[6/10]

3.8K 869 65
                                    

"Saat mengetahui hal itu..."

Kazutora menatap [Name] yang menyembul dari balik pintu. Tangan wanita itu memegang nampan dengan satu gelas air mineral dan juga mangkuk berisi bubur di atasnya.

Sudah dua hari Kazutora demam. Bukan hanya karena hujan-hujanan, tetapi akhir-akhir ini Kazutora susah tidur.

[Name] menyeret kursi kecil hingga berada di sebelah ranjang. "Buka mulutmu."

Kazutora menurut saja apa yang dikatakan oleh [Name]. Menelan beberapa suapan bubur hingga satu mangkuk selesai dihabiskan.

Ketika [Name] menyodorkan obat dan segelas air putih, Kazutora menatapnya ragu. Laki-laki itu justru mengatakan; "Aku sudah sembuh."

[Name] menghela nafas lelah. Bisa-bisanya mantan berandalan susah minum obat. "Cuma obat penurun panas, bukan narkoba."

"Pahit." Celetuk Kazutora, kemudian memalingkan wajahnya. Kazutora golongan manusia sulit menelan obat tablet. Walaupun sudah menelannya bersama dengan roti atau pisang, obat tersebut tetap tertinggal di mulut.

"Kazutora." Ucap [Name] penuh penekanan. Rasanya ia seperti sedang berhadapan dengan bocah yang tidak mau minum obat.

Kazutora bergidik ngeri, tangannya mengambil obat dan gelas dari tangan [Name] tanpa mengucapkan kalimat apapun.

"Cepat telan, nanti ku kasih hadiah." 

"Hadiah?" Tanya Kazutora, memasukkan obat ke dalam mulutnya dan meneguk air.

[Name] mengambil sesuatu dari saku dan mengarahkan tepat ke wajah Kazutora --testpack. "Lihat!"

Benar, obatnya sudah berhasil di telan, tetapi hal itu didasari oleh ketidaksengajaan. Saking terkejutnya, Kazutora sampai tersedak. "[Name]?!?!"

[Name] hanya tersenyum simpul ketika Kazutora tiba-tiba menarik tubuhnya dan mendekapnya erat. Ia dapat merasakan jika suhu tubuh Kazutora masih sedikit panas.

𝐖𝐈𝐅𝐄 » kazutoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang