I hate

4 1 0
                                    

Venus POV

Setelah memasuki komplek perumahan, James menepikan mobil dan keluar, akupun mengikutinya keluar kemudian duduk dikursi kemudi.

"Thanks ya Vey udah mau nebengin gue." ucapnya bersandar pada jendela mobil.

"Kebetulan aja kita sekomplek, kalo gk si ogah gue, lo ngapain manggil gue Vey?" jawabku cuek dan mulai menyalakan mesin mobil.

"Hehe, biar keliatan lebih akrab aja." jawabnya dengan memasang wajah imut.

"udahlah mau pulang gue." James masih berdiri disana dan aku mulai menjalankan mobil dengan perlahan.

"hati hati sweet heart." teriak James dengan melambaikan tanganya,

"modus banget tuh anak."

Rumahku dan rumah James memang satu komplek, dan rumah James berada didepan gerbang komplek.

Aku membunyikan klakson didepan rumah dan mbak susi membukakan gerbang, kuparkirkan mobil digarasi bersebelahan dengan mobil mommy, ternyata beliau memang sudah pulang.

"aku pulang . . ."

"eh sayang udah pulang, sini duduk dulu." Mommy menuntunku menuju ruang tamu, dan disana sudah ada seorang laki-laki yang kuperkirakan seusia Daddy.

"kenalin ini om Fery," mommy mengarahkan tanganku menjabat tangan temannya.

"Venus." ucapku singkat lalu segera melepaskan genggaman tanganya

"Venus mau ganti baju dulu mom." alihku agar bisa segera pergi meninggalkan mereka, mommy mengangguk.

Sebelum ke kamar kulangkahkan kali menuju dapur untuk mengambil air mineral, Tapi setelah membuka kulkas ternyata persediaan air mineral habis.

"mbak, air habis dikulkas kok belum di isi lagi ya?" tanyaku pada mbak susi

"iya non, nyonya belum sempet belanja bulanan. Adanya orange juice non, mau mbak ambilin?"

"boleh deh, tolong ambilin dua ya mau aku bawa keatas soalnya."

"iya non," akupun duduk dimeja makan,

"mbak itu temennya mommy udah lama datengnya?" tanyaku sambil membuka botol orange juice

"tadi waktu ibu pulang udah sama orang itu non. Mbak juga gak tau itu siapanya, sampe sore gini belum pulang juga." jawabnya heran

"yaudah mbak aku mau keatas dulu ya, makasih minumanya."

"iya non sama-sama."

Aku menaiki tangga untuk menuju ke kamarku, lalu merebahkan diri diatas kasur.

"siapa lagi itu orang, ngapain juga disini lama-lama." ucapku heran sambil menatap langit langit kamar.

Knock knock knock suara pintu kamarku diketuk, Lalu menampakkan sosok Mommy dari balik pintu yang langsung masuk dan menutupnya kembali.

"Sayang, Mommy mau belanja bulanan, kamu mau ikut?" tanya mommy yang sudah duduk ditepi ranjang.

"Vey capek mom, tapi kalo mommy sendirian yaudah deh Vey temenin tapi mau mandi dulu ya?" tanyaku yang sudah duduk disamping Mommy

"hmm sebenernya Mommy mau ajak om Fery juga sih sekalian mau nganter dia ke hotel, gak mungkin kan dia nginep disini." jawab mama ragu

"oh yaudah Mommy pergi aja sama temen Mommy, Vey mau mandi. Ntar tutup aja pintunya kalo Mommy keluar." jawabku ketus seraya berdiri mulai membuka seragamku

"Vey please, ikut ya sayang biar kamu makin akrab juga sama om Fery." bujuk mommy

"emang dia siapa? ngapain juga Vey harus akrab sama dia?" tanyaku ketus

"Mommy pengen jadiin dia sebagai pengganti Daddy kamu sayang, lagian Daddy kamu udah gk peduli juga kan sama kamu. Lebih baik kamu lupain aja dia dan om Fery akan menggantikan posisi Daddy dirumah ini." jelas Mommy

"Mommy stop, gak akan ada yang bisa gantiin posisi Daddy dirumah ini bahkan dihati Vey. Asal Mommy tau aja ya, Daddy itu lebih peduli, lebih perhatian sama Vey gak kayak Mommy yang cuma mikirin kerjaan Mommy doank. Daddy setiap hari nelfon Vey luangin waktu buat dengerin cerita keseharian Vey, sedangkan Mommy apa? Mommy gak pernah luangin waktu walaupun cuma buat dengerin cerita tentang sekolah Vey karna menurut Mommy itu gk penting iya kan? dan Mommy harus inget, kalo Mommy mau nikah lagi sama om Fery, Mommy gak berhak tinggal dirumah ini. Karna ini rumah Vey, kalian sendiri yang bilang setelah perceraian rumah ini hak Vey seutuhnya. Dan jangan pernah bawa om Fery masuk kerumah ini lagi, Vey gk sudi liatnya."

PLAKK

Sebuah tamparan mendarat dipipiku, seketika aku terduduk diatas karpet

"Vey jaga bicara kamu ya, selama ini Mommy kerja terus itu buat kesibukan Mommy, biar Mommy bisa lupain luka yang udah dibuat sama Daddy kamu. Dan Mommy menjalin hubungan dengan om Fery itu karna Mommy butuh pendamping Vey, supaya ada yang mendengar keluh kesah Mommy." Jelas Mommy yang masih berdiri didepanku

"Mom sekarang Vey mau tanya, sesering apa Mommy membahagiakan Vey sampe Mommy tega nampar Vey cuma karna mau belain laki-laki yang baru hadir dihidup Mommy? ya Mommy mencari kesibukan untuk melupakan Daddy, dan juga buat lupain aku kan? itu udah terbukti Mom. Mommy pikir selama ini aku gak mau dengerin keluh kesah Mommy? sampe Mommy harus cari orang lain? Mommy aja yang gk pernah anggep aku ada. Sekarang Mommy pilih, tinggal dirumah ini sama aku atau pergi sama om Fery terserah Mommy." karena sudah tidak tahan dengan pertikaian yang terjadi, aku memutuskan untuk meninggalkan Mommy dan menuju bathroom, duduk dibawah guyuran shower. Aku tak tahan lagi untuk membendung air mata yang sudah menggenang, tumpah mengalir bersama air.

Aku tidak menyangka akan berakhir seperti ini, atau mungkin ini belum berakhir dan akan ada lagi luka yang kuterima.

Sakit, ini sangat menyakitkan untukku. Bukan hanya fisik tapi hatiku lebih sakit, mommy merasa dia yang paling tersakiti disini, tapi sama sekali tidak memikirkan perasaanku, disini aku yang menjadi korban ke egoisan mereka, tapi mommy merasa dia lah korbannya.

Pantas saja dia selalu mencari kebahagiaannya sendiri tanpa adanya aku didalamnya.

Apakah jika aku terluka parah, mommy akan menyediakan waktunya untukku? Atau tetap memprioritaskan pekerjaannya?

Ingin kucoba untuk melukai diri sendiri agar aku dapat melihat bagaimana reaksi mommy nanti.

Just NothingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang