#3

1.3K 339 9
                                    

Lisa itu shopaholic (terlalu HOLIC)

.

Kalu dipikir lagi, usia pertemannanya dengan si anak perempuan tetangga depan rumahnya sudah hampir masuk di tahun ke tujuh. Sudah selama itu, dan Jherin masih belum juga terbiasa dengan hobi Lisa yang menurutnya kelewat ga bermanfaat satu ini; shoping.

Udah dua puluh menit lebih dia berdiri kayak anak ilang di dalam toko kosmetik di salah satu mall besar di bilangan ibu kota. Sementara tersangka yang sudah menyeretnya ke sini masih berdiri anteng mengamati deretan lipstick atau liptint atau lip apapun itu Jherin ga tau namanya, "Lis, udah belum?"

Cowok yang baru masuk usia dua puluh satu di hari valentine kemarin itu menghela karena untuk sekian kali dia diabaikan. Jherin mau kabur aja rasanya, tapi memikirkan resiko setelah itu dimana Lisa bisa aja balik ngambek atau mungkin cewek itu ngadu ke mama sama ayahnya bikin dia sebisa mungkin menghemat sisa kesabaran yang dia punya.

"J," Jherin menoleh, wajahnya mulai agak cerah karena setelah sekian lama akhirnya dia bisa keluar dari sini. Lisa bebalik, menodong tiga buah lipstick ke depan wajah cowok itu, "bagusan yang mana?"

"yang mana aja, sama semua," jawabnya cepat tanpa berpikir.

Lisa mencebik, mendelik, "ini warnanya bagusan yang mana, yang nude, blush, apa smitten?"

Jherin udah mau ngamuk aja di situ rasanya, kalau dia ga inget nama belakang yang dia pake tercantum di KTP, SIM, sama KK adalah nama ayahnya. Kalau dia bikin malu dan dicoret kan bisa bahaya.

Pada akhirnya cowok itu hanya cap-cip-cup nunjuk lipstik yang ada di tangan kanan Lisa, ga paham itu jenis warna atau shade apa karena dimata dia warnanya sama-sama coklat muda rada orange.

Lisa keluar toko make up setelah mengantri selama lima belas menit, sementara Jherin disuruh nunggu aja di depan. Sebenernya Lisa bukannya ga peka sama wajah temannya yang udah ketekuk, sampai-sampai bikin dia khawatir kalau gara-gara kebanyakan cemberut Jherin ga ganteng lagi. 

Rencana awalnya hari ini adalah dia mau jalan nyari make up yang udah lama banget dia incer. Kebetulan lagi hari kamis dan jadwalnya kosong, kebetulan juga transferan dari papi nya yang masih betah di Swiss baru masuk tadi malam.

Jherin sama sekali ga masuk ke daftar orang yang bakal dia ajak belanja hari ini, tapi karena ia datang ke rumah cowok itu dengan maksud memberikan barang pesanan mama Jherin yang dikirm papi nya, jadilah Jherin diseret keluar kamar sama mamanya, "udah?" tanya cowok itu dan Lisa mengangguk.

Mereka berjalan menuju ke lantai tiga. Ada film yang baru selesai dirilis, dan keduanya setuju pergi nonton. Jherin udah lega, karena dalam pikirannya habis nonton mereka bisa mampir bentar ke solaria buat makan abis itu pulang. 

Ya, tapi harapan kadang ga sejalan dengan realita.

Realitanya, XXI ada di lantai tiga, ga jauh sama store dengan brand kesayangan Lisa. Sebelum dia sempat balik badan Lisa sudah lebih dulu jalan cepet banget masuk ke sana. Berdiri di depan deretan jaket, ngabisin tiga puluh menit kedepan menuhin kantong belanja.

Jherin udah pasrah aja nunggu di depan, ga mau masuk. Tapi kayaknya dia emang lagi sial aja hari ini. Karena dari luar tempat dia berdiri Lisa kelihatan adu melotot sama ibu-ibu sosialita sambil main tarik tambang pake tas branded. Mbak-mbak yang jaga di sana mau misahin tapi keburu mundur takut sama pelototan si ibu.

"Bu, saya duluan yang ngambil," Jherin bisa denger suara Lisa di dalam sana, dan mulai ngucap pujian dalam hati. Dia beberan ga mau masuk ke sana. Tapi kalau dibiarin, Lisa bisa-bisa di tangkap security dan urusannya bisa jadi tambah panjang.

Maka dengan mengucap nama Tuhan dan berdoa semampunya, dia akhirnya masuk dan nerobos kerumunan, narik tangan si ibu-ibu yang udah jambakin rambut temennya.

"udah, udah, Ya Tuhan," tangannya menarik kedua tangan Lisa, melepaskan cengkraman kuat cewek itu dari tas yang udah di bawa kabur ke keasir sama si ibu.

Jherin ga peduli sama entitas yang ada di dalam store ngeliatin dia kayak liat kuda ada tanduknya. Yang cowok itu pikirkan sekarang hanya bagaimana caranya dia nyeret Lisa keluar dari sana.

"udah ga usah ngambek, salah lo juga," komentar Jherin sinis. Mereka ga jadi mampir ke solaria, malah belok ke sushi tei, "bukannya lo biasanya juga beli lewat official online storenya kalau ada keluaran baru?"

Lisa masih sibuk mengunyah salmon roll pesanannya cuma ngangguk aja, "udah pesen kok, dari pas pertama lauch. cuma gue geregetan nunggu aja, makanya tadi mau beli sekalian," membanting sumpit cewek itu mulai cemberut lagi, “coba aja lo ga ngalagin tadi, gue udah bisa peluk tasnya sekarang.”

Dua detik kemudian Lisa mengoceh setengahnya mengumpati si ibu tadi selama sepuluh menit penuh sampai pesanan Jherin tiba.

Jherin cuma bisa melongo, udah nyerah sama jalan pikiran  Lisa.

...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang