TING
Para penumpang yang terhormat, selamat datang di Paris, kita telah mendarat di Charles de Gaulle Airport, kami persilahkan kepada anda untuk tetap duduk sampai pesawat ini benar-benar berhenti dengan sempurna pada tempatnya dan lampu tanda kenakan sabuk pengaman dipadamkan.
*
Irene duduk tegak memeluk tas-nya mendengar pengumuman yang diberikan oleh pramugari. Hatinya berdegup kencang, perasaan senang menyelimuti dirinya, tentu!- siapa yang tidak? Bisa bergabung untuk berjalan di Paris Fashion Week merupakan salah satu impian bagi model yang berkarir di atas catwalk.
*
Berakhir lah sudah penerbangan kita pada hari ini atas nama Korean Air kapten Seunghoo Lee, dan seluruh awak pesawat yang bertugas mengucapkan selamat berpisah dan semoga dapat berjumpa lagi di dalam penerbangan Korean Air lain waktu. Sebelum meninggalkan pesawat, kami ingatkan kembali kepada anda untuk memeriksa kembali bagasi kabin anda agar tidak ada barang yang tertinggal. Para penumpang dengan lanjutan penerbangan silahkan melapor pada bagian layanan pindah pesawat di ruang penerbangan. Terima kasih.
*
Irene mengalihkan pandangannya ke luar jendela sambil menunggu pesawat benar-benar berhenti. Tak lama lampu indikator sabuk pengaman pun padam. Para penumpang segera berdiri dan mengambil barang mereka di kabin. Irene yang tidak membawa apa-apa kedalam kabin berjalan melalui Aru dan Mino yang sedang sibuk mengeluarkan koper mereka "Sibuk?" Ia terkekeh sambil menepuk pundak Aru "Aku turun duluan, Sam sudah menunggu ku. Bye Aru dan Mino, see you" Aru dan Mino mengangguk sambil melambaikan tangan mereka.Irene berjalan melalui tangga, dari kejauhan Sam sudah melambaikan tangan, ia berjalan segera untuk menghampiri-nya "Miss Bae, kau mau ikut dengan ku untuk mengambil koper atau menunggu di depan saja?" Kata Sam mereka berjalan berdampingan, "hm, apa ide yang bagus menurutmu?" Tanya Irene dengan nada bercanda, Sam menghela nafas "baiklah, kau boleh tunggu di depan aku yang akan mengambil koper-koper mu itu. Jangan kemana-mana!" Jelas Sam dengan nada yang terdengar tidak ramah ia-pun bergegas memutar arah untuk menunggu dan mengambil koper mereka. Irene hanya tertawa melihat kelakuan manager-nya itu.
Irene berjalan dan menemui kursi kosong, ia duduk lalu mengaktifkan handphone-nya.
"Bonsoir?" Kata orang di sebrang sana
"Ma chérie!"
"Oh Rene? Kau sudah landed?"
"Just now. Aku satu flight dengan Aru dan adiknya"
"Really? Sangat kebetulan. Anyway kau akan tinggal dimana?"
"Mandarin Oriental. Itu hotel yang disediakan oleh agency-ku tetapi hanya sampai PFW usai."
"Apa kau ada waktu luang setelah PFW?"
"Ya, surprisingly! Aku-pun kaget saat mengetahui jadwalnya. Aku ada waktu 2 minggu sebelum melanjutkan ke Milan. Maka dari itu aku akan tinggal di Apartment-mu selama 2 minggu."
"Hey hey, apa aku sudah mengijinkannya? Mana boleh sembarangan memutuskan?!"
"Hahaha ayolah Dorothy, aku tau kan akan membiarkannya."
"Tentu saja! Haha baiklah i'll see you soon chérie."
"Okay, bye"Baru saja Irene mematikan teleponnya, tiba-tiba ia lompat dari tempat duduknya dan teriak dengan suara yang lumayan- membuat orang-orang disekitarnya mengalihkan pandangan ke Irene, disisi lain Aru tertawa terbahak-bahak. "ARU!" Irene meneriaki dan memukul lengan Aru sambil menggeleng-geleng kepalanya. "Selalu ya usil!" Irene mendengus. "Hahaha maaf Rene, kau sangat serius aku perhatikan. Mana Sam?" Kata Aru sambil tertawa. "Dia masih mengantri untuk mengambil koper. Kau sendiri? Mana adik mu?" Irene kembali duduk dan mencoba menenangkan dirinya. "Dia sedang membelikan-ku kopi. Kau mau?" Tanya Aru sambil duduk di sampinh Irene. "Thank you but no. Kau akan tinggal dimana? Apartmen Dorothy?" Kata Irene. "Kali ini, tidak. Aku akan tinggal di Hôtel Du Louvre. Yang dekat dengan tempat exhibition adik-ku." Keduanya mengangguk.
Terlihat Sam datang membawa 2 koper ditangannya. Ia membungkukan badannya saat melihat Aru. "Miss Bae, ayo kita harus bergegas tadi aku mendapat telepon bahwa chauffeur sudah berada disini" Kata Sam dengan terburu-buru. Irene bangkit dari tempat duduknya, memeluk Aru dan melambaikan tangannya "Bye Aru!" Ia bergegas pergi mengikuti Sam.
"Bienvenue à Paris Madame et Monsieur. Mandarin Oriental isn't it?"
"Yes, please"••
Mino terbangun dari tidurnya saat mendengar bahwa sebentar lagi pesawat akan landed di Paris. Ia mengedipkan matanya berkali-kali lalu segera memasangkan sabuk pengaman dan mengembalikan posisi kursinya. Ia duduk dengan santai walaupun sebenarnya mixed feeling, itu yang dirasakan olehnya saat ini. Senang, haru, ketidak percayaan dan perasaan lainnya bercampur aduk menjadi satu.
TING
Lampu indikator sabuk pengaman-pun mati, begitu juga dengan pesawat yang sudah berhenti sempurna. Mino dengan segera bangun dari kursinya dan mengeluarkan barang-barangnya dari kabin. Ia mencuri pandang ke arah seat Irene yang tanpa disadari setiap kali melihatnya ia langsung tersenyum.
"Aku masih belum percaya akan menghadiri Art Exhibition di Paris bukan sebagai pengunjung melainkan sebagai artist." Ujar Mino "entahlah aku-pun bingung. Dari mataku yang sama sekali tidak mengerti arti lukisan, semua terlihat sama sajad. Yang membedakan hanya "wow" dan "hm" apalagi lukisan yang akan kau pajang kali ini adalah lukisan yang paling sering aku ejek" Aru mengangkat bahu sambil menurunkan barangnya. Ketika ia sedang membantu Mino, ada tangan yang menepuk pundaknya "Rene! Kau tidak membawa apapun ke kabin?" Tanya Aru lalu Irene menggeleng, "Oh perbedaan mempunyai Manager dan tidak" seru Aru sambil menunjuk Mino, Irene terkekeh "Aku turun duluan, Sam sudah menunggu ku. Bye Aru dan Mino, see you" Mino tersenyum dan melambaikan tangannya saat Irene mengucap perpisahan lalu kembali mengeluarkan barang dari kabin serta merapikannya untuk dibawa keluar pesawat.Mino dan Aru berjalan keluar dari pesawat, dari raut wajahnya masih terlihat sangat lelah dan mengantuk. Ia memakai kacamatanya sambil berjalan, arahnya tidak fokus. Matanya mencari coffee shop ke kanan dan ke kiri. Tak lama kemudian ia menemukan coffee shop. "Hyung, aku akan beli Americano apa kau mau?" Tanya Mino, Aru mengagguk "aku juga, aku akan tunggu disana ya?" Jawab Aru, Mino mengacungkan jempolnya lalu berjalan ke arah coffee shop tersebut sambil menggeret kopernya. Ketika sedang mengantri, ia mendengar teriakan dari arah tempat duduk di luar sangat keras dan melengking tetapi ia menghiraukannya. "Votre americano monsieur." Mino langsung mengambil pesanannya, ia tersenyum dan pergi dari coffee shop tersebut.
"Bye Aru!" Suara yang sangat familiar, Aru tidak menyadari Mino sudah berada tepat dibelakangnya "Irene?" Tanya Mino, "oh kau sudah disini rupanya, ya Irene hahaha lucu sekali tadi aku menjahilinya. Kau mendengar teriakannya tidak? Ini punya ku kan?" Jawab Aru tertawa lalu mengambil Americano miliknya. Merekapun lanjut berjalan keluar bandara untuk menemui Uber yang sudah mereka pesan untuk membawa mereka ke Hôtel du Louvre.
"Bienvenue à Paris Monsieur. Hôtel du Louvre isn't it?"
"Yes, please"-to be continue-
Thank you so much buat yang masih baca 😭 see you on chapter 4!
Xoxo, T 💋
YOU ARE READING
Petrichor
Fiksi PenggemarThe love that blossomed on the rainy weather and willing to drenched themselves in the rain because they love the Petrichor. Petrichor /'pętrīkôr/ n. a pleasant smell that frequently accompanies the first rain after long period of warm, dry weather