Pulang

24 8 2
                                    


Jangan lupa bismillah sebelum baca<3
sekian oke bye..🖤


Rasa perih menjalar di sekujur kaki kirinya kian di rasakan Kaisen yang tengah memanggul tubuh Sanjo dengan menggunakan kakinya yang sudah di baluti kain merah dari sobekan ujung baju wanita itu. Sementara itu Joy sejauh ia menyusuri jalan menyeret jasad kaki Sanjo dengan lekat wajah yang masih tak kuasa melihat apa yang sedang ia tarik itu. Darah itu masih berceceran di sepanjang mereka berjalan.

Sinar sang fajar semakin mengernyit, akhirnya mereka berhasil keluar dari labirin tersebut dan mulai di kerumuni oleh segerombolan orang di sekelilingnya. Segeralah mereka menyerahkan mayat itu ke polisi yang baru saja mendekatinya.

Tatapan seluruh orang terpandang ke arah lelaki bersama wanita dengan tubuh yang di selimuti warna merah itu. Tatapan yang dapat diartikan kalau mereka sedang bertanya-tanya tentang apa yang terjadi sebenarnya. Banyak dari mereka yang begidik ngeri sampai-sampai ada yang pingsan melihatnya.

Petugas datang mengevakuasi jasad itu untuk segera ditangani. Kaki Kaisen semakin membiru dan ikut di evakuasi ke rumah penanganan terdekat Glors.

Sementara Joy, dia dengan ekspres pulang agar tidak diwawancarai. Kalaupun iya, bisa-bisa orang tuanya tahu kalau seandainya anak semata wayangnya ini masuk ke berita tentang kejadian dilabirin siang tadi. Joy pulang naik taksi yang sedari tadi sudah di pesankan Kaisen.

-----

Sampailah taksi itu tepat di depan gerbang rumah Joy. "Mbak, tadi sudah di transfer ya" ucap Sopir, tampaknya dia ingin penumpangnya segera keluar.

"Iya pak, tapi ini joknya kotor" jawab Joy yang masih duduk sembari menunjuk kotoran darah yang menempel.

"Gapapa mbak asal mbak nya jangan apa-apain saya" Sopir itu malah takut dan mengangkat tangannya untuk memohon wanita dengan lumpuran darah itu segera keluar.

"Tapi pak"

"Keluaaaaaarr" jeritan nyaring lahir dari mulut sang sopir, seperti layaknya seekor tikus terjepit yang membuat gendang telinga Joy hampir pecah, ia lantas bergegas keluar dan ngicir menuju pintu belakang rumah.

Yes, Ibu sama Ayah lagi di depan tadi. Untung aja gua langsung ngicir. Batinnya yang lega berhasil memasuki kamar mandi belakang. "Buset frekuensinya, badan gagah tapi lihat cewe cantik aja jerit, kayak ketemu ma idol aja" Joy berceloteh sembari menyentuh telinganya yang sensitif karena jeritan tadi. "Eh sumpah"

"Astaghfirullah Ya Allah Allahhuma bariklana.." Dia terkejut setelah melihat bayangannya di pantulan cermin kamar mandi.

"Pantes aja takut, lah kayak kunti rupanya. Apa lu! Serem juga sih" Joy mengomeli cermin itu dan hampir saja ingin memecahkannya. Tubuhnya kembali merinding setelah mengamati lendir-lendir gumpalan darah yang menggumpal di sekujur badannya.

"Jangan di pecah okay, rileks, sekarang mandi dan lanjut ke pemakamannya Sanjo" Joy berkata dengan dirinya di cermin untuk menenangkannya.

-----

Malam itu menjadi malam terakhir keberadaan Sanjo di muka bumi. Pemakaman telah berjalan dengan lancar dan masih belum juga diketahui asal usul keluarganya. Hanya Kaisen dan Joy lah yang mewakili keluarganya.

"Are you okay Joy?" Ucap Kai lirih dan mengusap halus pundak wanita yang berada di bawahnya yang tengah memegangi batu nisan dengan hanya bertuliskan Sanjo Geofredo.

The Road HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang