[set; keesokan hari]
Pemuda kecil bersurai hitam itu mengetuk daun pintu kayu dengan lemas. Tungkainya melangkah pelan sembari kepalanya terus menunduk. "m- manager Im Jongho, saya membawakan berkas laporan yang-"
pupil matanya mengecil, lidahnya kelu, ekspresi yang dia pasang seperti melihat hantu dalam film horor. Tidak. Dia menatap pada monster sesungguhnya. "apa? mau kasih laporan? sini.." Senyuman pria yang duduk di belakang meja adalah hal yang paling dibencinya.
"kenapa kau ada disini?"
"bicara apa kamu, Ahn Wooyoung?"
Wooyoung menjatuhkan laporan yang telah ia susun dari pagi tadi hingga bertebaran di lantai. Tanpa pikir apapun lagi, dia melesat berlari menjauhi sosok yang masih duduk tenang sambil menyeringai. "What a pity.."
"oh?! hei! Perhatikan jalan dengan benar!" San melongok sedikit untuk mengintip siapa gerangan yang menyeru di depan ruangannya. sejumput waktu kemudian satu badan bongsor menyembul, "oi kucing.""oh. Si bodoh dari kelas A."
yang mematung di depan pintu meringis menggaruk tengkuknya, "aku tidak pernah suka panggilan itu.."
"terus?" San menahan tawa. "-pfftt, MINGIII KANGENNN!!"
keduanya menghambur dalam suatu pelukan dengan senyum. bunga-bunga imajiner mengelilingi mereka. Backgroungnya pink pastel ya :)
"wa~ kucing garong ini makin kecil saja~"
"hm?~ apa maksudmu bodoh~"
"he~ kelakuanmu kan usrakan kayak kucing jalan~"
"hoohoo~ tutup mulut mu sebelum ku tendang masa depanmu~"
"hahahaa~ mana nyampe-UGHH"
San tersenyum puas sembari kembali ke belakang mejanya. "kenapa baru mengunjungiku sekarang?"
"maaf ya, kemarin aku menemani pak presdir. Istrinya baru bisa datang tadi pagi, jadi tidak bisa ku tinggal." Mingi menghampirinya.
"by the way, Tokyo gimana? rame ya? kotanya bagus?"
San menggumam. "Gadisnya juga molek."
Mingi tersedah ludahnya sendiri, "aku ga nanya itu bodoh.."
"yee.. aku juga sukarela membahasnya."
"Kamu nyantai banget, ga dikasih kerjaan sama Yunho?" Ujarnya sambil memperhatikan laptop San yang mati.
San menaikkan kedua pundaknya. "Tadi berisik aja sii, notif dari email. Karena bobo ku keganggu, jdi ku matiin laptopnya." wajah Mingi memucat.
"IM SAN, KENAPA?!!"
"Aku kenapa? aku oke kok."
"..bukan.." Mingi meringis, matanya membola menatap layar laptop yang me-load beranda setelah dinyalakan kembali. Ia melihat inbox yang totalnya sekitar dua ratusan, kemudin membacanya satu-persatu. "Astaga ada yang deadline nya hari ini.."
San yang penasaran melihat Mingi panik pun turut mengintipnya. "San, ini banyak banget kerjaanmu. Kerjain gih!"
"Dih gamau."
"Kamu aja." lanjutnya.
Mingi membatu, ia menggigit bibirnya erat. Alisnya bertaut. Mingi menghembuskan napas lalu membuat suara setegas mungkin, "Im San-"
"ga."
"Baik.. akan saya kerjakann.." sial. Umpat Mingi. Secara ogah-ogahan, ia menyelesaikan semua kerjaan San.
"Nona Kim, tunggu-"
"-minggir-minggir jangan halangi jalan dong, saya lagi ngangkatin barang ini." Yeosang menepi, raut wajahnya nampak khawatir. Tangan kananya sedikit terangkat, bibirnya dikatupkan rapat. "Anda benar-benar akan pindah?"
Yongsun menghela napas kemudian mendelik pada Yeosang. "Kamu kira aku juga tidak direpotkan? penghuni asrama mengeluh ini-itu karena investigatornya berisik. Lagipula aku juga harus memberi lebih banyak fasilitas bagus."
"Harus sekarang? Padahal kamu salah satu saksi, kenapa jadi tidak kooperatif gini-"
"dengar ya, saya ga ada waktu buat dengar keluhan lagi. Saya yang mengurusi bisnis saya sendiri." Yeosang mengeluarkan buku note kecil dan pulpen dari dalam kantong jasnya.
"Sebagai kontraktor kami, lokasi anda harus bisa kami deteksi. Persyaratan ini ada dalam kontrak." Yongsun memutar bola mata jengah, lalu ia menghentikan aktifitasnya mengepak barang dan memberikan alamat baru gedung asramanya.
Yeosang membungkuk, memberi salam perpisahan dnegan wajah muram, sekilas ia mendengar celotehan kecil dari Yongsun, "padahal korbannya sudah sadar, apa hubungannya denganku?"
"Sayang, aku keluar sebentar, cari angin untuk anak kita." ujar Suryeon, seorang wanita yang berhasil merenggut nama depan Hongjoong. "hm, jangan lama-lama."
Istrinya meninggalkan Hongjoong sendirian, dengan diri suaminya menatap ke sudut ruang dengan intens.
Kau berhadapan dengan musuh, bersiap untuk duel. 10s
belum ada sepuluh menit Suryeon meninggalkan ruangan rawat Hongjoong. suatu dentuman benda jatuh yang diperkirakan terbentur sangat keras disertai dengan suara vas pecah keluar dari ruangan Hongjoong. Suryeon sontak menoleh, menatap lekat ke ruangan Hongjoong.
Dirinya segera kembali, sesaat setelah mendengar Hongjoong yang meneriakkan namanya.
Suryeon menatap Hongjoong, terduduk di sudut ruangan. Kedua tangannya mengepal diarahkannya ke depan, layaknya menggenggam pedang. Ia menghampiri Hongjoong, menyentuh sebelah bahunya. Anaknya menangis dipelukannya.
Mata Hongjoong membola, menatap entah kemana. "Suryeon, jangan pergi.. sebentar lagi.."
3s,
2s
1s
0s
Kemudian, kesadarannya hilang.
maap dikit, soalnya dadakan ehe
TBC /to be continued; bukan tubercolosis
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Prince (밤의 왕자 이야기) [ATEEZ]
Fanfiction[slow] Ateez Fanfiction Prev; Tale of the Night Prince ˏˋ°•*⁀➷ "AnuㅡAku mengirimi mu surel, aku ingin menawarkannya padamu. e-eh... tapi mungkin Pak Hwang akan merebutnya. Itu gim AR pertamaku. Sekalian tolong diujicobakㅡ" Hongjoong menggerutu...