Kepergian

6 1 0
                                    

(10 desember 2018)

Hari itu tepat pukul 3:00 dini hari aku mendapat telpon dari perempuan yang selama ini sudah seperti adikku dia seperti panik dia menangis sampai seperti tak mampu untuk berbicara.

"kak ....kak fikri kak fikri"

"kak fikri kenapa Ra, ngomong yang bener jangan buat kakak panik kenapa"

"kak fikri kecelakaan kak ..." . saat itu lah aku seperti tak mempunyai otak untuk berfikir aku terdiam dan rasa panas dingin dalam tubuh ku aku mau menahan tangisku namun gagal air mata itu jatuh dan aku aku menangis sejadi jadinya di kamarku, tangan ku dan badanku bergetar ku raih handphone ku ku tempel di telingaku lagi.

" Ra kamu beneran?..." tanya ku kembali tak percaya dengan yang di katakana Rara.

"Bener kak sekarang kak Fikri maih koma kak". Jawabnya masih dengan panik namun tak sepanik tadi.

"kakak hari ini berangkat ke sana Ra". Tanpa fikir panjang aku mengemasi barangku pesan taksi pesan tiket pesawat, ya kami ldr namun kami tidak berpacaran kami hanya dekat sudah 2 tahun ini.

Ku matikan handphone ku aku bilang dengan orang tua bahwa aku mau berangakat ke Medan untuk mendatangi pamanku karena ini sudah memasuki waktu libur sekolah jadi orang tua ku mengizinkan karena biasanya memang begitu pukul 13:00 aku sudah di Jakarta untuk cek in jam 18:00 aku baru sampai di rumah sakit tempat Fikri di rawat dan aku menelfon Rara.

"Ra kakak udah sampai rumah sakit Ra, Rara di mana?". Ku tanya Rara dengan nada setenang mungkin namun penampilanku orang juga bisa menilai bahwa aku sedang tak baik baik saja.

" Di ruang Flamboyan 1 kak"

Ku matikan telfon Rara dan segera mencari ruang itu aku tak terfikir resepsionis aku hanya berlari mencari bodoh memang kalo di fikir rumah sakit sebesar itu namun atas kuasa tuhan aku menemukan dengan mudah ku lihat di depan ruangan ada mama, papa, om, dan Rara.

"Gimana Ra apa ada perkembangan?" tanya ku dengan nada lemah.

"Ini lagi di periksa kak tadi kak Fikri kejang-kejang". Rara memelukku ku lihat mama yang lemas habis menangis ku datangi mama,dan papa aku berusaha menenangkan mama.

Aku memang memanggil mama dan papa Fikri dengan sebutan mama papa juga. Karena memang sudah sedekat itu.

Terjebak dalam masa laluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang