1

2.3K 207 60
                                    

        

             Sejak Gulf kembali, tidak bisa dipungkiri jika rumah Mew kembali gaduh. Tidak pernah ada hari tanpa keributan di sana. Tapi sungguh, suara berisik Gulf itu jauh lebih baik daripada hari-hari kemarin saat Gulf menghilang dari rumah itu.

Tunggu. Gulf tidak benar-benr menghilang. Semua itu hanyalah skenario Nenek Han. Sean kerap masih tidak habis pikir memiliki Nenek dan Papa yang sangat pendrama.

"SEANNN!!!"

Lengkingan suara itu lagi.

Sean yang masih berada di balik selimutnya otomatis membuka mata. Ia menyibakkan selimutnya dan menoleh ke arah jam beker di atas meja.

Pukul 06.58.
Gulf lebih awal dua menit dari yang semestinya. Seharusnya Gulf berteriak di jam tujuh tepat.

DOKK DOKK DOKKK

Pintu kamar Sean diketuk dengan ritme cepat. Tidak. Bukan diketuk. Itu lebih seperti digedor.

"SE!! BANGUN NGGAKK!!"

Sean menghela nafas kasar. "Papa, Sean sudah bangun Papa," jawab Sean.

"LIHAT, MANA?! BUKA PINTUNYA! AYOKK.. AYOOKK FAST YAA FASSTT. TAHU FAST ENGGAK?" Titah Gulf.

"Nantiiiii, Papaaaaaa!"

"BANGUN NGGAK?!!!"

"Iya iya!" Jawab Sean kesal. Sean beranjak duduk lalu berjalan ke arah pintu kamarnya dengan kesal.

"Kenapa cemberut?!" Selidik Gulf dengan mata memicing dan sambil bersilang tangan.

Astaga. Setiap melihat ekspresi jengkel Gulf yang seperti itu selalu membuat Sean membayangkan Gulf memakai daster dan memakai roll rambut. Serius, urusan bar-bar dalam hal membangunkan anaknya Gulf melebihi ibu-ibu.

"Papa bisa tidak bangunkan Sean lebih manusiawi?! Kalau Papa terus teriak bukan Sean saja yang bangun, nanti Kakek Jong juga bangun!"

"Heh, sembarangan! Kakek Jong sudah meninggal!"

"Ya makanya Papa jangan teriak," jawab Sean manyun.

"Kalau Papa tidak teriak Sean tidak akan bangun. Cepat mandi dan sarapan," ujar Gulf.

"Papa... Sebentar lagi..." Rengek Sean.

"Sekarang ayo cepet. Ada Nenek Han di bawah. Sean mau Nenek yang memaksa Sean mandi hmm?" 

"Ada nenek?!" Sean terkejut. Nenek Han ada disana artinya Sean sedang dalam bahaya.

Gulf hanya menjawab dengan menaikkan satu alisnya.

"Haish!! Iya iya Sean mandi lima menit!" Sean sudah ngacir dan kelimpungan mencari handuknya.

Gulf menahan tawa. "Whaa, anak Papa jadi semangat sekali ya? Kamu benar-benar ingin bertemu Nenek hmm? Papa akan menelfon nenek supaya kemari hehe,"

Sean berhenti. Ia mengurungkan niatnya pergi ke kamar mandi dan berbalik menghampiri Gulf.

"Papa bohong?!"

"Kan Sean malas mandi?"

"Papa sopankah begitu? Bohong sama anak Papa!! Itu gak baik!!" Protes Sean tidak terima.

"Pagi Sayang, pagi Nak," sapa Mew sambil melintasi Sean dan Gulf dengan sangat tenang.

Dia sudah tidak heran dengan kericuhan yang setiap pagi dibuat oleh Gulf dan Sean. Dan Mew jujur saja tidak ingin terlibat di dalam keributan itu. Mendukung Gulf akan membuat Mew dikatakan pilih kasih oleh Sean, tapi membela Sean hanya akan membuat Mew diteriaki terlalu memanjakan Sean oleh Gulf. Huh, itu membuat Mew pusing.

SEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang