WARNING 21++
Yang bocil minggir yaaa....
Awas jangan nekat!!!.
.
.
.
.
.
.
Laki-laki itu menyeringai, menatapku dengan sorot penuh gairah. Tubuh shirtless-nya nampak menggiurkan.
"Kamu tidak akan bisa mundur, Sayang."
Aku menelan ludah.
"Kamu mau melepasnya sendiri, atau perlu kubantu?"
Sial! Aku tidak bisa mundur lagi. Punggungku sudah menempel di dinding.
"Hmm.... kamu diam saja. Baiklah, aku akan senang hati membantumu," tubuhnya sudah menekanku, tangannya terulur mulai melepaskan kancing atas kemejaku.
"Uhm... O-om... ini... uhm...." aku bingung hendak mengelak darinya.
"Kenapa? Bukankan tadi kamu yang menginginkan ini?" tanyanya menyeringai. Dua kancingku sudah terlepas. Kedua tanganku yang menahan dadanya seperti tidak berpengaruh apa-apa.
"Se-sebenarnya.... aku ti- mmmphhh..."
Bibir kenyalnya mendarat di bibirku. Mengecup, menghisap dan menggigit gemas, lalu menyusupkan lidahnya ke rongga mulutku.
Aku terengah.
Sialan! Gara-gara kalah taruhan dengan Dinda, aku harus menerima hal memalukan seperti ini. Salahkan Rendi yang kalah balap motor dari Aldo sehingga aku kalah bertaruh. Padahal Rendi biasanya selalu menang, tapi kenapa semalam dia bisa kalah dari Aldo?
Sebagai hukuman atas taruhan itu, Dinda menyuruhku merayu Om-nya yang duda, Rafandra Sangkala. Dan karena itulah sekarang aku berada di sini, di ruang kerja rumah Om Rafandra. Dasar sahabat gila!
Hisapan kuat di ujung dada membuatku tersentak dan terbelalak. Atasanku sudah terbuka lebar, sementara dalaman penutup dadaku sudah ditarik ke bawah, sehingga bukit dadaku terekspos dengan jelas dan saat ini tengah dikulum dan diremas penuh nafsu oleh Om Rafandra.
"Ooommmhhh...."
"Hmmm.... kamu suka, Sayang?" desisnya lalu kembali menghisap puncak dadaku.
Aku menggelengkan kepala, merasa pusing dengan perlakuannya yang memberi sensasi panas di tubuhku. Dan aku terkesiap ketika jemarinya menyibak rok pendekku dan menyusup, mengusap tubuh bawahku dari balik dalamanku.
"Ommmhhh... ja-ngaaannnhhh...."
"Jangan apa? Jangan berhenti?" tanyanya menyeringai.
Aku memejamkan mata. Sialan! Kenapa reaksi tubuhku seperti menyambut belaiannya?
"Ooommmhh.... a-aku ti-dak bisaaa...aaahh..."
"Tidak bisa? Tidak bisa berhenti?"
Aku menggeleng kuat-kuat.
"Jangaaannnhh... Ooommhh... maaf..." bagaimanapun rasanya, aku harus segera menghentikan kenikmatan ini jika masih ingin mempertahankan kegadisanku.
Tanganku berusaha terus mendorongnya.
"Setelah kamu menggodaku sedemikian rupa?" desisnya menangkap tanganku dan memerangkapnya di dinding dengan tangannya.
"A-aku...maaf... se-sebenarnya..." aku gemetar. Sensasi yang ditimbulkannya masih begitu hebat efeknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Rafandra
RomanceMature Romance. 'Bijaksanalah dalam membaca dan bersikap pada cerita ini. Jika tidak suka, tinggalkan dan abaikan. Konten dewasa. Untuk yang belum dewasa lahir batin, sebaiknya jauh-jauh sana!' . . . . . . . Sepanjang info yang kudapat, duda tanpa a...