First Time

24.6K 153 0
                                    

Malam harinya selesai makan kami semua berkumpul diruang tengah, Dava langsung memutar VCD X-2. Adegan demi adegan di film mempengaruhi kami, terutama kawan-kawan pria, mereka kelihatan gelisah. Film masih setengah main Lisa dan Kevin menghilang, tak lama kemudian disusul oleh Allesha dan Vito. Tinggal aku, Mahesa dan Dava, kami duduk dilantai bersandar pada sofa, aku di tengah.
    
Melihat adegan film yang bertambah panas membuat birahiku terusik. Rasa gatal menyeruak dikewanitaanku mengelitik sekujur tubuh dan setiap detik berlalu semakin memuncak saja, aku jadi salah tingkah. Mahesa yang pertama melihat kegelisahanku.
    
"Kenapa Ver, gelisah banget horny ya?" Tegurnya bercanda.
    
"Ngga..., ngaco kamu Sa.." Sanggahku.
    
"Kalau horny bilang aja Ver.. hehehe.. kan ada kita-kita" Dava menimpali.
    
"Rese nih berdua, nonton aja tuh" Sanggahku lagi menahan malu.
    
Mahesa tidak begitu saja menerima sanggahanku, diantara kami ia paling tinggi jam terbangnya sudah tentu ia tahu persis apa yang sedang aku rasakan. Mahesa tidak menyia-nyiakannya, bahuku dipeluknya seperti biasa ia lakukan, seakan tanpa tendensi apa-apa.
    
"Santai Ver, kalau horny enjoy aja, gak usah malu.. itu artinya kamu normal.." Bisik Mahesa sambil meremas pundakku.

Remasan dan terpaan nafas Mahesa saat berbisik menyebabkan semua bulu-bulu di tubuhku meremang, tanpa terasa tanganku meremas ujung rok. Mahesa menarik tanganku meletakan dipahanya ditekan sambil diremasnya, tak ayal lagi tanganku jadi meremas pahanya.
    
"Remas aja paha aku Ver daripada rok" Bisik Mahesa lagi.
    
Kalau sedang bercanda jangankan paha, pantatnya yang geboy saja kadang aku remas tanpa rasa apapun, kali ini merasakan paha Mahesa dalam remasanku membuat darahku berdesir keras.
    
"Ngga usah malu Ver, santai aja"  Lanjutnya lagi.
    
Entah karena bujukannya atau aku sendiri yang menginginkan, tidak jelas, yang pasti tanganku tidak beranjak dari pahanya dan setiap ada adegan yang hot kuremas pahanya. Merasa mendapat angin, Mahesa melepaskan rangkulannya dan memindahkan tangannya di atas pahaku, awalnya masih dekat lutut lama kelamaan makin naik, setiap gerakan tangannya membuatku merinding.

Entah bagaimana mulainya tanpa kusadari tangan Mahesa sudah berada dipaha dalamku, tangannya mengelus-elus dengan halus, ingin menepis, tapi rasa geli-geli enak yang timbul begitu kuatnya, membuatku membiarkan kenakalan tangan Mahesa yang semakin menjadi-jadi.
    
"Ver gue suka deh liat leher sama pundak kamu" bisik Mahesa seraya mengecup pundakku.
    
Aku yang sudah terbuai elusannya karuan saja tambah menjadi-jadi dengan kecupannya itu.
    
"Jangan Sa.." Aku berusaha menolak.
    
"Kenapa Ver, cuma pundak aja kan" Tanpa perduli penolakanku Mahesa tetap saja mengecup, bahkan semakin naik keleher, disini aku tidak lagi berusaha jaim.
    
"Sa.. ahh" Desahku tak tertahan lagi.
    
"Enjoy aja Ver" Bisik Mahesa lagi, sambil mengecup dan menjilat daun telingaku.
    
"Ohh..." aku sudah tidak mampu lagi menahan, semua rasa yang terpendam sejak melihat live show dan film, perlahan merayapi lagi tubuhku.
    
Aku hanya mampu tengadah merasakan kenikmatan mulut Mahesa di leher dan telingaku. Dava yang sedari tadi asik nonton melihatku seperti itu tidak tinggal diam, ia pun mulai turut melakukan hal yang sama. Pundak, leher dan telinga sebelah kiriku jadi sasaran mulutnya. Melihat aku sudah pasrah mereka semakin agresif. Tangan Mahesa semakin naik hingga akhirnya menyentuh kewanitaanku yang masih terbalut CD.
    
Elusan-elusan di kewanitaanku, remasan Dava di payudaraku dan kehangatan mulut mereka dileherku membuat magma birahiku menggelegak sejadi-jadinya.
    
"Agghh.. Saa.. Davv.. ohh.. sshh" desahanku bertambah keras.
    
Dava menyingkap tang-top dan bra-ku bukit kenyal 34b-ku menyembul, langsung dilahapnya dengan rakus. Mahesa juga beraksi memasukan tangannya kedalam CD meraba-raba kewanitaanku yang sudah basah oleh cairan pelicin. Aku jadi tak terkendali dengan serangan mereka tubuhku bergelinjang keras.
    
"Emmhh.. aahh.. ohh.. aagghh.." Desahanku berganti menjadi erangan-erangan.
    
Mereka melucuti seluruh penutup tubuhku, tubuh polosku dibaringkan dilantai beralas karpet dan mereka pun kembali menjarahnya. Dava melumat bibirku dengan bernafsu lidahnya menerobos kedalam rongga mulutku, lidah kami saling beraut, mengait dan menghisap dengan liarnya. Sementara Mahesa menjilat-jilat pahaku lama kelamaan semakin naik.. naik.. dan akhirnya sampai di kewanitaanku, lidahnya bergerak-gerak liar di klitorisku, bersamaan dengan itu Dava pun sudah melumat payudaraku, putingku yang kemerah-merahan jadi bulan-bulanan bibir dan lidahnya.

Diperlakukan seperti itu membuatku kehilangan kesadaran, tubuhku bagai terbang diawang- awang, terlena dibawah kenikmatan hisapan-hisapan mereka. Bahkan aku mulai berani punggung Dava kuremas-remas, kujambak rambutnya dan merengek-rengek meminta mereka untuk tidak berhenti melakukannya.
    
"Aaahh.. Saa.. Davv.. keep going.. sshh.. enakkk..."
    
"Nikmatin Ver.. nanti bakal lebih lagi.." Bisik Dava seraya menjilat dalam-dalam telingaku.
    
Mendengar kata 'lebih lagi' aku seperti tersihir, menjadi hiperaktif pinggul kuangkat-angkat, ingin Mahesa melakukan lebih dari sekedar menjilat, ia memahami, disantapnya kewanitaanku dengan menyedot-nyedot gundukan daging yang semakin basah oleh ludahnya dan cairanku. Tidak berapa lama kemudian aku merasakan kenikmatan itu semakin memuncak, tubuhku menegang, kupeluk Dava yang sedang menikmati puting susu-dengan kuatnya.
    
"Aaagghh.. Saa.. Dav.. akuu.. oohh..." Jeritku keras, dan merasakan hentak-hentakan kenikmatan didalam kewanitaanku.

Tubuhku melemas.. lungai. Mahesa dan Dava menyudahi hidangan pembukanya, dibiarkan tubuhku beristirahat dalam kepolosan, sambil memejamkan mata kuingat-ingat apa yang baru saja kualami. Permainan Dava di payudara dan Mahesa dikewanitaanku yang menyebarkan kenikmatan yang belum pernah kualami sebelumnya, dan hal itu telah kembali menimbulkan getar-getar birahi diseluruh tubuhku.

Aku semakin tenggelam saja dalam bayang-bayang yang menghanyutkan, dan tiba-tiba kurasakan hembusan nafas ditelingaku dan rasa tidak asing lagi.. hangat basah.. Ahh.. bibir dan lidah Dava mulai lagi, tapi kali ini tubuhku seperti di gelitiki ribuan semut, ternyata Dava sudah polos dan bulu-bulu lebat di tangan dan dadanya menggelitiki tubuhku. Begitupun Mahesa sudah bugil, ia membuka kedua pahaku lebar-lebar dengan kepala sudah berada diantaranya.
    
Mataku terpejam, aku sadar betul apa yang akan terjadi, kali ini mereka akan menjadikan tubuhku sebagai hidangan utama. Ada rasa kuatir dan takut tapi juga menantikan kelanjutannya dengan berdebar. Begitu kurasakan mulut Mahesa yang berpengalaman mulai beraksi.. hilang sudah rasa kekuatiran dan ketakutanku. Gairahku bangkit merasakan lidah Mahesa menjalar dibibir kemaluanku, ditambah lagi Dava yang dengan lahapnya menghisap-hisap putingku membuat tubuhku mengeliat-geliat merasakan geli dan nikmat dikedua titik sensitif tubuhku.
    
"Aaahh.. Saa.. Dav.. nngghh.. aaghh" Rintihku tak tertahankan lagi.
    
Mahesa kemudian mengganjal pinggulku dengan bantal sofa sehingga pantatku menjadi terangkat, lalu kembali lidahnya bermain dikemaluanku. Kali ini ujung lidahnya sampai masuk kedalam liang kenikmatanku, bergerak-gerak liar diantara kemaluan dan anus, seluruh tubuhku bagai tersengat aliran listrik aku hilang kendali. Aku merintih, mendesah bahkan menjerit-jerit merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Lalu kurasakan sesuatu yang hangat keras berada dibibirku.. kejantanan Dava Aku mengeleng-gelengkan kepala menolak keinginannya, tapi Dava tidak menggubrisnya ia malah manahan kepalaku dengan tangannya agar tidak bergerak.
    
"Lick.. Ver" Derintahnya tegas.

Aku tidak lagi bisa menolak, kujilat batangnya yang besar dan sudah keras membatu itu, Dava  mendesah-desah merasakan jilatanku.
    
"Aaahh.. Verr.. keep licking.. nngghh.." Desah Andri.
    
"Jilat kepalanya Ver..."

Aku menuruti permintaannya yang tak mungkin kutolak. Lama kelamaan aku mulai terbiasa dan dapat merasakan juga enaknya menjilat-jilat batang penis itu, lidahku berputar dikepala kemaluannya membuat Dava mendesis desis.
    
"Ssshh.. nikmat sekali Verr.. Suck dear.. Suck.." Pintanya diselah-selah desisannya.
    
Aku tak tahu harus berbuat bagaimana, kuikuti saja apa yg pernah kulihat difilm, kepala kejantanannya pertama-tama kumasukan kedalam mulut, Dava meringis.
    
"Jangan pake gigi Ver.. isep aja" protesnya,

Kucoba lagi, kali ini Dava mendesis nikmat.
    
"Yes.. that's it dear.. sshh.. enak.. Ver.."

Melihat Dava saat itu membuatku turut larut dalam kenikmatannya, apalagi ketika sebagian kejantanannya melesak masuk menyentuh langit-langit mulutku, belum lagi kenakalan lidah Mahesa yang tiada henti-hentinya menggerayangi setiap sudut kemaluanku.

FORBIDDEN RELATIONSHIP Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang