Perutku mulas. Aku sudah pasrah. Sebentar lagi acara pertunanganku dengan Om Rafa akan segera dilangsungkan. Aku sudah tidak bisa menghindar lagi dari acara yang sialnya sangat dinanti oleh semua orang kecuali aku.
Mbak Mora sudah heboh sejak pagi. Sepertinya ia sangat excited dengan pertunangan yang sebenarnya tidak kuinginkan ini. Sementara di sofa ruang tengah, Mas Revan hanya senyum-senyum. Pandangannya mengikuti kemanapun istrinya bergerak mondar-mandir mempercantik diri. Sedangkan Mama sudah super sibuk memastikan semuanya berjalan lancar meskipun semua sudah ditangani oleh event organizer yang disewa oleh Om Rafa.
Di ujung sofa panjang, ada Mas Mara dan Mbak Bulan, istrinya. Keduanya tampak lengket seperti amplop dan perangko. Seperti surat perjanjian dan meterai. Seperti ponsel dan baterainya. Pokoknya kemana-mana maunya berdua terus. Keduanya sudah siap dengan pakaian yang serasi berwarna marun. Kakakku yang satu ini padahal dulu sangat dingin dan kaku kalau berhadapan dengan perempuan, tapi lihatlah sekarang dia seperti kucing angora yang manis jika sedang bersama Mbak Bulan.
"Kamu mau kemana Aira?" tanya Mama mengernyit melihatku beranjak dari dudukku di depan meja rias.
"Kamar mandi, Ma. Mules," ringisku. Mama menatapku curiga.
"Ya sudah sana. Awas kalau kamu macem-macem!"
Astaga Mama....
"Macem-macem apa sih Ma? Orang cuma mau ke kamar mandi," gerutuku mencebik. Rasanya seperti tahanan, kemana-mana ada yang memata-matai. Mama, Papa, Mbak Mora dan bahkan Mas Mara sudah seperti kamera CCTV saja mengawasiku.
"Kamu itu sudah mau tunangan. Jangan membuat ulah aneh-aneh. Memangnya Mama tidak tau kamu sempat jalan dengan cowok lain selain Rafa?"
Aku melongo. Mulesku mendadak hilang. Kok Mama bisa tau kejadian itu ya? Wah, pasti Om Rafa mengadu ke Mama!
"Ma, si Om ngadu apa sama Mama?"
"Nggak ngadu. Wajar saja kan kalau Rafa cerita. Lagipula, kok kamu manggilnya Om? Rafa itu sebentar lagi jadi tunangan kamu. Kalian akan menjadi suami istri nantinya. Mulai sekarang biasakan panggil dengan sebutan yang manis, yang seharusnya. Lagipula ya Ra, Rafa itu idaman banget. Kamu harusnya bersyukur dia serius mau memperistri kamu. Di luar sana, pasti banyak perempuan yang patah hati kalau tau Rafa akan menikah. Dan kamu perempuan yang beruntung mendapatkannya. Jadi jaga sikapmu, jangan membuat malu Mama dan Papa. Toh ini pilihan kamu sendiri kan, sampai mengejar dan merayu Rafa?"
Nah kan, omelan Mama makin panjang. Aku tidak mau memperpanjang waktu mendengar siaran radio dari Mama, jadi hanya mengangguk malas. Siapa juga yang mau jadi istri Om Rafa? Memang sebentar lagi aku akan bertunangan dengannya, tapi siapa yang tau apa yang akan terjadi di masa depan bukan? Jadi masih ada waktu untuk merubah keadaan.
"Ma, itu ada tamu yang datang," Mbak Mora menghentikan rentetan peluru Mama.
Dengan segera Mama mengikuti Mbak Mora yang sudah berjalan kembali ke ruang depan.
Acara pertunangan akan diadakan di halaman rumah yang sudah didekorasi sedemikian rupa. Awalnya Om Rafa akan menyewa ballroom sebuah hotel bintang lima, tapi aku menolaknya mentah-mentah. Aku mengatakan pada Om Rafa kalau aku mau bertunangan dan berjanji tidak akan membuat ulah apalagi kabur dengan syarat pertunangan kami diadakan secara sederhana dan hanya kerabat saja yang hadir.
Aku mengintip keluar, melihat siapa tamu yang dimaksud oleh Mbak Mora.
Ya ampun! kenapa diluar banyak sekali tamu?
.
=====
.
Aku merengut. Marah karena acara pertunangan yang aku inginkan diadakan secara sederhana dengan dihadiri hanya oleh para kerabat berubah menjadi meriah. Tamu undangan yang datang benar-benar tidak terduga. Banyak banget yang aku gak kenal. Aku menduga kalau mereka rata-rata adalah relasi bisnis Om Rafa dan Papa. Lihat saja Om Rafa dan Papa sekarang sedang sibuk berbincang sambil tertawa-tawa dengan mereka. Om Rafa yang tengah mengenakan setelan jas tanpa dasi terlihat fresh dan maskulin. Ia tidak terlihat seperti berumur tiga puluh enam tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Rafandra
RomanceMature Romance. 'Bijaksanalah dalam membaca dan bersikap pada cerita ini. Jika tidak suka, tinggalkan dan abaikan. Konten dewasa. Untuk yang belum dewasa lahir batin, sebaiknya jauh-jauh sana!' . . . . . . . Sepanjang info yang kudapat, duda tanpa a...