MAGANTARA - 02 CENTANG BIRU

834 148 21
                                    















Naka masuk lift menuju basement, dia terbiasa menunggu Ayahnya di sana; buat pulang bareng. Ponselnya mati, mau tidak mau Naka melihat jam di pergelangan tangannya, sudah pukul setengah tujuh.

“Nakayla.”

Naka mendongak ke depan dengan kening mengernyit, akibat lift yang dia masuki sedikit penuh, Naka sampai tidak melihat keberadaan Samuel. Lelaki itu berdiri tepat di sampingnya, masih mengenakan kemeja dan celana bahan tadi pagi, sepertinya cowok itu juga baru mau pulang.

“Dr. Samuel, baru pulang?” Naka meringis, merasa suasananya berubah canggung. “Maksud saya, kebetulan kita di sini. Ada yang mau saya bicarakan.”

Samuel terkekeh. “Santai aja, jam kerja kita udah habis dari satu jam yang lalu. Lo baru mau balik? Dr. Banu perasaan udah balik dari tadi.”

“Hah?!”

“Lo gak tahu?” Samuel diam beberapa detik sebelum mengangguk; sedikit paham dengan apa yang kedua orang tua itu rencanakan. “Mau pulang sama gue, Lo mau ke rumah Papa, kan?”

“Heh! Anu gak papa, gue pulang naik taksi aja, Kak.”

Naka gelagapan, bisa jadi bulan-bulanan dia kalo sampai ada gosip tentang Samuel. Bukan apa, masalahnya semua masalah yang menyangkut tentang keluarga Magantara itu ujung-ujungnya jadi bahan buah bibir masyarakat.

“Tapi gue maksa gimana dong?” Samuel menyeringai.

Bertepatan dengan terbukanya pintu lift, Naka mendelik ke arah tangannya yang ada di genggaman Samuel, cowok itu menariknya berjalan beriringan. Orang-orang yang mengenal Naka menatapnya horor, Naka meringis.

“Kak Samuel udah tahu, ya?”

Noleh. “Tahu apa?”

Naka menggeleng, dari yang dapat dia lihat, agaknya Samuel tahu tentang perjodohan itu. Responnya juga di luar dugaan, yang dia tahu Samuel tidak tertarik dengan wanita; bukan berarti Samuel punya kelainan.

Tapi, Naka lihat cowok itu lebih sering berdiam diri di ruangnya daripada tebar pesona sana-sini. Sepertinya dia salah perkiraan, awalnya Naka kira Samuel akan menolak mentah perjodohannya.

Mendongak. “Gue gak mau di jodohin”










































***




























Kedatangan Naka dan Samuel di sambut sumringah oleh Ayah mereka, Banu menatap anaknya penuh curiga. Dia Dehem, lalu kembali melirik tangan anaknya yang masih di genggaman Samuel.

“Udah Ayah duga, Dr. Samuel itu anaknya peka.” Canda Banu, Naka menghela lalu mengambil duduk di samping sang Ayah.

“Gimana, baik kan, Samuel?” Jordan ikut terkekeh, Naka tersenyum tipis melirik Samuel. “Bentar ya, anak Om yang satunya masih di jalan.”

MAGANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang