6

1.2K 137 33
                                    

        

            Sean kernyitkan dahi mendapati kegiatan orang-orang di rumahnya. Mereka benar-benar packing seperti orang yang akan berpindah rumah. Barang-barang bawaan bertebaran di lantai, semua orang sibuk berkemas. Gulf beridiri di dekat sofa sambil meneliti lembaran kertas berisikan list barang bawaan. Nyonya Han duduk di atas sofa sesekali memijit pelipisnya yang mungkin terasa pening. Di sofa yang lain Mew dan Tuan Pat sedang duduk menyaksikan berita di televisi. Paman Top dan Paman Choi berjalan menuruni anak tangga sambil menyeret koper besar di belakang punggung mereka.

"Nyonya, ini untuk Cherry boleh?" Tanya Cherry saat menunjukkan topi Dior milik Nyonya Han.

"Pakai saja, pakai saja," jawab Nyonya Han sambil kibaskan tangan.

"Bagaimana dengan mantel ini Nyonya?" Tanya Karn.

"Ambil lah," jawab Nyonya Han.

"Kalian bahkan tidak melihat Sean pulang?" Keluh Sean.

Gulf mengangkat kepalanya melihat pada sumber suara. Bibir putra kesayangan Gulf sudah dilipat cemberut. Gulf menghambur ke arah Sean dengan kedua tangan yang terbuka.

"Kesayangan Papa sudah pulang?" gumam Gulf sambil memeluk Sean singkat. "Sean naik taxi?"

"Sean bersama yang lain," jawab Sean.

"Geez. Kalian pasti sangat gembira kan karena Papa pergi? Sean saat Papa pergi perhatikan kulkas kita apalagi ada teman-teman Sean yang banyak makan itu," ujar Gulf berpesan.

"Whooaa!! Papa kenapa pergi tanpa kami?!" Protes Nat.

"Dapatkan nilai yang bagus, Nenek akan membawa kalian berlibur ke Jepang," ujar Nyonya Han sebelum Gulf mendapatkan kesempatannya berkomentar pada kelakar Nat.

"Sungguh?!!" Sahut Nat, Ohm, Golf dan Earn bersamaan dengan mata yang sama-sama berbinar.

"Nenek Han tidak pernah melanggar janji," imbuh Mew sambil mengulas senyum pada teman-teman Sean.

"Tapi nilai ujian kalian harus bagus," ulang Nyonya Han.

"Mama ini suka sekali dengan brondong atau apa?! Mama selalu menghamburkan uang untuk anak-anak muda. Dulu ultraseme sekarang teman Sean," protes Gulf yang kemudian mendapatkan bantal melayang ke wajahnya. "Mama!! Kok kasar sih?!" Protes Gulf.

"Perhatikan bicaramu di depan Papa mu yang sudah semakin tua," Nyonya Han memperingatkan Gulf dengan sebal.

"Jadi berapa lama kalian pergi?" Tanya Sean.

"Sebulan mungkin," jawab Gulf. Gulf mendekatkan wajahnya pada Sean untuk berbisik. "Papa mendapatkan promo long stay di sana hehe."

"Papa! Sebulan itu sangat lama! Papa bayangkan tiga puluh hari Papa tidak melihat Sean lhoh! Bagaimana kalau tiba-tiba Sean sudah tua?! Atau bagaimana kalau tiba-tiba Daddy dan Papa menjadi tua?!" Protes Sean. "Daddd..." Sean merengek.

"Papa bercanda nak, kami hanya pergi sepekan," ujar Mew.

"Papa!!" Kesal Sean sementara Gulf hanya nyengir menunjukkan deretan gigi rapinya sambil tangannya menepuk-nepuk pucuk kepala Sean.

"Uluh uluhhh..." Goda Gulf.

Tepat setelah semua orang selesai berkemas sebuah mobil travel dengan logo perusahaan milik Mew sudah mendarat di depan rumah. Para pegawai memasukkan barang bawaan yang sudah mereka siapkan. Sementara  Sean masih terisak-isak menahan Gulf dan Mew supaya tidak pergi. Sean tidak peduli tentang pamornya sebagai cowok cool yang seketika berubah menjadi bayi besar karena terus menangis dan merengek. Sean terus memeluk pinggang Gulf, menahan Gulf supaya tidak masuk ke dalam mobil travel dan terus membenamkan wajahnya pada bahu Gulf.

SEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang