7. Kita yang Berbeda

236 25 3
                                    

"Kita adalah ketidakmungkinan yang selalu ku semogakan."

~ seamin tak seiman. Petrus Mahendra.

"Kak!" Panggil Mika pada Maria yang tengah membaca novel di ruang tengah.

Maria yang merasa terpanggil, menolehkan sedikit kepalanya. "Apa?" Tanya Maria malas.

Mika berjalan cepat dan langsung duduk di dekat Maria. Tubuhnya ia condongkan ke arah perempuan yang lebih tua hampir setahun darinya itu.

"Gue mau nanya." jawab Mika serius.

Maria memutar bola matanya malas. Ia paling tidak suka kalau ada orang yang bertanya tapi terlalu bertele-tele dan tidak langsung pada intinya.

"Langsung ke intinya aja bisa?" tanya Maria malas. Entah mengapa hari ini moodnya jelek sekali, dari yang malas dan tidak mau melakukan hal apapun. Sampai gampang ngegas sama orang lain.

Mika menghembuskan nafasnya sabar. "Kak, kalau gue boleh tau. Hubungan elo sama Kak Hendra udah jalan berapa tahun ya?"

Pertanyaan dari Mika tersebut mampu membuat Maria mematung. Tangan yang tadi ia gunakan untuk membalik halaman dari novel yang dia baca pun ikut berhenti seketika.

Sedangkan Mika yang melihat perubahan dari Maria setelah pertanyaan yang ia ajukan, malah merasa tidak enak sendiri. Gadis itu merasa telah menyinggung perasaan Maria dengan pertanyaannya.

"Sorry Kak kalau ternyata pertanyaan gue tadi menyinggung elo." sesal Mika.

Maria menyanggah pernyataan Mika dengan sebuah gelengan. "Nggak kok. Gue gak kesinggung." sanggahnya.

Menutup novel yang berada di tangan, lalu meletakkan di atas meja. Maria menghadapkan tubuhnya ke arah Mika.

"Kenapa lo nanya gitu? Ada masalah sama hubungan lo dan Justin?" tanya Maria.

Mika menggeleng ragu. "Masalahnya bukan antara gue sama Justin sih Kak. Tapi.....you know lah." balas Mika menggantungkan kalimatnya.

Maria mengangguk seakan paham kemana arah omongan Mika. "Masalah kepercayaan kalian yang beda kan?" tebak Maria.

Mika mengangguk lemah.

"Bukannya kalian sepakat untuk gak mempermasalahkan kepercayaan kalian masing-masing dan lebih fokus ke hubungan. Tapi kenapa sekarang malah lo yang bingung sendiri?" tanya Maria geregetan.

"Gue gak mempermasalahkan itu Kak," ucap Mika menjeda kalimat yang akan ia katakan. "Tapi kemarin waktu gue pulang ke rumah. Bunda sempat nanya ke gue tentang hubungan gue sama Justin kedepannya gimana, kalau kita tetep milih untuk bersama. Sedangkan gue sendiri sama dia sadar kalau sampai kapanpun amin kita gak akan pernah menyatu." Papar Mika.

"Gue harus gimana Kak? Gue yang gak mau pindah dan gak izinin Justin buat pindah. Sementara disisi lain gue juga gak mau kehilangan Justin. Gue merasa egois jadi orang Kak." ujar Mika menyalahkan diri sendiri.

Maria termenung. Ia sendiri juga bingung gimana memberikan solusi untuk Mika, jika ia sendiri juga berada di posisi yang sama dengan gadis yang telah ia anggap sebagai Adik sendiri itu.

Sementara itu, diatas sana ternyata ada orang yang menguping pembicaraan keduanya, dan merasa apa yang keduanya alami saat ini sama dengan apa yang sedang ia alami sekarang. Yaitu mencintai orang yang memiliki kepercayaan yang berbeda dengan dirinya.

"Mau dilanjutin salah, tapi kalau berhenti juga susah." lirih Diana dari lantai dua.


***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sweet And Sour || Twice LokalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang