✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang