Part 16 Gelandangan Turki

21 9 0
                                    

    Takdir adalah ketetapan Allah SWT yang telah di tetapkan sejak zaman Azali. Di mana seluruh peristiwa yang ada di alam raya telat di tentukan dalam kadar dan ukuran tertentu, tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa takdir, termasuk manusia. Namun manusia harus tetap berikhtiar dan terus berjuang di jalan kebenaran.

    Pesawat Raya Asia mendarat di bandara Istanbul, Turkey. Para penumpang turun dari pesawat dan berjalan masuk ke dalam gedung bandara. Dari ratusan bahkan ribuan orang di bandara, ada Nazra yang baru saja landing setelah melakukan perjalanan selama seharian. Dia berjalan mendekati bagian informasi sambil menyeret kopernya.

    “Excuse me. I want to ask about flights to France?” tanya Nazra dengan to the point pada bagian informasi. Wanita berkerudung itu tampak menatap Nazra sesaat. Apa wanita itu tidak bisa bahasa Inggris?

    “Excuse me,” ucap Nazra lagi.

    “Wait a minute, I will check it out,” Wanita itu tersenyum sekilas lalu menatap layar komputernya.

    “The plane bound for France has just taken off. Next schedule is Monday,” ucap wanita itu yang membuat Nazra mendengus kesal.

    “Ck, ya masa gue harus nunggu di sini sampai besok. Em, Are there any hotel near here?” gumam Nazra dengan kesal.

    “Not far from here is the Albanda hotel, you can check-in there,” ucapnya dengan senyum.

    “Thank you,” Nazra yang kemudian berlalu pergi sambil membawa kopernya keluar dari gedung bandara. 

    Nazra berdiri di pinggir jalan sambil menatap kendaraan yang berlalu lalang. Dia tampak diam dengan wajah sendu, sepertinya ini adalah karma karena dia kabur dari pertunagannya.

    “Hah, gue di Turkey. Di mana mayoritas masyarakatnya nggak bisa bahasa Inggris,” Nazra menghela nafas dengan wajah sedih.

    Turki adalah Negara yang terkenal sebagai ikon pariwisata islam setelah Saudia Arabia, Turki juga sarat dengan sejarah perkembangan islam dunia. Di sebelah utara, Turki berbatasan dengan Negara Bulgaria, dan di selatan berbatasan langsung dengan Suriah. Namun, meski berbatasan dengan benua Eropa, sembilan puluh lima persen masyarakat di Turki tidak bisa bahasa Inggris dan Arab. Fenomena ini merata di semua kalangan, dan hanya beberapa orang yang bisa menggunakan bahasa Inggris, seperti petugas bandara, penerjemah dan petugas kepolisian.

    Banyak sekali, pelancong yang datang dari berbagai belahan dunia yang kesulitan berkomunikasi dengan orang Turki. Bahkan mereka sering di bully karena tidak mengetahui etika-etika sosial di negara itu. 

    “Kayaknya gue bakal menghadapi kesulitan. Benar-benar karma,” ucap Nazra dengan mata yang menatap ke jalan. Dia terlihat berusaha tegar meski matanya sudah berkaca-kaca.

    “Excuse me ma’am. Is there a taxi or travel here?” tanya Nazra pada seorang ibu berkerudung yang berjalan bersama putrinya.

    “Dilini anlamiyorum. Affedersin,” ucap ibu itu yang kemudian berlalu pergi. (Saya tidak mengerti bahasamu. Maaf)

    “Bisa-bisanya gue sial kaya gini! Kenapa nggak ada yang bisa bahasa Inggris, sih. Ya masa gue harus nempel sama petugas bandara terus?” ucap Nazra dengan putus asa.

Musafir Cinta (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang