Ini sudah minggu kedua semenjak hari itu. hari dimana aku menemukan fakta bahwa kekasih dan sahabatku bukanlah orang yang cukup baik untuk mendampingi setiap jalan langkah hidupku.Dan kini, disinilah aku. Disebuah kota kecil dengan keramah-tamahan orangnya. Kota yang terkenal dengan nama “Kota pelajar” ini akan membantuku untuk membuka lembaran baru dari kisah – kisah buruk yang sudah terjadi belakangan ini.
“Sekarang aku harus nyari kost untuk aku tinggal!” Aku sudah berulang kali membuka kamar aplikasi ibu kribo untuk mencari kost yang ideal untukku.
BRUSHHH!!
Sial. Hujan tiba-tiba saja turun dengan sangat deras. Beberapa terakhir ini hujan sering turun tanpa mendung. Seperti pacaran tanpa rasa. Seperti itu.Aku berlari menuju sebuah halte bus dan sedikit kerepotan membawa koperku. Aku tidak membawa banyak barang dari rumah. Hanya beberapa baju dan buku sudah cukup. Sisanya aku akan membelinya di kota ini.
“Hai.. emm kamu baru disini?” seseorang menegurku. Aku melihatnya dari atas sampai bawah. Dia memakai seragam yang sama seperti yang akan aku kenakan besok disaat hari pertama sekolah. Dia satu sekolah denganku. Asik.
“Oh iya, aku baru saja sampai beberapa jam yang lalu. Nyari kost malah hujan!” dia mengangguk saja sambil mengeluarkan sebuah permen karet dari saku celananya.
“Namaku Fiko. Nama kamu siapa?” Laki- laki bertubuh mungil itu menjulurkan tangannya dengan ramah. Senyumnya juga tidak ketinggalan disana. Manis,
“Miko.” Aku meraih tangannya. Dia temanku sekarang.
“Miko? Kebetulan banget ya nama kita hampir sama!”
“Takdir kali.”
“Maksud kamu?”
“Seragammu!” Aku menunjuk kearah seragamnya yang sedikit basah. Aku tebak dia juga berlari menuju halte ini setelah hujan yang mendadak tadi. Sama sepertiku.
“Aku juga sekolah disana. Besok adalah hari pertamaku!” dia melotot. Mulutnya menganga. Aku mengingat apa yang sudah aku katakana barusan dan tidak ada yang salah dengan apa yang barusan aku katakana.
“Serius?!” Fiko berteriak kemudian meraih tanganku sambil melompat-lompat. Girang banget dah. Untung bukan tante-tante.
“Eh, kamu bilang tadi lagi nyari kamar kos kosong kan? Kalau pertengahan tahun ajar kaya gini sih susah. Mending kamu tinggal sama aku aja di apartemenku. Ada satu kamar kosong lagi kok. Besok kita sekolah bareng aja!”
Aku hanya membalasnya dengan mengangguk dan tersenyum. Dia sangat lucu. Bahkan dia bisa bicara apapun yang dia inginkan seakan semua cerita yang ada didunia ini wajib dia katakan.
Hujan masih saja tidak berhenti dari atas sana padahal hari sudah mulai gelap. Lampu–lampu jalanan sudah mulai menyala dengan terang kuningnya dan semua bangunan disini sudah menyalakan cahayanya.
“Aku pesan taksi online aja ya. Takut kemaleman banget kalau nunggu hujan!” aku mengangguk. Namaku dan namanya hampir sama namun kami memiliki sifat yang berbeda.
///////////////////////
Kini aku dan Fiko sudah sampai disebuah bangunan tinggi nan megah. Bahkan lampu – lampunya membuah bangunan ini semakin gagah. Aku akan tinggal disini?
“Kamarku ada dilantai 9. Ayo!” Fiko menggandengku dengan erat hingga aku kesusahan membawa koperku. Heran. Anak ini lebih mirip monyet. Hiperakitf sampai aku terbawa kesana kemari hanya dengan tarikan tangannya.
Aku dan Fiko menuju lantai 9 letak kamar Fiko berada. semua kamar disini pasti sangat mahal dan mewah. Bahkan semua pintunya sudah menggunakan smart door lock tidak seperti jaman dulu yang masih menggunakan manual. Hmm..
Kini aku sampai didepan sebuah pintu berwarna krem dengan garis vertical dikedua sisinya. Terlihat mewah. Fiko membuka pintunya dan tidak lupa memberikanku pin agar aku bisa keluar masuk nantinya.
“Nahh welcome Miko!!” Aku terperangah dengan apa yang kulihat ini. Tidak aku sangka aku akan tinggal disini dan bukan disebuah kos kecil yang mungkin penghuninya akan ramah jika ada maunya.
Aku melihat dapur fullset disisi depanku dengan meja bar diujungnya. Dan disana aku melihat sebuah pintu berwarna cokelat. Disebelah kanan aku melihat sebuah kamar mandi dengan wastafel dan shower tentu saja ada closetnya. Dan tidak lupa ditengah-tengah ada sebuah living room dengan sofa letter L dan TV besar didepannya.
“Ayo ke kamarmu!” Fiko menarik tanganku menuju sebuah pintu yang berada diujung dapur dekat meja bar tadi. Jadi ini yang akan menjadi kamarku.
Aku memasuki kamar itu. kamar yang cukup luas dengan bed queen size ditengah kamar, beside table dikedua sisinya, meja belajar dekat jendela dan lemari yang cukup lebar disamping kanan pintu. Ah, tidak lupa ada balkon juga disini.
“Makasih ya Fik. Kamu baik banget. Padahal kita baru kenal.”
Fiko tersenyum. Ah, manis sekali anak ini. Kemudian dia menarikku. Kali ini dia membawaku ke sebuah ruangan disebelah kamarku. Ya benar! Ini kamarnya. Sedikit lebih luas dari kamarku dengan balkon yang lebih luas juga.
“Ayo duduk dulu.” Fiko mengajakku duduk diatas bednya. Wangi lavender. Aku suka.
“Ini kamarku. Kamu bisa panggil aku kalau butuh sesuatu!” aku mengangguk tidak berniat untuk menjawab. Aku melihat sekeliling kamar ini. Cat warna krem dengan variasi warna putih sangat terlihat mewah. Sama seperti kamarku.
Namun, aku melihat sesuatu yang menarik. Sebuah foto. Foto Fiko dengan seorang laki – laki yang sangat tampan. Apakah itu kakaknya Fiko? Dari pose difoto itu mereka terlihat sangat dekat dan tanpa batas.
“Itu namanya Alan..” Ha? Siapa?? Cowok ganteng difoto ini?
“Dia..” Fiko menggantungkan kalimatnya. Aku memicingkan mataku. Bermaksud untuk menyuruh Fiko meneruskan apa yang ingin dia katakan.
“Dia Kekasihku!”
Kekasih?
Pacar?
Cowok sama cowok?
Oh gay..
“Jadi kamu gay? Sama dong kaya aku! Hehe!” Aku sedikit terkekeh dengan kalimatku. Fiko sudah terlalu baik bahkan membuka jati dirinya untukku. Maka tidak masalah jika kau sedikit membuka rahasiaku kepadanya. Tidak akan rugi juga.
“Apa??”
Aku tersenyum.
“Iya aku juga gay.” Aku melihat kembali pria difoto itu. sangat tampan. Tapi sayangnya dia milik temanku.
“Dimana dia?”
“Ohh.. Alan, dia kuliah dikota ini juga kok.”
Bersambung...
Yaaaa
Ini adalah part kedua..
Dalam satu hari mungkin aku akan banyak post part cerita ini..Ahh ., Aku akan post cerita setiap hari jika tidak ada kendala...hehee..
Btw.. menurut kalian lebih enak nulis pake laptop atau langsung pake hape??
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMAN CINTAKU (BOYSLOVE STORY)
Teen Fictionbagaimana perasaanmu ketika melihat pacarmu selingkuh dengan temanmu sendiri? bagaimana rasanya jika kamu suka dengan pacar sahabat sendiri? bagaimana rasanya menyukai seseorang padahal kamu punya sudah punya pacar? ini adalah sepenggal kisah dari s...