Part 14 Keluarga besar, lamaran?

19 10 0
                                    

    Suara musik terdengar dari rooftop rumah bergaya modern. Gantungan dream catcher tergantung ditali yang terpasang memutari rooftop. Di rooftop memang segar, bisa merasakan angin juga pemandangan di sekitar rumah, tapi di atas rooftop milik Nazra terdapat kebun bunga milik Nadhira dan ibunya. Berbagai bunga ada di tanam mini ini, dijaga dan dirawat dengan baik.

    Dulu saat kecil, dia sering bermain bersama Nadhira di rooftop bersama. Tapi semenjak Nadhira masuk SMA, kuliah dan menikah dengan Arman, dia ikut suami tinggal di Jawa Timur, dan Nazra jarang bertemu dengan Nadhira.

    Tapi satu tahun ini mereka kembali tinggal satu rumah. Nadhira kembali ke Jakarta dengan membawa Rumi, setelah suaminya meninggal karena tragedi tenggelamnya kapal selam di selat Bali. Semenjak kepergian suaminya, Nadhira berubah menjadi orang yang dingin, tidak bawel dan tidak jahil seperti dulu, kadang Nazra rindu tingkah random kakaknya yang bisa menjadi moodbooster-nya.

    “Ya Allah, kenapa harus ada pelangi setelah hujan? Apa karena pelangi ingin menghibur bumi yang baru terhantam badai? Bisakah kasih aku pelangi setelah hujan air mata?” tanya Nazra sambil menatap ke arah langit.

    “Yaelah, lebay banget sih gue, baru tiga hari jomblo langsung jadi kaum alay,” ucap Nazra dengan kesal.

    “Ngapain sih dek?” tanya Nadhira yang membuat Nazra terkejut.

    “Nggak ngapa-ngapain. Ada apa?”

    “Di suruh turun sama ayah.”

    “Hem,” ucap Nazra sambil menganggukan kepala.

    Setelah itu mereka berdua turun dari rooftop bersama. Sesampainya di lantai satu, Nazra segera menemui ayahnya yang tengah duduk di ruang keluarga bersama ibunya. Nazra duduk di sofa dan mengambil bantal untuk menutup pahanya.

    “Ada apa, yah?” tanya Nazra sambil mencomot keripik di atas meja.

    “Ayah senang sekali, dengar kalo kamu sudah memutuskan pria itu,” ucap Ilham dengan senyum. Nazra menghentikan kunyahan makanan dan menatap ayahnya dengan datar.

    “Ayah kan udah tau dari kemarin,” ucap Nazra.

    “Iya, tapi bahagianya masih sampai sekarang.”

    “Kenapa?” tanya Nazra.

    “Ya, berarti kamu mau dong terima perjodohan itu,” ucap ibu dengan senyum menggoda.

    “Astaga. Jadi ini masih mau bahas perjodohan itu? Nazra nggak mau, yah, bu. Aku putusin Nathan, bukan berarti aku terima perjodohan itu,” ucap Nazra sambil berdiri.

    “Memangnya kenapa?” tanya Ayah.

    “Aku nggak mungkin menikah sama orang tua. Apalagi dia udah punya buntut tiga, Nazra itu pembisnis muda, selebgram, banyak orang yang selalu ikutin tren fashion aku, gimana kalo sampai mereka tau aku nikah sama duda,” ucap Nazra dengan sedikit drama supaya ayah dan ibunya sadar jika Nazra sangat berharga.

    “Lebay,” ucap Nadhira.

    “Lagian siapa yang mau menikahkan kamu dengan duda, punya buntut tiga lagi?” tanya Ayah.

Musafir Cinta (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang