Dia terlihat menawan. Tuxedo hitam terlihat pas membentuk tubuhnya, membingkai sempurna dadanya yang bidang. Hari ini rambutnya tersisir rapi, untuk kali ini, dia akhirnya melakukan sesuatu yang selama ini jarang dia lakukan. Dia berdiri di depanku sembari memandangku lekat. Matanya sedikit memerah. Ah, mungkin bukan karena kurang tidur—kalaupun dia memang melakukan itu. Mungkin juga karena dia kelelahan menangis, seperti aku. Tapi dia memaksakan diri untuk tetap tersenyum.
Kami berdiri berhadapan di atas panggung, di depan banyaknya tamu yang memenuhi gedung. Teman-teman kami, yang berada di sisi panggung tidak henti-hentinya berteriak. Mereka bersorak. Turut bahagia bahwa kami pada akhirnya menemukan pelabuhannya masing-masing, satu sama lain.
Tidak kusangka benar dia orangnya. Bukan waktu yang sebentar untuk kami tempuh hingga kami berada di titik ini. Berdiri berhadapan, mengagumi satu sama lain, bersiap untuk bergandengan tangan, dan memakai busana yang setidaknya akan dipakai orang-orang sekali seumur hidup.
Pada hari ini, kami resmi menikah.
"Yuk?" tanyanya sembari mengulurkan tangan. Dia menghela napas sedikit panjang. Seperti sedang meyakinkan diri.
Penuh senyum, aku menerima ulurannya. Ah, ternyata, tangannya dingin dan berkeringat. Aku tertawa kecil, hampir tidak sadar karena spontan melakukannya. Air mataku jatuh karenanya. Ini bukan kali pertama kami bergandengan, tetapi hari ini, dia terlihat begitu gugup. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa ada secercah kebanggaan dan kelegaan di hatinya karena sudah berhasil menikahiku hari ini. Apakah semua laki-laki memang seperti itu?
"Yuk," kataku.
Kemudian, dengan disaksikan semua orang, kami pun berdansa.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAREST EX
RomanceSometimes a person needs to believe that they have the best past. *** Sasmitha terpaksa menghubungi mantannya agar uang arisan 50 juta miliknya bisa kembali. Syaratnya gampang, kata mereka. Sasmitha hanya harus punya pacar segera. Tidak perlu mencar...