Langkah kakiny ringkuh mebawanya pada kenyataan pahait. Segala sesuatu yang terlihat dan terasa manis ternyata tidak sebaik apa yang di lihat. Dia tidak pernah terluka, dia menyayanginya lebih dari apapun, Dia tulus, dia ikhlas, dia sakit, tapi dia tidak membenci. Resiko terpahit mencintai bukan perihal penolakan, tapi sebuah kenyataan yang tidak bisa di hindari, yaitu orang yang kamu sukai sedang mencintai orang lain. Lalu kamu hanya akan pura-pura ikhlas, menyembunyikan semuanya dengan senyum meski dalam hati kamu terluka parah.
Tidak ada pembelaan untuk orang-orang yang menyalahi aturan, tapi bukan berarti menghujat, mencela di benarkan. Rasa sayang yang tulus tidak akan lenyap hanya akan satu kesalahan. Sebab, manusia sumber dari segala sumber kesalahan.
Begitu pula dengan kecewa, tidak ada larangan untuk melaukan itu, kita semua punya hak. yang salah adalah ketika kecewa kemudian kamu menghakimi secara berlebihan. Hidup itu pilihan, tinggalkan kalau memang sudah tidak perlu tanpa menyakiti pihak manapunAda banyak hal yang begitu terasa keliru, sosoknya yang selalu ceria dengan senyum hangat kini terlihat muram dan redup. Sangat redup, tidak ada kilatan kebahagiaan yang terpancar dari sorot matanya. Tidak ada yang mengerti, kecuali dirinya. Kecewanya sampai mematahkan relung hatinya, tapi untuk pergi dia tidak akan pernah melakukan itu.
Di temui nya dia sedang tercenung menatap jendela kamarnya yang terbuka lebar, matanya sembab, tidak henti buliran air bening itu melintasi pipinya. Meski tangannya tak pernah lelah menghapus air mata itu, tidak berhenti pula mata itu mengedipkan genangannya. Meski tanpa suara.
Keheningan selalu menyelimutinya, seolah memberi celah untuk saling memperbaiki. Namun, tidak ada percakapan setelah dua hari bertemu bukan sesuatu yang dia inginkan. Ini terlalu tumit untuk di mengerti, pun terlalu sukar dan sakit untuk di terima dan di rasakan. Namun apa yang bisa dia lakukan? pada siapa dia bisa mengadu protes selain menerimanya dengan pahit.
Tidak pergi dan tetap di sampingnya adalah pilihan yang harus ia ambil. Mencintai dengan tulus, tidak perlu kalah dengan satu kesalahan bukan?
"Mau seribu orangpun yang ninggalin kamu, kamu harus percaya. Kalau aku, Yessica Tamara tidak akan pernah ninggalin kamu"
Getar suaranya nyaris tidak terdengar. Matanya sudah tidak bisa lagi membendung air mata yang sedari tadi dia tahan. Meski terluka, tapi dia tidak pernah membenci.
Tidak ada suara apapun, Chika hanya mampu menatap sendu bahu yang selalu membelakanginya. Bahu yang pernah begitu kokoh menopang tubuhnya, kini terlihat ringkih. Chika terluka. Mengapa sekejam ini cobaan yang menimpanya?"Kamu nggak kehilangan siapapun, semua orang ada. Untuk kamu..."
Namun tetap saja bahu itu tidak bergerak sedikitpun. Tapi air mata di wajahnya lolos begitu saja, tatapanya kosong. Bahkan ketika kepala itu bergerak tergolek di kedua lututnya yag trlipat, suaranya masih bungkam.
"Jangan mengkhawatirka apapun Ra, bukannya hidup bukan melulu soal kebahagian? Ketika tuhan sedang menguji kamu, itu berarti dia percaya kamu manusia kuat"
Tidak ada balasan apapun selain suara angin kosong yang menerpa wajahnya. Chika bergerak lebih dekat lagi, merapatkan tubuhnya pada Ara, memeluk perempuan itu dari belakang. Diam-diam bibirnya kembali bergetar, air matanya kembali menggerai. Sekuat tenaga ia menggigit bibirnya menahan isakan yang begitu sakit. Dia tidak bisa pura-pura baik-baik saja, kesedihan ara adalah luka yang seperti tidak ada obat untuknya.
"Masih ada aku sayang"
Bisiknya begitu pilu.
"Masih ada aku.."
Dan tangisnya semakin keras. Tangannya merengkuh ara yang tidak melakukan pergerakan apapun, namun air matanya berlinang tanpa suara."Kamu jahat, tapi saya sayang sama kamu!"
Chika berteriak keras, tangisnya semakin pecah, isakannya tidak lagi dia tahan. Dadanya begitu sesak. Apa yang harus dia lakukan?"Saya sayang sama kamu Ara... Kenapa seperti ini?"
Chika bergerak, tangannya mengangkat wajah Ara yang sudah terlihat lusuh. Tatapan Matanya kosong. Dia seperti bukan ara yang ia kenali. Gadis tengil ini.. Ya Tuhan..
Chika mendekap ara, merengkuh erat gadis itu. Tangisnya meraung membuncahkan kesakitan yang luar biasa."Aku gak akan ninggalin kamu, Tolong jangan seperti ini. Banyak yang khawatir sama kamu. Mereka gak pergi..."
Bibir ara bergerak-gerak, kemudian tersenyum sangat tipis, bahkan tipis. Kepalanya menggeleng. Seperti tidak ada keyakinan.
"Semua kesalahan punya pintu maaf, jangan mengkhawatirkan apapun. Kamu nggak menghilangkan nyawa orang lain, kamu gak merampas hak orang lain... Kamu hanya sedang di uji. Maaf aku telat mengingatkan... Kalaupun banyak yang kecewa, di dalamnya nggak akan ada aku"
Dan kemudian, chika menarik tubuh ara, merebahkan kepalanya pada pangkuannya. Ara tidak membuka suara, tidak pula menatap wajahnya. Chika tida memaksa gadis itu untuk bicara, mengizinkannya masuk ke kamarnya saja sudah keberuntungan yang dia syukuri. Setidaknya ia masih bisa melihat ara meski bukan dalam keadaan baik-baik saja.
Yang rusak memang tidak bisa diperbaiki seperti semula, tapi versi terbaik akan hadir setelah menerima banyak pelajaran.
Semangat kamu, semangat kalian, jangan pergi yaa, masih banyak hal baik yang perlu di ingat dari pada satu kesalahan😊
Sehat dan bahagia selalu orang-orang baik🤗
Maaf lama gak up, mba pacarku lagi rewel:(