Part 19 Kehormatan wanita

20 8 0
                                    

    Sudah dua jam berjalan, melangkahkan kakinya dengan lambat dan menatap beberapa bangunan yang menarik bagi matanya. Dia menatap segerombol anak perempuan yang baru pulang sekolah, seragam mereka sangat besar dan menjuntai sampai ke bawah. Nazra terhenti di taman dan duduk di kursi.

    Dia menatap jam tangannya, pukul setengah enam. Sudah hampir malam, tapi Nazra masih bersantai di tempat yang cukup jauh dari panti. Entah apa yang sedang dia inginkan, yang jelas dia tampak bingung juga gelisah.

    “Gimana kalo sampai media tau gue kabur dari pertunangan itu? bisa-bisa karir gue hancur. Hah, kenapa gue baru kepikiran itu sekarang,” ucap Nazra sambil menyangga kepalanya.

    “HP sama ATM gue segala hilang. Gue nggak bisa ngelakuin apa-apa sekarang. Argh! Persetan! Kenapa nasib gue kaya gini,” Nazra berteriak seperti orang gila, sedangkan beberapa orang yang berjalan di dekatnya, menoleh dan menatap Nazra dengan sinis.

    “Nggak mungkinkan selamanya gue numpang di panti. Gue juga harus pulang, gue harus punya duit buat beli tiket pesawat, tapi gimana caranya, passport aja nggak ada!” ucap Nazra dengan penuh emosi.

    “Apa gue pergi ke kedutaan aja minta bantuan, tapi kalo gue disangka imigran ilegal gimana? Semua identitas gue, kan, hilang!” ucap Nazra dengan kesal lagi.

    Di saat Nazra tengah berkelahi dengan dirinya sendiri, tiba-tiba suara kelakson mobil membuatnya kaget. Nazra mengangkat kepalanya dan melihat mobil berwarna putih berhenti tepat di depannya. Dia menatap mobil itu dengan datar, apa seseorang yang mengendarai mobil itu mengenalnya?

    Karena tidak ada reaksi dari Nazra. Pengemudi mobil itu keluar dari dalam mobil dan mendekati Nazra, ternyata orang itu Argaza. Nazra sempat berpikir jika mobil itu milik penjahat.

    “Oh, ternyata lo. Gue pikir penjahat,” ucap Nazra dengan datar, tangannya disilangkan di dadanya.

    “Hem,” Argaza menghela nafas dan duduk di samping Nazra.

    “Kenapa kamu ada di sini?” tanya Argaza sambil menatap ke depan.

    “Jalan-jalan.”

    “Ini hampir masuk waktu maghrib. Kalo kamu kemalaman dan tersesat, bagaimana?” Argaza menatap ke arah Nazra.

    “Ya sekarangkan ada lo. Jadi gue nggak perlu khawatir tersesat,” ucap Nazra dengan datar.

    “Jalanan di sini berbahaya. Jangan keluar sendiri, terlebih kamu menggunakan pakaian seperti ini,” Argaza menyindir pakaian Nazra yang kurang bahan dan terbuka.

    “Emang kenapa sama pakaian gue? ini Fashion.”

    “Islam sangat memuliakan wanita. Karena wanita adalah mutiara yang harus di jaga. Untuk itu, wanita muslim di wajibkan untuk menutupi seluruh auratnya, karena pakaian adalah kehormatan, yang akan melindungi pemakainya dari azab neraka, pakaian itu harus menutupi seluruh badan kecuali kedua telapak tangan dan wajah. Pakaian yang terbuka bisa mengundang kejahatan, seperti pelecehan. Wanita yang baik, seharunya menutupi aurat, untuk menghindar dari fitnah dan dosa.”

    “Dan maksud lo, gue itu cewek jahat?” Nazra menoleh ke arah Argaza dengan mata tajam.

    “Tidak,” Nazra mengeryitkan dahi setelah mendengar jawaban Argaza yang ambigu.

    “Tapi banyak kok, orang lahir dari keluarga beragama, tapi mereka belum bisa berpakian syari, narkoba dan free sex,” ucap Nazra sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada

    “Iya, kamu benar. Bahkan anak dan istri Nabi Nuh alaihissalam pun, mati dalam keadaan kafir, karena mereka berada di pihak kaum Yahudi dan memerangi agama islam,” ucap Argaza yang membuat Nazra menoleh ke arahnya.

Musafir Cinta (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang