BAB 4: DENDAM LAMA

2.6K 457 37
                                    

TENTU saja Poseidon senang melihat Beomgyu tampak bodoh, kenapa tidak terpikirkan?

Dia tidur nyenyak. Bukan Beomgyu tidak bersyukur, tapi dia tengah mengharap mimpi buruk? Peruntungannya tidak begitu bagus jadi kenapa yang ini tidak dikabulkan saja? Atau inilah peruntungan buruk yang dimaksud? Tidak mendapat mimpi buruk.

Menambah peruntungan buruknya yang bagus, Beomgyu terbangun jam tiga pagi.

"Hai, Demigod Menyedihkan. Syukurlah, kau masih bisa bangun ternyata," Beomgyu berucap sendiri pada bayangan cermin. Memandang rambutnya yang berantakan, kaos hitam yang sudah kusut, dan mata yang setengah terpejam. Terbayang Poseidon di atas sana tertawa melihatnya seperti gelandangan tanpa tujuan hidup.

Dia menghela nafas sebelum membuka lemari. Dipandangnya susunan bagian 'SERAGAM' lalu mengambil salah satunya. Dia membuka lipatan seragam itu perlahan, jubah hitam dengan tudung bagian dalam hingga dada berwarna emas. Dia memindai secara keseluruhan, cukup bagus. Kemudian dia menemukan suatu simbol pada bagian dada kiri. Di sana, bordiran berbentuk trisula serta ombak tampak mencolok karena berwarna biru.

Beomgyu melempar jubah itu ke kasur.

Kantuk Beomgyu sudah hilang, dia memutuskan menghabiskan pagi dini harinya dengan menata baju dari koper ke lemari. Akademi telah menyiapkan banyak baju, tapi Beomgyu tak begitu suka dengan bordiran simbol Siryoo dan simbol trisula yang ada di setiap baju (hoodie, sweter, kaos, dan lain-lain). Seperti slalu diklaim oleh Poseidon saja, pikirnya.

Dia menemukan selembar kain putih, agak besar, Beomgyu menatapnya lamat-lamat. Sejak kapan dia membawa kain itu? Tapi dia tidak peduli, ini menguntungkan.

Beomgyu berjalan ke lukisan. "Kalau kau memang berniat mengusirku, Ayah, tak ada lagi yang bisa kau suruh menyapu ruang singgasana. Terima kasih banyak. Kuharap Ayah memberiku gaji terakhir." Lantas Beomgyu menutupi lukisan Poseidon dengan kain.

Beomgyu mengenakan seragam jubah setelah mandi singkat. Pertama-tama, menurut buku panduan, dia harus mengenakan kemeja putih, lalu dasi lorek merah-emas, celana panjang hitam, barulah dia mengenakan jubah. Mengancingkan satu kancingan di depan dada. Beomgyu menatap pantulan dirinya pada cermin, dia tidak pernah mengenakan jubah sebelum ini, tetapi jubah Siryoo Akademi sangat pas di badan. Panjangnya sekitar bawah lutut, hampir sampai kaki.

"Jam empat, untuk apa aku bersiap?" Beomgyu cemberut. Salahkan semua pada tidurnya yang SANGAT nyenyak.

Meski begitu Beomgyu tetap bersiap, dia memutuskan bahwa berkeliling akademi merupakan pilihan bagus.


★★★

Beomgyu hanya berkeliling saja, berusaha menghafal peta. Dia sudah berkeliling pada bagian kelas, terpisah-pisah, ada yang di atas menara, lantai atas gedung, lantai bawah gedung, atau bahkan bawah tanah.

Pintu ruang bawah tanah terbuka, menampakkan tangga yang menjorok panjang. Beomgyu tidak berani ke sana karena dari luar tampak mengerikan.

Beomgyu lebih tertarik pada taman, dia menelusuri setiap taman yang tertera pada peta. Salah satunya adalah Taman Belakang, kalau itu sih Beomgyu sudah tahu. Tetapi dia ingin ke sana sekali lagi, untuk menikmati tentu saja, bukan untuk dihukum.

Taman Belakang terletak di antara Pondok Tiga dan Pondok Empat. Jadi Beomgyu menilai hutan-hutan yang mengelilingi taman itu pasti akan tembus dengan kedua pondok tersebut. Tamannya jauh dari gedung-gedung sekolah–sama halnya dengan pondok-pondok. Tidak ada air mancur, tidak ada bunga, terlalu sepi untuk dikatakan 'taman'.

Terdapat dua kursi panjang, salah satunya yang digunakan Soobin bersantai. Taman ini bakal cocok apabila seseorang mau menyendiri, atau setidaknya membaca buku. Tidak disarankan untuk seseorang yang lebih suka bermain atau menikmati pemandangan.

IMITHEOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang