📌 Chapter : Prolog
Jangan lupa di vote, satu vote sama dengan satu semangat🤗
•
•
•Kasih love biru 💙
•
•
•"Acha pulang!" seru seorang gadis yang baru saja pulang sekolah.
"Pulang-pulang langsung berisik, salam dulu kek!" Sungut Ina –Mamanya Acha.
"Hehe, maaf, Ma. Jangan marah gitu, dong. Nanti cepet tua, lho," ucap Acha memperingati.
Seketika mata Ina melotot pada anak sulungnya itu. "Maksud kamu, sekarang Mama tua gitu?" tanyanya sambil berkacak pinggang menghadap putri pertamanya.
"E-eh, gak gitu, Ma. Maksudnya, kalau Mama marah-marah terus nanti Mama cepet tua. Makanya, Mama jangan marah-marah selagi Mama masih muda kayak sekarang," ucap Acha menjelaskan dan diakhiri senyuman terpaksa.
"Alasan aja kamu. Udah sana, cepet ganti baju dan beresin pakaian sama barang-barang kamu– "
"Eh, Ma! Jangan usir kakak dong, kakak 'kan udah minta maaf. Kakak juga tadi bercanda, masa sampai diusir, Ma." Acha memeluk kaki kanan Ina sambil terus meminta maaf.
"Apa, sih, Kak? Bangun ih! Siapa juga yang mau ngusir kamu? Makanya kalau orang tua ngomong itu didengerin dulu," ucap Ina, ia berusaha melepaskan pegangan tangan Acha pada kakinya.
"Ya, terus. Kalau bukan diusir, apa dong?" tanya Acha masih tetap memegang kaki kanan Ina.
"Kita mau ke Cirebon. Ke rumah Alm. Uyut kamu," balas Ina.
Acha meregangkan pegangannya. "Ngapain, Ma?" tanyanya.
"Main aja, sambil ada yang mau diurusin sama Mama dan Papamu." Ina melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda akibat meladeni anak sulungnya.
Acha manggut-manggut sambil membentuk huruf 'O' dibibirnya. "Kalau begitu, Acha ke kamar dulu, ya, Ma," ucap Acha kemudian segera berlalu dari hadapan Ina.
🌸•🌸•🌸
Malam harinya, ketika sudah membereskan barang-barang dan pakaiannya. Acha merebahkan tubuhnya di kasur empuk miliknya. Meskipun bukan ukuran queen size, tapi Acha bersyukur karena dapat tidur dengan nyaman di kasur yang empuk seperti ini.
Netranya menatap ponsel yang tergeletak di atas bantal, suara notifikasi dari aplikasi hijau berlogo gagang telepon tidak berhenti berbunyi sejak Acha merebahkan tubuhnya tadi.
Aji. Satu nama yang ia tebak sebagai dalang dibalik notifikasi itu. Dengan cepat, tangannya segera meraih ponsel yang tergeletak.
Benar saja, notifikasi itu berasal dari Aji. Kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ternyata Dia Jodohku
RandomSenyum Aji tak pernah luntur sejak Acha keluar dari ruangannya sampai kini Acha ada di hadapannya. Acha mencium punggung tangan Aji dengan takzim. "Cantik." Puji Aji seraya mencium kening Acha. Tentu membuat Acha semakin gugup. "Makasih, Suami," ba...