Berbulan-bulan sejak Kazutora mengetahui bahwa [Name] sedang mengandung anaknya, laki-laki itu bersikap lebih lembut dari sebelumnya.
"Kazutora," [Name] memanggil, menatap perutnya yang sudah sedikit membuncit. "Kau ingin anak laki-laki atau perempuan?"
Kazutora tersenyum simpul seraya mengacak rambut halus [Name] yang kini duduk di sebelahnya. "Aku tidak terlalu mempermasalahkan jenis kelamin."
[Name] tertawa pelan, esok hari ia akan pergi memeriksakan kandungannya sekaligus USG. Wanita itu tidak sabar mengetahui jenis kelamin anaknya. Walaupun sebenarnya sama seperti Kazutora, [Name] tidak terlalu mempermasalahkan jenis kelamin. Ia hanya ingin tahu saja.
Kazutora menekan tombol off pada remote televisi setelah melihat ke arah jarum jam yang sudah menunjuk angka sembilan. "Sudah malam, ayo tidur."
[Name] mengangguk, ia berdiri dengan dibantu oleh Kazutora. Helaan nafas terdengar setelah ia berhasil berdiri. "Aku tidak sabar menantinya lahir ke dunia."
Kazutora hanya menggelengkan kepalanya pelan dan terus melangkahkan kaki menuju kamar. "Masih lama."
"Aku ingin segera bermain dengannya." Lagi-lagi ucapan [Name] membuat Kazutora geleng-geleng kepala. Jika dihitung, [Name] harus bersabar sekitar dua bulan lagi.
"Kenyataannya, kau justru tidak pernah bermain dengannya."