Hermione mengusap kepala Nagini dengan pandangan kosong di ranjangnya. Sudah berminggu-minggu ia masih dalam kondisi berkabung akan dirinya sendiri. Entah bulan apa Grindelwald akan menyerang dunia sihir Inggris, tapi ia tahu jika professor Dumbledore dan kementrian sihir Inggris telah mempersiapkan diri untuk ini. Perempuan ini pun juga demikian, bukankah ia harus melindungi diri. Penyerangan ini nantinya juga akan mengenai Hogwarts tidak hanya kawasan lainnya.
Kamis, 3 Juli 1945 Tom Riddle mengajaknya masuk ke kamar rahasia. Hermione sedikit takut karena pasti di jaman ini ular ciptaan Salazhar Slytherin masih hidup. Interior kamar ini masih tetap sama seperti dulu hanya yang membedakan patung agung Salazhar masih utuh.
"Mengapa kau mengajakku kemari?" Hermione bertanya pada pria disampingnya. "Aku ingin memperlihatkan sesuatu yang luar biasa. Bassilisk." Perempuan itu mengangguk kemudian Riddle mengucapkan parseltongue untuk membuka celah didepan sana. Ini dia, ular mengerikan peliharaan Salazhar.
Hermione tidak pernah melihat secara jelas Bassilisk secara utuh. Dulu ia pernah hampir mati karna ciptaan Salazhar dan kembali setelah sang ular mati meninggalkan tulang. Pria disampingnya melangkah dengan pasti mendekati peliharaan kesayangannya dan berbicara entah apa. Oh ya, Nagini juga tinggal disini bersama Bassilisk karna akan berbahaya jika orang-orang tau mereka membawa maledictus masuk ke dalam Hogwarts.
Mereka kemudian keluar dari dalam sana dan berjalan di koridor Hogwarts. Hermione masih dalam pikirannya, itu tentu mengganggu bagi Riddle. Sebetulnya Riddle sangat penasaran mengapa Hermione bisa semarah itu, ia ingin bertanya. Ia tau pasti Hermione adalah orang yang sulit dibujuk untuk memberikan suatu kegundahannya. Jadi kemungkinan ia akan bertanya pada seseorang yang menjadi salah satu permasalahan. Dumbledore.
Dumbledore mempersilahkan Riddle masuk ke ruangannya, pria itu menatap professor yang ia benci dengan raut selidik. Oh Dumbledore tau maksud datangnya Tom Riddle kemari.
"Silahkan duduk" Dumbledore bersuara pada akhirnya. Setelah mengucap terimakasih, Tom Riddle pun duduk di hadapan Professornya.
"Sepertinya aku sudah tau apa yang akan kau tanyakan, Tom"
"Bagus kalau begitu, jadi langsung saja kau katakan mengapa Hermione telihat sangat marah padamu? Sangat mengasikkan melihatmu tersiksa dibawah kakinya" ucap Riddle kemudian setelah menanyakan apa yang menimpa perempuan itu.
Dumbledore berdiri dan mengucap mantra untuk mengambil pensieve miliknya. "Kau boleh melihatnya"
Semua terjadi begitu cepat, Tom Riddle pun merasakan getaran amarah melanda dirinya. Ia melihat apa yangia yakini Hermione lihat waktu itu, matanya menajam. "Ternyata ini rahasiamu, aku tak menyangka kau seperti ini Dumbledore"
"Aku tau, tindakanku memang salah. Tapi dibalik kesalahan itu aku punya tujuan agar Hermione hidup. Ia harus hidup walaupun ia harus kupermainkan menentang waktu"
Riddle menggeleng. "Kau membuatnya semakin membencimu"
"Aku tau" ucap Professor Dumbledore. "Oleh karena itu aku membiarkanmu melihat semua ingatan ini. Kau adalah orang yang dekat dengan Hermione dan kurasa kau telah mengenalkan Hermione pada makhluk peliharaanmu"
"Bagaimana kau tau?"
"Tidak ada yang perlu kujelaskan, tapi satu. Aku butuh bantuan untukmu mengunci Hermione di kamar rahasia di tanggal 10 Juli nanti"
Riddle menyerit tak paham. "Grindelwald, dia akan menyerang pada hari itu. Ia tidak boleh berada di garis melawan Grindelwald" ucapnya pada Tom Riddle. "Ingat Tom, 10 Juli kunci ia dalam kamar rahasia"
Tom Riddle berpikir mengapa Hermione harus ia kunci disana jika Hermione bisa di pergi ketempat yang lebih aman dari sini. Berbagai alasan mengudara, ia menjalani malam yang tidak nyenyak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Story & The Deathly Hallows
Fantasía[COMPLETED] Tom Riddle × Hermione 𝗦𝗶𝗻𝗼𝗽𝘀𝗶𝘀 Tubuh itu terselimuti oleh pusaran putih dengan bising suara serta angin yang bertiup kencang. Tangan kanannya erat memegang tongkat di depan dada, jatuh terduduk dengan pandangan tak kuasa. Oh, bag...