11

58 12 0
                                    

Jake dan Jane memutuskan untuk pulang ketika mereka menyadari matahari telah bersinar terik diatas kepala mereka. Kebahagiaan itu terlihat semu karena setelah suasana kembali hening didalam mobil yang Jake kemudikan, Jane merasa dirinya kembali emosional.

Terlebih setelah kejadian beberapa saat lalu dikebun binatang. Ia tak mungkin begitu saja mengabaikannya sementara kini jantungnya tengah berusaha meledak tertahan.

Tidak seperti Jane, Jake justru nampak lebih santai dengan sebelah tangannya yang memegang kemudi dan satunya lagi memegang sebuah boba tea yang ia beli tadi. Tanpa berniat mengalihkan pandangannya dari jalanan, pemuda itu menyeruput habis sisa boba tea ditangannya. Mungkin itu sebabnya mereka berdua tidak saling bertukar ejekan seperti biasa.

"Kapan lo mau minta maaf ke Sunghoon?" Celetuk Jane tiba-tiba.

"Sekarang aja gimana?"

"Hah?"

"Ya .... gue mau minta maaf sekarang aja, lagian juga gue ngerasa kelakuan gue emang rada gila sih, Jane. Lo mau nemenin gue kan?"

Tanpa disangka-sangka, sebuah toyoran dikepala Jake mengejutkannya.

"Gue tahu lo goblok, tapi ngga gini juga kali, Jake! Yang ada Sunghoon bakalan nendang lo dari rumahnya."

"Terus gue mesti gimana, Saodah? Ngomel mulu ngasi solusi kagak lo."

"Kalo lo ngijinin aja, biar gue yang ngomong ke Sunghoon dulu. Bukannya gimana-gimana, tapi dia pasti masih syok gegara lo tonjok, Jake. Chat gue aja ga dibales."

Terdengar helaan napas kasar dari saudaranya itu, Jane menggigit bibir bawahnya takut jika Jake kembali emosi karena pembicaraannya.

"Oke. Gue jemput jam 3."

"Astoge demi kerang ajaib, Jake emang paling ganteng satu kelurahan dah pokoknya!" Refleks Jane mengambil tindakan excited-nya tersebut dengan memeluk sebelah lengan Jake yang menganggur.

****

Jane telah sampai didepan rumah Sunghoon 5 menit yang lalu, dirinya meminta Jake untuk pulang terlebih dahulu agar Sunghoon tidak melihatnya.

Beberapa kali mengetuk pintu serta membunyikan bel, sosok yang dicari Jane belum juga menampakkan batang hidungnya. Hingga hampir kelima kalinya Jane hendak membunyikan bel lagi, suara tapak kaki yang mendekat menginterupsinya.

"Sunghoon?"

"Lo ngapain disini? Udah bilang sama sodara lo?"

Sunghoon menatap Jane penuh selidik dengan luka disudut bibirnya yang masih belum kering bahkan belum diobati.

"Bisa kita bicaranya didalem aja nggak, Hoon?"

Lelaki itu terlihat pasrah dengan membuka kunci pintu rumahnya, melewati Jane begitu saja.

Keduanya duduk diruang tamu, tak seperti biasanya jika Jane berkunjung maka akan langsung menuju depan tv atau kadang-kadang kamarnya.

"Lo mau ngomong apa, Jane?"

"Luka lo belum diobati, kan? Betadine lo yang dulu masih nggak?" ujarnya bertubi-tubi sambil mendekati sahabatnya itu.

"Jane, kalo lo kesini cuma jadi kaki tangan Jake buat dia minta maaf ke gue, sorry. Mending lo balik aja deh,"

"Nooo, Sunghoon. Gue dateng emang buat nyamperin lu, dodol! Gue khawatir setengah idup chat gue ga ada yang lo bales, lo lagi simulasi ngilang apa gimana?!" bentak gadis itu spontan.

"Im not in a mood, Jane. Gue lagi capek. Seriously mending lo balik sekar--"

"Gue tadi sempet mampir minimarket buat beli plaster, tapi lupa beli betadine." Jane meraih dagu cowok itu dan menempelkan plaster ditempat luka itu berada.

Tentu saja mau tidak mau Sunghoon jadi terdiam, membiarkan jemari gadis itu dengan telaten menempelkan plaster di area sekitar dagu dan bibirnya.

"Gue udah baikan sama Jake, lo nggak perlu khawatir. Justru yang harus lo khawatirin itu diri lo sendiri, Hoon. Jake bener-bener nyesel udah nonjok lo kemarin."

"Kalo emang dia nyesel harusnya dia yang dateng dan minta maaf, Jane. Bukannya lo."

Sesaat Sunghoon menjauhkan dirinya dari Jane agar ia dapat berbicara dengan nyaman.

"Udah, Jane. Lo nggak perlu ngelakuin ini semua buat dia. Lo berhak atas kebahagiaan hidup lo sendiri dan jangan pernah ngerasa bersalah atas apa yang sodara lo lakuin." Lanjutnya tegas.

Jane beringsut, tak tahu harus merespon seperti apa karena sebagian hatinya membenarkan perkataan Sunghoon. Ia menjadi yang selalu merasa bersalah meskipun Jake yang bertanggung jawab atas semua perbuatannya.

"Gue .... ga suka lo ngomong gitu soal Jake, Hoon. Lo selalu menyalah artikan semua yang gue lakuin."

-----

TO BE CONTINUE 💜💜

ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang