Beberapa remaja tanggung itu memperlakukan Gulf seperti seorang ratu, tidak-ralat, seperti raja. Gulf ini nampaknya sangat handal untuk berperan sebagai seorang ibu tiri -tidak- sebut saja Ayah tiri yang kejam.
"Papa, bukankah di dalam rumah ada AC? Tangan Ohm hampir patah ini," cicit Ohm murung.
"Kamu tidak serius membalas kebaikan ku huh? Bayangkan kalau tadi tidak ada aku, bagaimana nasib kalian. Iya kan? Ckk, anak-anak ini," Omel Gulf.
"Papa, biarkan mereka pulang," ujar Sean menginterupsi. Bagaimanapun Sean merasa sungkan melihat mereka dikerjai oleh Gulf. Ohm harus mengipasi Gulf, Golf membuat sandwich dan Earn mengiris buah.
"Kalian mau pulang hmm?" Tanya Gulf dengan tatapan mengintimidasi.
"Ohh, tidak, Pa. Kita kan lama tidak kemari hehe," kekeh Ohm hambar.
"Iya karena selama itu kalian membuang waktu memusuhi Sean. hissh, seharusnya tadi aku membiarkan kalian dikeroyok," seloroh Gulf. "Dan sejak kapan aku menjadi Papamu. Jangan sok akrab," Gulf memutar bola matanya malas.
"Ao?"
"Anak-anak, makanannya sudah di meja ya!" Seru Bibi Karn dari kejauhan.
"Sean, makan dan tidur," titah Gulf. "Nat juga!"
"Ao Pa? Nat disini kan mau main games," protes Nat.
"Gamenya siapa?! Papa kan sudah menjual PlayStation Sean tadi,"
"Papa?!" Sean reflek terpekik.
"Canda jual. Hehe. Sudah cepat pergi makan."
Dengan raut yang kesal Sean dan Nat pergi meninggalkan Gulf, Ohm, Earn dan Golf yang masih berjemur di tepi kolam.
"Heh, anak nakal kenapa kalian masih disini? Sana pergi makan," ujar Gulf pada ketiga anak sekolah di dekatnya.
"Kami juga?" Earn mengkonfirmasi.
"Kalian tidak dengar?! Bibi Karn tadi memanggil anak-anak untuk makan! Apa kalian sudah bapak-bapak, huh?!"
"Whaa?! Benarkah Phi ao maksudku Paman?!" Mata Golf berbinar.
"Ckk. Jangan memanggilku Paman, sejak kapan aku menikah dengan bibi mu!" Protes Gulf.
"Panggil Papa juga salah," cicit Ohm.
"Sudah sudah, segera pergi makan! Cepat!"
"Iya Pa, iya!!" Jawab ketiganya kemudian bergegas menyusul Sean dan Nat yang sudah masuk lebih dulu.
Lima remaja itu sudah duduk mengitari meja makan untuk santap siang. Setiap harinya Karn selalu memasak dengan porsi yang banyak mengingat Gulf sangat hobby makan, tidak, maksud Karn mengingat ada banyak penduduk di rumah itu.
Karena Sean dan ketiga temannya sudah menjaga jarak cukup lama hal itu membuat mereka merasa canggung. Nat sudah coba mencairkan suasana namun Sean tetap tidak larut. Ia hanya bicara seperlunya.
"Sean kami disini membuatmu tidak nyaman?" Tanya Golf.
Sean mengangkat kepalanya, melihat pada Golf, Ear dan Ohm bergiliran.
"Iya, benar," jawab Sean.
Nat membelalakkan mata, cukup terkejut dengan jawaban Sean yang terlalu jujur.
"Tapi kalian pernah menjadi temanku. Ada saatnya aku merindukan saat seperti ini, duduk bersama. Seperti saat ini," lanjut Sean.
Ohm beranjak dari duduknya lalu menghampiri Sean. Dia merengkuh bahu Sean dan memeluknya. "Sebenarnya kami juga. Kami ingin seperti ini. Seharusnya teman tidak meninggalkan temannya seperti yang sudah kami lakukan," ujar Ohm.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEAN
FanfictionSide story Daddy & Papa "Maaf Papa, Sean menyukai laki-laki." Bagaimana reaksi Gulf setelah ini? All about Mr Suppasit family. Let's share love and laugh with us❤️ An. Jika kalian melihat book ini publish itu artinya Book "How to be Papa" dinyataka...