『 11 』Cerita dan Pelukan

49 14 28
                                    

Jarum pendek menunjuk angka sebelas, disusul jarum panjang yang bergerak lamban di mata Kiito. Atau mungkin, itu karena energinya sudah terkuras habis karena tertawa bersama dua orang yang kini duduk di sisi kanan dan kirinya.

Satu-satunya sumber cahaya ada di depan ketiganya, laptop Kiito yang memainkan adegan terakhir film yang sudah keluar sejak dua atau tiga tahun yang lalu. Namun bukan suara percakapan antartokoh yang dapat Kiito dengarkan, melainkan kuap Kin yang menular ke Yume, kemudian menular ke dirinya.

Makan malam tadi terlalu menyenangkan. Ayah membuatkan kare dan katsu, Gadis itu yakin Yume sudah biasa memakan hal seperti itu, tetapi Kin ... anak itu menyikatnya habis dalam waktu sekejap dan memuji siapapun pembuatnya—yah, gadis pirang itu menatap ibu untuk melihat reaksinya, tetapi yang diam-diam tersenyum puas adalah ayah. Namun sungguh, Kin tidak bisa diam sampai-sampai Yume menyentilnya beberapa kali. Sayangnya, ibu juga tidak kalah diam.

Kin juga cepat sekali menentukan film apa yang akan ia ulas malam itu. "Ambil saja yang ulasannya sudah ada di internet!" ujarnya, diikuti cubitan dari Yume ke lengannya.

Namun dari pada fokus ke film, gadis pirang itu sibuk dengan camilan yang dibeli sebelumnya. Ia membuka kantung demi kantung, merobek plastik demi plastik, dan berakhir nyaris menghabiskan semuanya sendirian. Beberapa kali Yume mengingatkan bahwa gadis itu harus menyelasaikan ulasannya malam ini, tetapi, "Itu mudah, santai saja! Setelah filmnya selesai, aku akan langsung mengambil pena dan kertas ulasan itu."

Kenyatannya tidak. Kin merebahkan dirinya di kasur lipat yang ibu berikan sebelumnya, menjilat sisa makanan yang menempel di pinggir bibirnya, dan bersendawa.

"Astaga, kenapa aku jadi malas sekali mengerjakannya, ya?" Kin menghadapkan tubuh rampingnya ke sisi kanan, menatap kedua temannnya yang masih duduk di hadapan laptop. Gadis itu nyengir. "Apa aku minta Pajet saja ya untuk menyelesaikannya—?"

Sebuah bantal mendarat ke perutnya. Kiito terkesiap, Yume pelakunya. "Enak saja," jawabnya, "kau pikir kau bisa lari dari tugas-tugasmu? Semuanya saja kamu serahkan ke orang lain!"

"T-tapi," Kin mengelus-elus perutnya yang berlapis piyama. "Pajet 'kan suka mengulas sesuatu! Mau itu film, novel, juga—"

"Tapi ini tugasmu, Kin!" Yume menghempaskan bantalnya lagi, kini ke kepala Kin. "Kak Zack tidak akan mengerjakan tugasmu. Lagi."

"Nanti aku bayar!" Kin mengangkat kedua tangannya, menyerah. "Lagi pula, ini 'kan tugasku. Biar aku yang menyelesaikannya—"

"Dengan menyuruh orang lain menyelesaikannya, begitu?" Yume memutarkan bola mata.

"Anu, maaf." Kiito mengacungkan tangan, seakan-akan hendak bertanya. "Siapa ... Pajet ... anu, Kak Zack?"

"Ah, itu anak kelas sebelas di OA." Yume kini mengalihkan seluruh perhatiannya ke Kiito. "Dia ... kalau tidak salah, mengambil jurusan IPS."

"Oh iya!" Kin hinggap di balik Yume, membuatnya nyaris terjatuh. "Kiito belum masuk group chat OA, Yume!"

"Sebentar, memangnya Kiito sekarang sudah mendaftar—?"

"Kira tadi sempat bilang kepadaku kalau ada 'cewek yang matanya ditutup itu' sempat ke OA tadi siang," terangnya. "Kau ke sana untuk mendaftar kelas 'kan, Kiito?"

Gadis bersurai jambon itu menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Iya, sih."

"Nah!" Kin menatap Yume dengan senyum tipisnya. "Invite dia, Yume!"

Yume berbalik, mengambil selembar kertas dan pena yang sedari tadi sudah disiapkan Kin sebelum menonton film, kemudian menaruhnya di depan Kin. "Sementara ku-invite Kiito, kerjakan ulasanmu itu, ya?"

Wabi SabiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang