'16°

1.9K 231 35
                                    

"Tolong siapkan oksigen,"

"Tanda vitalnya menurun,"

"Jantungnya hampir berhenti,"

"Siapkan pompa jantung,"

"Pasien ini,"

"Sebelah sini,"

"Ada pasien kecelakaan,"

"Bawa kesini,"

"Selang infus,"

"Suntik,"

Seperti itu gambaran ramainya rumah sakit saat ini, para pasien menunggu giliran dengan rintihan masing-masing, para dokter dan perawat yang sibuk lalu lalang mengurus pasien, dan Renjun yang dengan santai duduk sambil menikmati kopi paginya.

Selama dua bulan hal itu adalah pemandangan yang selalu Renjun lihat setiap harinya, tak bosan dengan semuanya, pasien yang lalu lalang, dan lain sebagainya. Tetapi dua bulan ini, Renjun lumayan menikmatinya, sangat-sangat menikmatinya bahkan.

"Permisi," kata seseorang menghampiri Renjun yang masih terus berdiri melihat ramainya semua orang disana, Renjun mengalihkan pandangannya menatap kearah wanita yang memanggil dirinya tadi.

Ah bukan wanita, hanya anak kecil yang datang menghampirinya dengan boneka kecil ditangannya, Renjun berjongkok mensejajarkan dirinya dengan anak itu, "ini," kata anak itu memberikan boneka

"Moomin?" Heran Renjun, anak kecil itu mengangguk, lalu berlari pelan. Pakaian yang dikenakan anak itu bukan pakaian rumah sakit, pasti bukan pasien disini, tapi ngapain dia ngasih Renjun boneka?

"Dokter Huang," panggil seorang suster yang sudah berada dihadapan Renjun.

"Ada seorang pasien yang mengalami pendarahan hebat, korban tabrak lari," kata suster itu, Renjun mengangguk, lalu melangkahkan kakinya, merapikan jas putihnya lalu berjalan menuju pasien yang tadi di maksud suster itu.

"Dimana?" Tanya Renjun, dia membuka tirai yang menutupi ruangan pasien, menggunakan stetoskop, kemudian matanya langsung jatuh pada pasien didepannya yang kini terbaring lemah dengan darah yang keluar dari kepala dan telinganya, dan juga tangannya yang memegang boneka moomin kecil, anak itu.

"Boneka?" Kata Renjun pelan, dia melirik tangannya kemudian kembali beralih ke arah dia berdiri tadi, boneka itu telah hilang, tak ada ditangannya, anak ini, sama seperti anak tadi, sangat mirip, apa maksud ini semua.

"Bawa keruang operasi," perintah Renjun tegas.

"Tapi orang tuanya tidak mampu membayar biaya rumah sakit," kata suster ini sambil menatap kearah orang tua anak itu yang menangis pilu.

Renjun terdiam, peraturan rumah sakit ini memang mementingkan admistrasi, salah satu rumah sakit swasta terbesar. Ah, bukan milik keluarga Pak Jaehyun, Renjun masih di China saat ini, dia mencoba mendaftar dan nyatanya dia diterima hanya dengan menunjukkan segala prestasinya.

Setelah melakukan tes, Uji coba operasi, dan lain sebagainya, Renjun lolos bahkan dengan para dokter yang lebih tua darinya. Patut dibanggakan hal yang Renjun miliki, menurun dari jie jie nya, Lanny.

"Saya yang urus semua pembayaran, bawa dia keruang operasi sekarang,"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

45 menit telah berlalu
Hampir satu jam, akhirnya operasi terselesaikan dengan sempurna, dan Renjun sebagai dokter utama dalam operasi hari ini. Renjun merasa bersyukur dan lega, dia kembali dapat menyelamatkan nyawa seseorang.

Meskipun harus mempertaruhkan nyawanya, apalagi anak tadi mengalami kerusakan otak yang cukup parah, dia terbentuk terlalu keras, punggungnya yang terseret aspal juga membuatnya dirinya menjadi semakin malang. Dan ada satu hal lagi yang harus Renjun beri tahu kan langsung kepada orang tua anak ini.

✔️ My Bad Lecturer||•Jaemren🪶Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang