#5

1.5K 353 62
                                    

Lisa itu moody

.

Jadwal Jherin hari ini ga begitu padat. Cuma ada jadwal praktikum pagi sama satu mata kuliah umum pukul dua siang. Sekarang masih waktunya istirahat makan siang, dan dia lagi nongkrong di kantin teknik bareng sama anak-anak.

"Eh, Je," teman satu kelasnya si Kristo baru aja dateng setelah nganterin barang bawaan sepupunya ke gedung sasing, menarik kursi di depannya dan bertanya dengan raut penasaran, "lo ada berantem gitu sama si cantik?" tanyanya.

Jherin mengerut, "si cantik siapa?"

Kristo mencebik, "ya itu si cantik, anak tari yang katanya temen lo."

Memutar mata, Jherin menyedot kembali es jeruknya yang tinggal setengah, "namanya Lisa," sergah cowok itu.

"gue juga tau namanya Lisa, cuma dipanggilnya si cantik tuh sama anak sekelas."

"mana ada,"

"lah, lo ga sadar kalau tiap grup angkatan rame ngomongin si cantik tuh gomongin temen lo? Di kelas kita mana ada cantik begitu, dua butir doang manusia yang ga punya jakun dua-duanya berantakan, aduh!"  Kristo mengaduh di akhir kalimat akibat tabokan buku fisika teknik yang tebelnya kayak bantal dari dua cewek yang dibicarakannya, "becanda elah," elaknya sebelum mengaduh kembali untuk kedua kali.

Jherin ngeliatin aja tanpa niat bantu sedikitpun, karena memang lebih baik dia ga ikut campur kalau ga mau ikutan ditabok, "goblok sih lo," makinya pada Kristo.

Cowok keturunan Aussie tersebut sekali lagi mencebik, ingin membalas namun ia teringat tujuan awalnya menghampiri Jherin, "seriusan Je, lo ga ada berantem gitu sama Lisa?"

Jherin menggeleng. Hari ini dia sama Lisa berangkat ngampus bareng kayak biasanya, tepat waktu dan ga telat. Lisa bahkan masih hepi aja tuh sambil nyanyi ngikutin lagu koreaan yang Jherin ga ngerti sama sekali.

"gue kira abis berantem sama lo makanya mukanya jadi judes banget kek pacarnya bang Joni," kata Kristo yang udah mulai nyomotin remahan gorengan di piring.

"lo ketemu dimana?"

"tangga utara mau ke gedung sasing, ga segaja ketemu tadi dia bareng Rosi, gue sapa malah dijutekin."

Mengerut heran, Jherin mencoba mengecek hapenya, siapa tahu ada pesan atau panggilan masuk dari Lisa yang ga dia tahu. Tapi setelah dua menit ubek-ubek isi hapenya, sampai ke dm twitter dan instagam segala, ga ada tanda-tanda cewek itu menghubunginya, "lo beneran ketemu langsung tadi?" Kristo mengangguk.

Jherin beranjak, menyambar bomber biru gelap dengan makara silver khas fakultasnya, ga ambil repot sama teriakan Kristo yang minta disalamin kalau aja Lisa udah ga ngambek nantinya.

Sambil jalan, Jherin mencoba menghubungi si dial cepat no satu, dan ga butuh waktu lama panggilannya diangkat, "dimana?"

"perpus," suara cewek yang biasanya heboh tersebut sekarang kedengeran ga bertenaga, dan Jherin bisa menyimpulkan kalau Kristo ga bohong.

"tadi ketemu Kristo kenapa lo jutekin?"

"apasih, lo telpon cuma mau kepo?" sahut Lisa galak dari sebrang. Sifat galak yang jarang, beneran jarang banget muncul dari sekian banyak sifat random cewek itu solah menegaskan emang ada yang lagi ga beres.

"tumben galak."

"gue matiin ya kalo ga penting! ngeselin banget."

Keluar dari wilayah kantin, Jherin masang lagi bomber yang sempat dia copot karena ga mau salah satu jaket kesayangan Lisa itu ketempelan bau rokok, "turun ke lobi, gue samperin ke sana," kata cowok itu.

"J, mau Aice mochi," suara Lisa dari sebrang masih kedengeran fa bertenaga.

"iya." jawab Jherin singkat kemudian panggilan diputus.

Jherin jalan ke selatan, mampir ke kopma beli Aice mochi tiga bungkus, nurutin kepengenan Lisa meski itu membuat dia harus jalan kaki lebih jauh. Ga masalah sih, toh dia juga lagi pengen jalan kaki.

Walau jaraknya agak jauh dari gedung teknik ke gedung seni, sepuluh menit jalan ga ada artinya ketimbang dia harus muter-muter cari parkiran kosong lagi nantinya.

Jherin baru aja mau bayar, tiga bungkus eskrim Aice mochi, dua bungkus oreo sama sekotak susu rasa taro, sampai sebuah notifikasi kalender masuk ke hapenya.

Cowok itu mendongak, menatap teteh penjaga kasir sambil senyum,  "kiranti jeruknya satu sama cimori squeeze yang strawberry satu sekalian ya, teh."

... 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang