Maaf apabila ada kesamaan nama, tokoh, alur, latar, peristiwa, dll yang ada di dalam cerita ini.
Cerita ini murni dari hasil pemikiran saya.
Terimakasih yang mampir kesini :) Lofs♡
"Gue penasaran sama cewek yang itu." Devan berbicara kepada Malfin. Jari telunjuknya menunjuk Zura yang sedang mengantri pada stand makanan bersama Elis.
Malfin mengikuti arah pandang Devan. "Itu... Zura kan? Temen sekelas kita?" Malfin menatap Devan. Devan mengangguk membenarkan ucapan Malfin tanpa mengalihkan pandangannya pada Zura.
"Dia itu cewek yang misterius. Dingin. Dia juga bisa jadi orang yang sarkas kalo ada yang ngusik hidupnya. Bener-bener beda dari cewek lain." Gumam Devan.
"Bener. Kalo gue liat-liat, Zura itu cantik. Cantik banget malah. Tapi sifat dinginnya itu yang bikin cowok-cowok pada nyerah buat ngedeketin dia." Sahut Malfin.
Sekali lagi Devan mengangguk. "Dan kalo gue perhatiin... Zura itu kayaknya anti sosial," Malfin diam, menunggu Devan melanjutkan ucapannya. "Lo liat kan? Zura cuma punya satu temen. Dan keliatannya dia gak nyaman ada di keramaian."
"Wah bener juga tuh bro." Malfin sekarang merasa heran. Kenapa Zura menjadi anak yang anti sosial? Apakah Zura memiliki masa lalu yang buruk hingga dia tidak mau bersosialisasi lagi dengan orang-orang sekitarnya?
"Kok gue jadi tertantang buat taklukin Zura ya?" Devan menatap Malfin.
Saat mendengar perkataan Devan barusan, lamunan Malfin seketika buyar. "Pfftt.. HAHAHAHAHA." Tawa Malfin pecah begitu saja. Devan mengerutkan keningnya. Tidak mengerti kenapa temannya tertawa saat ia berkata seperti itu.
Perlahan tawa Malfin mereda. Malfin menatap ragu pada Devan. "Lo yakin bisa taklukin Zura? Mimpi kali lo!"
Devan yang mendengar itu, memutar matanya malas. "Lo ngeraguin gue Fin? Oke gue bakal buktiin ke lo kalo gue bisa taklukin tuh cewek!" Ucap Devan dengan sangat yakin.
"Oke, gue tunggu Van. Semoga berhasil." Malfin menepuk pundak Devan. Bermaksud untuk memberikan semangat.
"Eits tunggu dulu." Devan menjeda perkataannya. "Gue ada tantangan buat lo." Diakhiri oleh senyuman yang sulit diartikan.
"Apaan tu?" Tanya Malfin penasaran.
"Kalo gue sampe berhasil taklukin Zura, lo harus salto-salto di depan ruang guru! Gimana?" Devan menaik turunkan alisnya.
Mata malfin melebar. "Gila lo satt!! Bisa-bisa gue langsung kena kasus!"
"Pokonya harus! Gak mau tau gue! Setuju gak setuju, kalo sampe gue bisa taklukin Zura, lo harus salto-salto di depan ruang guru."
Malfin tampak menimang. Sebaiknya dia setujui saja. Lagi pula mana mungkin Devan bisa menaklukkan hati Zura? Haha.
"Oke kalo gitu. Siapa takut?!" Ucap Malfin menantang.
"Kita liat aja." Gumam Devan.
Devan dan Malfin kembali memperhatikan Zura. Mata Devan memicing saat melihat Zura tak sengaja menabrak Rion--kakak kelasnya.
"Sorry kak, gue gak sengaja." Itu yang Devan dengar saat Zura tidak sengaja menabrak Rion. Karena posisinya yang tidak terlalu jauh dari tempat Zura berdiri sekarang, jadi Devan masih bisa mendengar suara Zura walaupun kurang jelas.
Minuman soda yang Zura bawa jatuh. Air minumannya juga mengenai seragam Rion. Zura kini sedang memungut cup soda nya. Lalu membuang ke tempat sampah terdekat. Dan kejadian itu tentu saja membuat perhatian penghuni kantin jadi berfokus kepada Zura juga Rion. Mereka mengerumuni Zura dan Rion.
KAMU SEDANG MEMBACA
COLD GIRL [HIATUS]
Teen FictionAzura Leteshia yang dulunya merupakan gadis periang, lembut, dan baik hati, kini berubah menjadi orang yang cuek dan selalu memasang wajah datar tanpa ekspresi. Tidak jarang juga Zura melontarkan kata-kata pedas kepada orang yang ingin menginjak-in...