Chapter 1 : Welcome

2.3K 172 10
                                    

Langit tampak cerah berbeda dengan suasana di pemakaman umum yang tengah di datangi oleh ketiga pahlawan perang kita; Harry, Ron, dan Hermione. Dua hari setelah berakhirnya perang, korban yang berjatuhan harus di makam kan dengan layak. Terlalu banyak korban yang berjatuhan, sang pemberani akan selalu terkenang.

Masih dengan pakaian serba hitam, duduk di kursi panjang memandang para keluarga yang berdatangan. Harry mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya, "kurasa sudah saatnya kita mengunjungi makam professor Dumbledore" ucapnya, berbicara sembari memegang tongkat yang diyakini sebagai tongkat terkuat dan merupakan salah satu dari relikui kematian.

Kedua sahabat pria itu pun menganggukkan kepala tanda setuju. Mereka akan mengembalikkan semua Hallows ke tempat asalnya. Harry menyerahkan tongkat tersebut pada Hermione untuk dimasukkan kedalam keranjang. Saat jemarinya bersentuhan dengan tongkat terkuat, Hermione menatap Harry dan Ron bergantian.

"Aku tak tau, ini hanya aku atau apa, tapi apakah kalian merasakan suatu tarikan?" Ucap Hermione. Ia merasa ada yang salah.

Kejadian ini tak ia sangka, dari kakinya terselimuti kabut tebal dengan angin yang agak beriak kencang. Harry dan Ron juga sama bingung nya, dan tanpa disangka tubuh gadis itu menghilang ditelan tiupan yang membara.

Hermione jatuh terduduk di rerumputan. Sinar matahari pagi nampaknya menyadarkan gadis itu dari kecelakaan aneh yang baru saja ia alami. Tatapannya jatuh pada kastil megah yang ia yakini adalah Hogwarts. Ini aneh, Hogwarts baru saja memulai renovasinya hari ini, tidak mungkin jika langsung benar-benar selesai.

Glabella terbentuk, gadis itu menatap sekelilingnya. Seingatnya, matahari hampir berada tepat di atas kepalanya namun sekarang sinar indah yang menyorot kearahnya dengan indah itu membuatnya menerka-nerka.

Tatapan Hermione jatuh pada dress hitam dibawah lutut yang ia kenakan, beruntung tidak kotor batinnya bermonolog.

Mereka memakai baju yang bagus untuk acara hari ini, tentu saja. Rasanya tidak etis apabila pada acara pemakaman besar untuk para pejuang yang rela mati demi kesejahteraan rakyat sihir di Inggris. Lagipula, hal ini adalah perintah terbuka untuj seluruh rakyat dari Kementerian Sihir untuk menghormati korban peperangan.

Jujur saja Hermione tampak seperti pureblood sekarang. Tongkat Elder yang masih setia di tangannya ini ia gunakan untuk mengubah bentuk keranjang yang ia bawa menjadi clutch bewarna hitam, setelahnya ia memasukkan tongkat itu kedalam sana. Berjalan-jalan melihat renovasi mungkin tak akan salah, kan? Membenarkan pakaian dan topinya kemudian melangkahkan kaki ke tempat tujuan.

Hermione sampai di depan gerbang Hogwarts, ia mengucapkan mantra dan masuk ke dalam tanpa adanya gangguan. Keningnya sedikit berkerut kala meneliti seperti tak ada perubahan apa-apa, malah terlihat sedikit kuno. Professor Mcgonagal bilang ingin sedikit menambahkan kesan modern di setiap sudut Hogwarts, namun sepertinya tidak ada.

Seorang perempuan dengan rambut lurus menghalangi jalannya, mengapa ada yang masih bersekolah?

"Apa kau murid baru? Aku bisa mengantarmu jika kau perlu bantuan" ucapnya ramah.

Hermione terheran, otaknya berputar memikirkan segala kemungkinan, untungnya ia dibekali oleh Tuhan otak yang cemerlang. Hermione berharap apa yang menjadi dugaannya terbukti salah. Gadis itu meneliti jubah dan seragam yang memang sedikit kuno namun terlihat mahal. Ia tersenyum dan meminta di antarkan ke ruang professor Mcgonagal.

Hidden Story & The Deathly HallowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang