Tokk.. tokk.. tokk..
Zura mengetuk pintu kelasnya. Tangan Zura terulur untuk membuka pintu itu.
Ternyata di dalam kelas sudah ada guru yang sedang mengajar. Seperti dugaannya.
Zura masuk ke dalam kelas. Menghampiri Bu Asta -guru ipa-nya sekaligus wali kelas.
Zura mencium punggung tangan gurunya itu. "Maaf Bu saya terlambat masuk."
Zura kini menjadi pusat perhatian murid-murid di kelasnya.
"Darimana kamu?" Bu Asta menatap Zura dengan tatapan menyelidik.
"Tadi saya ada urusan sebentar waktu jam istirahat."
"Kamu tau kan konsekuensinya kalau sampai terlambat mengikuti pelajaran?"
Zura mengangguk. "Tau Bu."
"Sekarang, kamu berdiri di tengah lapangan. Jangan masuk kelas sampai jam pelajaran ibu abis." Ucap Bu Asta dengan tegas.
"Baik Bu." Zura berjalan keluar kelas dengan santai.
Saat sampai lapangan, Zura berdiri di tengah-tengah lapangan sambil mengepal tangannya di belakang tubuh.
Dari kejauhan, Zura melihat sosok yang dikenalnya. Orang itu ... Yang baru saja mencari gara-gara dengannya.
Yap, itu adalah Vivia. Sepertinya Vivia juga terkena hukuman.
Vivia berdiri agak jauh disebelah Zura. "Ck! Lo lagi, lo lagi." Ucap Vivia dengan nada suara yang jengah.
Zura menatap Vivia tajam. Tatapan Zura ... Mampu membuat nyali Vivia sedikit ciut.
•••••
Satu jam lamanya Zura dan Vivia berdiri di tengah lapangan dengan matahari yang terik. Itu membuat dahi Zura, juga Vivia, berpeluh.
Sesekali, Zura menyeka keringat yang bercucuran di keningnya. Zura tidak sadar, sedari tadi ada seseorang yang sedang mengintip dirinya.
Di kelas ... Devan berdiri tiba-tiba. "Bu, saya mau ke toilet."
Bu Asta yang sedang fokus melihat buku nya, kini melihat ke arah Devan. "Silahkan. Jangan lama-lama." Setelah mengucapkan itu, Bu Asta kembali memfokuskan diri pada buku nya.
Devan berjalan keluar kelas. Bukannya pergi ke toilet, Devan justru malah pergi ke kantin. Devan membeli sebotol air mineral dingin. Setelah itu, Devan berjalan menuju lapangan.
"Nih." Devan menyodorkan air mineral itu pada Zura. Namun Zura hanya melihat tanpa minat.
Devan yang geregetan, menarik tangan Zura. Menaruh air minum itu diatas tangan Zura. "Tinggal nerima doang apa susahnya sih?"
Belum sempat Zura mengucapkan terima kasih, Devan langsung berlalu begitu saja dari sana.
Vivia yang melihat itu, merasa iri pada Zura. Jujur saja, saat ini dirinya merasa sangat haus. Tapi Vivia tidak mungkin meminta minum pada Zura. Gengsi shay.
Zura membuka tutup botol itu lalu meneguk air nya hingga sisa setengah botol. Vivia yang melihat Zura meneguk air minumnya, hanya bisa menelan ludah.
Air yang sisa setengah botol itu dibuang ke tempat sampah oleh Zura.
Sekitar 15 menit-an, Bu Asta menghampiri Zura dan Vivia. Bu Asta menyuruh Zura masuk ke dalam kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya. Sementara Vivia yang beda angkatan dengan Zura, masih diam berdiri di lapangan.
•••••
"Zura, gue pulang duluan ya." Pamit Elis saat abangnya sudah menjemput.

KAMU SEDANG MEMBACA
COLD GIRL [HIATUS]
Teen FictionAzura Leteshia yang dulunya merupakan gadis periang, lembut, dan baik hati, kini berubah menjadi orang yang cuek dan selalu memasang wajah datar tanpa ekspresi. Tidak jarang juga Zura melontarkan kata-kata pedas kepada orang yang ingin menginjak-in...