7

14 2 0
                                    

Dokter tadi memanggil dokter Anna untuk melakukan pemeriksaan lebih detail. Tapi tiba-tiba darah mengalir dari selangkangan Alea.

"Dddaaa.... Darah!!!!" Teriakku.

Para perawat langsung berlari menuju Alea dan memintaku untuk menunggu diluar. Aku semakin kalut dan panik. Aku segera menelepon bik Inah untuk memberitahukan keadaan Alea dan memintanya untuk mengantarkan beberapa pakaian Alea.

10 menit.....

15 menit.....
Bik Inah sampai di rumah sakit. Dia membawakan barang yang aku minta. Dia terlihat sangat panik dan takut terjadi sesuatu pada Alea.

20 menit......

Sudah 45 menit dan belum ada satupun perawat maupun dokter yang keluar dari ruangan itu. Aku menjadi semakin takut dan kalut.

Tuhan selamatkan Alea dan kandungannya. Aku mohon. Doaku dalam hati.

Tiba-tiba....

"Keluarga Alea?" Kata dokter Anna.

"Saya walinya dok." Jawabku

"Dokter Michelle, mohon maaf kami sudah melakukan yang terbaik tapi kandungan Alea tidak bisa bertahan. Kami terpaksa melakukan tindakan pada kandungannya." Jelas dokter Anna.

Aku dan bi Inah menangis mendengar itu.

"Salah satu dari janinnya masih bisa bertahan. Tapi kita tidak tau hal yang pasti sampai kondisi Alea stabil." Tambah dokter Anna.

Aku dan bi Inah berdoa dan berharap kalau janin itu bisa bertahan sedikit lagi. Aku meminta bi Inah untuk pulang dan menunggu dirumah dan aku yang menjaga Alea malam ini.

"Aaaa..hhhhh sssaa...kkiitt..." Ucap Alea terbata.

"Kamu sudah bangun Lea?!" Ucapku senang.

"Dokterr!!!!! Suster!!!!! Lea bangun!!!!" Teriakku pada staff medis.

Dokter dan susterpun segera berlari dan melakukan pemeriksaan kepada Alea. Mereka menyuntikkan obat penahan rasa sakit pada Alea dan membuat Alea tertidur sepanjang malam.

*Pov end*

*Pagi hari*

"Apa yang terjadi?" Tanyaku pada Michelle.

"Kamu tertabrak pada saat lari keluar rumah sakit." Jawab Michelle.

"Lalu kandunganku?" Tanyaku lagi.

"Perutmu terbentur agak keras dan meninggalkan memar. Tapi kandunganmu...." Jawab Michelle tergantung.

"Bagaimana kandunganku?!" Tanyaku cemas karena takut rencanaku gagal.

"Mereka..... Hanya salah satu yang bisa bertahan" Jawab Michelle.

"Sial! Harusnya mereka tidak baik-baik saja!" Umpatku.

"Lea! Kamu sudah melakukan satu kesalahan. Mereka tidak bersalah Lea!" Bentak Michelle.

"Bagaimana aku bisa melahirkan mereka disaat aku masih 15 tahun! Bahkan aku masih sekolah!" Balasku emosi.

"Aku akan membantumu Lea!" Balas Michelle

"Lea, mengandung merupakan suatu anugerah. Tidak semua wanita bisa merasakan itu. Aku mohon Lea jangan buang mereka, atau kamu akan menyesal seumur hidupmu." Ucap Michelle sembari meninggalkanku sendiri.

Aku terdiam dan merasa tertampar dengan perkataan Michelle barusan. Aku memikirkan berkali-kali apa yang Michelle katakan dan mulai merenungkannya. Perlahan aku mengelus perutku yang masih rata dan berbicara pada janinku. Aku mulai menangis dan kembali tertidur.

Siangnya Calla dan Sea datang dan bertanya apa yang terjadi padaku. Aku hanya diam. Calla yang memahami situasi langsung bertanya padaku.

"Lo hamil?" Katanya

Akupun cuma mengangguk lemas. Calla tidak menampilkan ekspresi apapun. Sedangkan Sea terlihat syok.

"Ceritain semua yang gue gatau!" Ucap Sea.

Akupun menceritakan semua pada mereka. Mereka berjanji akan menemaniku dalam melewati masa kehamilanku itu. Aku merasa tenang karena mereka ada disisiku dan menghiburku.

Seminggu berlalu, aku sudah diperbolehkan untuk pulang. Calla dan Sea menjemputku dirumah sakit bersama dengan pak Dirman.

Sesampainya dirumah bi Inah sudah memasak makanan kesukaanku dan akupun makan dengan lahap. Malam ini Calla dan Sea menginap dirumah.

Waktu berlalu semakin cepat. Perutku mulai membesar. Tidak ku sangka kandunganku dapat bertahan waktu itu. Karena kondisi perutku yang semakin membesar, aku terpaksa harus keluar dari sekolah.

 Karena kondisi perutku yang semakin membesar, aku terpaksa harus keluar dari sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini aku, Calla dan Sea janjian untuk pergi berbelanja kebutuhan bayiku. Setelah selesai berbelanja. Aku mengajak mereka untuk makan karena aku merasa lapar. Kamipun menuju cafe favoritku.

Kami bertiga menikmati sore itu dengan senang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kami bertiga menikmati sore itu dengan senang.

"Mau kemana Le?" Tanya Calla.

"Ke toilet. Mau temenin?" Jawabku.

"Gue temenin." Kata Sea tiba-tiba.

"Gue disini aja deh ya." Ucap Calla.

Akupun pergi menuju toilet dengan Sea. Setelah selesai dari toilet aku menuju kembali ke mejaku bersama Sea. Tapi.... Aku mendengar Calla sedang menelepon seseorang.

"Lo tenang aja Den. Lea gatau kalo gue kontekan sama lo." Katanya.

Den?? Arden??? Seketika kepalaku dipenuhi dengan tanya. Ketika aku ingin menarik Calla dan bertanya padanya. Sea menahanku. Sssstttt. Dia menutup mulutku dan membawaku menjauh Calla.

"Pura-pura gatau dulu Le." Kata Sea.

"Mana bisa gue pura-pura gatau Se?" Balasku emosi.

"Gue bakalan cari tau dulu. Percaya gue Le!" Balas Sea.

Akupun terpaksa menuruti apa kemauan Sea dan berusaha berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Aku dan Sea kembali ke meja kami dan menyelesaikan acara makan itu. Setelahnya aku mengajak mereka untuk pulang.

Calla berpamitan karena dia ada janji dengan Arkan. Sedangkan Sea mengajakku untuk pulang dan mendekor kamar bayiku

AleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang