'3•

3.7K 503 35
                                    

"Kamu gak mau bersih-bersih?" Tanya Jaemin yang baru saja masuk membawa kursi roda Renjun.

"Buta lu? Gak liat kaki gue gini? Lu pikir gue terbang buat masuk ke kamar mandi? Lagian belum boleh masak gue," omel Renjun, Jaemin menghela napas pelan, dirinya berjalan menuju kamar mandi. Renjun melirik sebentar kemudian kembali menatap kedepan saat melihat Jaemin kembali keluar.

"Lu mau nyiram gue?" Tanya Renjun seketika saat Jaemin keluar dengan sebuah handuk dan tempat berisi air. Jaemin mendekat, duduk disamping ranjang.

"Buka baju kamu, biar saya lap," perintah Jaemin, Renjun terdiam dalam duduknya. Jaemin kembali menghela napasnya, susah banget ni anak sumpah. Dengan cepat Jaemin membuka baju Renjun membuat Renjun membulatkan matanya, dengan pandangan yang terus kedepan, tubuh yang tegang membuat Jaemin memegang pundaknya.

Renjun menundukkan kepalanya, matanya merah, kelopak matanya berkedip berkali-kali. Jaemin mengangkat wajah Renjun membuat Renjun menatap kearahnya. "Saya hanya bantu kamu bersihin badan kamu," ucap Jaemin pelan, Renjun pun mengangguk, rasanya suasana langsung tegang dan panas.

Tangan Jaemin mulai terampil membersihkan badan Renjun, mulai dari wajah, tangan, leher, punggung, dada Renjun dan perut. Ketika tangan Jaemin ingin lebih turun kebawah Renjun menahan tangan Jaemin. Jaemin menatap Renjun, sementara Renjun membuang mukanya, memutuskan kontak mata antara dia dan Jaemin.

"Gue bisa ngelakuin sendiri," kata Renjun, Jaemin mengangguk. Jaemin meletakkan kain tersenyum, dan mundur beberapa langkah. "Lu sekalian keluar aja, pak," perintah Renjun, Jaemin terdiam tapi kemudian mengangguk, berjalan keluar dan menutup pintu dengan tenang.

Renjun menaruh kain dan air di meja samping ranjang, dia mengangkat kaki  kirinya, memeluk kaki kirinya dengan erat. Badannya mengigil, Renjun mengigit kuku-kuku tangannya dengan gelisah, sambil sesekali mengatur napas, keringat dingin keluar dari dahinya, telapak tangannya pun ikut bahas.

"Hiks," satu isakan keluar dari bibir Renjun, Jaemin mendengar semuanya. Jaemin masih berdiri didepan pintu, karna takut-takut kalau nanti Renjun butuh bantuan dia bisa cepat buat bantuin.

"Hiks hiks," kembali, isakan kembali terdengar membuat Jaemin menundukkan kepalanya. Lalu berjalan menuju ruangan yang tak jauh dari sana. Ruang kerja Jaemin, Jaemin berjalan dengan berat, otaknya terus menyumpahinya.

"Bego, jangan karna dia cowok lu bisa seenaknya gitu, Jaemin," geram Jaemin pelan pada dirinya sendiri. Jaemin menutup pintu, mengunci pintu itu, dia terduduk di sofa, menutup matanya, berpikir betapa bodohnya dia menyentuh Renjun seperti itu. Ya niatnya memang baik, tapi sepertinya Renjun memikirkan hal yang lain, sehingga itu menjadi tidak baik.

"Ck, bego," ucap Jaemin, dia mengambil ponselnya, lalu menelfon seseorang.

"Bar, gas?" Ucap Jaemin pada sambungan telepon.

"Ckk, gak masalah, sesekali minum apa salahnya,"

"Suami takut istri lu?"

"Sipp, jam 11 okey?"

"Iya gue traktir, tenang aja, minta izin sama istri lu baik-baik,"

"Okey sip,"

Kemudian panggilan terputus.

"Sialan si Jaemin, bukan gak mau ikut minum, cuma desahan istri gue lebih candu daripada alkohol,"

.
.
.
.
.
.
.

Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, Jaemin dan Renjun masih belum bertemu sejak kejadian tadi. Bahkan tiba-tiba aja Renjun udah punya pelayanan pribadi yang bakal ngurus Renjun disini selama 2 bulan.

✔️ My Bad Lecturer||•Jaemren🪶Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang