kesebelas

78 13 2
                                    

Ini bulan ketujuh, terhitung sudah dua bulan Jean menyandang gelar suami untuk Sarah. Selama itu pula dia berusaha untuk menjadi suami siaga 24/7 untuk sang istri juga calon buah hatinya, yang selalu siap sedia kapanpun dibutuhkan.

Beruntung, kehamilan Sarah bukan tipe rewel yang mengidam ini itu yang tak masuk akal. Sarah justru tak terlihat sedang hamil jika bukan dari bentuk tubuh, terutama perutnya yang semakin membesar.

Sarah sehat, pun dengan bayi dalam kandungannya. Dia bahkan tak mengalami yang namanya morning sickness seperti yang biasa ibu hamil lainnya alami. Setiap bulan ketika cek kandungan pun tak pernah ada yang membuat khawatir. Semua terasa begitu mudah untuk mereka yang memang tak memiliki pengalaman juga persiapan sebelumnya.

"Jadi beli baju baby?"

"Iya, nanti sore deh biar gak panas." sahut Sarah yang kini sedang mengoleskan lotion khusus pencegah stretch mark pada perutnya.

Jean yang tadi baru keluar dari kamar mandi pun hampiri Sarah yang duduk dipinggir ranjang.

"Aku bantuin ya?"

Sarah menggeleng, lalu julurkan tangan pada Jean yang masih berdiri di hadapan nya. Melihat itu, Jean lantas segera mengambil tangan Sarah untuk dikecup. Romantisnya anak muda, sebelum Jean meringis memegangi paha.

"Kok ditabok sih aku nya?" protes Jean.

"Aku minta tolong bangunin, malah dicium." gerutu Sarah.

"Bilang dong, ayang bangunin aku dong, gitu." jawab Jean dengan suara dibuat semanja mungkin. "Terus nanti aku sahutin, gak mau agh, mau nya boboin aja." lanjutnya sambil kedip genit.

"Emang minta dihajar." sembur Sarah

"Gakpapa Sa, gakpapa. Biar love language kamu physical attack juga aku tetep cinta— aawh ampun iya ampun. Jangan cubit, sumpah cubitan kamu pedes banget." keluh yang lebih muda.

"Sukurin, lagian rese."

Jean masih merengut sambil mengusap-usap pinggang yang menjadi sasaran kebrutalan Sarah, namun tak begitu lama sampai ia kembali menjulurkan tangan untuk membantu sang istri tercinta berdiri.

Tangan itu masih ia genggam, belum ingin lepas meski Sarah sudah berdiri tegak di hadapannya. Jean habiskan ruang yang tersisa diantara keduanya, bukan berdua, ini bertiga meski yang satunya masih sibuk bergelung manja dalam balutan cinta kasih sang ibu.

Jean bawa tangan yang ia genggam untuk sentuh sisian rahang tegasnya, memejam sebentar sebelum diciumnya telapak tangan Sarah cukup lama.

"Tangannya pake buat usap-usap aja, jangan cubit-cubit ya mommy babby." pinta Jean manja.

Kurang lebih seperti itu keseharian pasutri beda usia ini, selalu diisi dengan berbagai bumbu manis, asam, pedas yang menjadi pelengkap kehidupan mereka.

Tidak sempurna, tapi cukup untuk saling menyempurnakan.

***

Memasuki usia kandungan kesembilan Jean semakin protektif pada Sarah, sebisa mungkin ia selalu berada di sekitar perempuan itu. Sarah juga sudah mengambil jatah cutinya dari seminggu yang lalu dan selama satu pekan itu pula ia selalu ditempeli si buntalan berisik.

Tidak pernah terbayangkan oleh Jean sebelumnya, ia akan menyandang gelar sebagai seorang suami di usia nya yang belum genap menginjak angka dua puluh, belum lagi hanya tinggal menunggu beberapa minggu statusnya berubah menjadi seorang ayah.

Perfectly C(k)ook✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang