4. Masa Lalu (1)

11 6 0
                                    

Happy reading!

***

Tio selaku ketua kelas XI Mipa 2, maju ke depan. Setelah guru keluar,dia mengambil alih atensi membuat teman-temannya fokus mendengarkan.

Akan diadakan pertandingan dalam memperingati hari ulang tahun Pak Botak, guru Penjaskes terkenal di SMA seberang dua minggu dari sekarang. Mumpung hadiahnya lumayan besar, Tio langsung saja menerima tawaran guru yang meminta kelasnya untuk mewakili.

Pertandingan ini akan diadakan dua hari berturut-turut. Ada bazar besar yang dibuka juga tentunya.

Tio sudah menentukan setiap orang yang akan menjadi perwakilan dari kelasnya. Dia ingin memastikan kalau semua teman satu kelasnya bisa turut berpartisipasi juga.

Basket, bulu tangkis, futsal, catur, ping pong, voli. Seperti yang Tio duga, nyaris semuanya kebagian baik tim putri ataupun tim putra.

"Sisanya tinggal kiper sama satu lagi penyanyi solo buat putri. Ada yang belum kebagian?" Tio bertanya.  Kina mengangkat tangan, lalu di samping kiri Baswara sisa cewek lain juga menunjuk diri ogah-ogahan.

Sekelas langsung hening berjamaah.

Renjana.

Mampus. Tio hampir lupa kalau di kelasnya ada cewek yang hampir tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi dia sungkan kalau tidak mengajak gadis itu ikut serta.

Kira-kira apa yang bisa dilakukan Renjana agar bisa ikut serta? Tio berpikir keras.

"Jana ikut lomba makan kerupuk aja gimana?"

Satu kelas kembali hening, membayangkan Renjana makan kerupuk.

"Jana! Makan kerupuknya!"

"Dih, kok nyuruh?"

Dan sedetik kemudian, Renjana kalah.

"Biar gue yang gantiin Jana makan kerupuk!" Kina menyengir. Tidak bisa membiarkan Renjana jadi alasan kekalahan lomba semudah itu. Yang lain mengangguk setuju. Renjana hanya akan membiarkan tim lawan menang.

"Jadi sisanya tinggal satu. Jana bisa ikut bola goto--" ucapan Tio terhenti.

Mustahil!

Makan kerupuk aja Renjana pasti tidak mau. Apalagi disuruh lari. Bisa-bisa Renjana mati kalau dipaksa.

Gak guna. Hidup Renjana sangat tidak berguna.

"Lebih gak guna hidup lo sih." Sahut Renjana tiba-tiba yang membuat seluruh aksistensi mengarah ke dirinya.

Tio meringis. Lupa kalau Renjana bisa membaca pikiran. "Jana, gue minta maaf." Tio berbisik merasa bersalah.

"Gak bakal gue maafin." Renjana menjawab datar.

Baswara menghela nafas, cowok itu menatap Renjana kemudian kembali ke Tio.

"Mungkin Aku gak tau apa yang ada di dalam pikiran TIo. Tapi harusnya kamu maafin, kan?" Baswara menjitak pelan kepala Renjana pelan. Membuat cewek itu meringis.

"Harusnya yang dijitak itu dia, bukan gue." Protes Renjana.

"Biar gue aja yang gantiin Jana buat bola gotong!" kina mengangkat tangannya semangat.

Sekelas langsung bertepuk tangan. Terharu karena Kina mau menyelamatkan mereka dari kemungkinan kalah sebelum bertanding. Ya... mau bagaimana lagi? Lagipula Kina cewek paling banjir energi di kelas mereka. Mengikuti beberapa pertandinganpun tak akan membuat gadis itu tumbang.

"Lah? Padahal gue gak keberatan ikut bola gotong." Semua berbalik ke arahnya lagi dengan tatapan bingung.

"Beneran?" Tanya Tio ragu.

Perfect HumanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang